Laman

Rabu, 23 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (435): Pahlawan Indonesia - Sie Boen Lian; Sekolah Dokter di Soerabaja, Batavia, Praha; Sang Peneliti

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Dr Sie Boen Lian? Tentulah tidak banyak yang mengingat namanya. Yang mengingat nama Dr Sie Boen Lian antara lain Leo Suryadinata dalam bukunya Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches (edisi keempat, 2015) serta Leo van Bergen, Liesbeth Hesselink en Jan Peter Verhave di dalam buku mereka The Medical Journal of the Dutch East Indies 1852-1942. A platform for medical research (2017; yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia). Dr Sie Boen Lian juga merupakan dokter pribadi Soekarno selama Soekarno menjabat sebagai presiden.

Tidak semua dokter meneliti dan menulis hasil pemikiran dan penemuannya. Dokter-dokter yang aktif menulis dan produktif yang terkait dengan bidang kedokteran tidak banyak. Dari nama-nama yang ada pada era Hindia Belanda termasuk Dr Sie Boen Lian. Dokter-dokter lainnya yang cukup produktif adalah RM Sardjito, Achmad Mochtar, R Soesilo. Mohamad Amir, M Soetopo dan Loe Ping Kian. Sie Boen Lian lahir di Madiun, 1902. Sie Boen Lian belajar di NIAS di Soerajaya, kemudian di GHS Batavia. Bersama dua kolega dokter, ia mendirikan klinik pasien rawat jalan untuk keturunan Cina di Yogyakarta pada 1930, pada saat itu ia bekerja di rumah sakit Dr. Yap Hong Tjoen. Pada 1931, ia melakukan kunjungan singkat ke Cina untuk menangani korban banjir sebagai utusan pemerintah memenuhi permintaan Liga Bangsa-bangsa untuk mengirim dokter ke wilayah tersebut. Pada 1933 ia mendapat gelar PhD di GHS dengan disertasi berjudul “Phlyctaenen bij verschillende oogziekten”. Ia mendirikan praktik sendiri sebagai ahli oftalmologi swasta di Jakarta dan bertugas sebagai asisten pengganti di GHS. Pada 1941, ia dipekerjakan secara permanen oleh Jawatan Kesehatan. Ia menulis di GTNI selama periode 1928-1942, terutama tentang penyakit mata. Ia juga menulis banyak artikel dalam bahasa Jerman dan Inggris di jurnal-jurnal yang ditinjau sejawat. Ia aktif sebagai anggota komunitas Cina; sebagai ketua kehormatan dewan Central Chung Hsioh, yaitu serikat perkumpulan pemuda Cina berbahasa Belanda. Ia juga merupakan dokter pribadi Soekarno selama Soekarno menjabat sebagai presiden. Mungkin setelah jatuhnya Soekarno, ia menetap di Amsterdam sebagai ahli oftalmologi sampai ia meninggal pada 1970.

Lantas bagaimana sejarah Sie Boel Lian? Seperti disebut di atas, narasi sejarah Sie Boen Lian kurang terinformasikan meski namanya termasuk salah satu peneliti dan penulis produktif di bidang kedokteran. Jangan lupa, Dr Sie Boen Lian juga pernah menjadi dokter pribadi Presiden Soekarno. Lalu bagaimana sejarah Sie Boen Lian? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Sie Boen Lian; Sekolah Dokter di Soerabaja, Batavia dan Praha

Setelah lulus sekolah dasar berbahasa Belanda (ELS), Sien Boen Lian melanjutkan studi ke sekolah kedokteran NIAS di Soerabaja. Pada tahun 1918 Sie Boen Lian lulus ujian transisi naik dari kelas satu ke kelas dua pada tingkat persiapan di NIAS Soerabaja (lihat De Indier, 02-07-1918). Pada tahun 1922 Sie Boen Lian lulus ujian naik dari kelas dua ke kelas tiga di tingkat medis (lihat De expres, 24-05-1922).

Sekolah kedokteran Nederlandsche Indie Artsenschool (NIAS) dibuka tahun 1913. Sebelumnya sudah ada sekolah kedokteran STOVIA di Batavia. Lama studi di NIAS dilakukan dua tahap, tiga tahun pertama tingkat persiapan dan tujuh tahun tingkat medis teori plus praktek. Lulusan NIAS diberi gelar dokter Hindia (Indisch Arts). Sie Boen Lian masuk tahun 1917. Hingga tahun 1922 Sie Boen Lian masih lancar studi di NIAS.

Pada tahun 1927 Sie Boen Lian lulus ujian semi-dokter di NIAS (lihat De locomotief, 24-01-1927). Pada bulan April 1927 Sie Boen Lian hadir dalam Kongres Chung Hwa yang diadakan di Semarang (lihat De locomotief, 19-04-1927). Dalam kongres ini Sie Boen Lian termasuk pembicara yang mewakili dari organisasi pemuda Cina. (De locomotief, 19-04-1927). Pada bulan September 1927 Sie Boen Lian sudah diketahui sudah lulus dan mendapat gelar Indische Arts (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 30-09-1927). Disebutkan Sie Boen Lian diangkat sebagai dokter pemerintah (DVG) yang ditempatkan di Soerabaja. Yang juga ditempatkan di Soerabaja adalah Indisch Arts Radja Kamaroedin (lulusan STOVIA 1927, kelahiran Tening Tinggi).

Pada tahun 1927 dokter hewan Dr. Tarip berangkat studi ke Belanda di Utrecht. Dr Tarip mendapat beasiswa dari pemerintah karena hasil penelitiannya yang dipublikasikan yang dapat memberantas penyakit cacing pita pada kerbau. Hasil penelitiannya menjadikannya sebagai peneliti terbaik Hindia Belanda. Dr Tarip sendiri adalah lulusan sekolah kedokteran hewan Veartsen school di Buitenzorg tahun 1914), Orang Indonesia pertama studi Veeartsenij Hoogeschool di Utrecht adalah Sorip Tagor, berangkat ke Belanda tahun 1912. Pada tahun 1916 Sorip Tagor diterima di sekolah kedokteran tersebut dan lulus tahun 1920. Sorip Tagor adalah siswa pertama Veeartsenschool di Buitenzorg (1907).  Dr Tarip lulus ujian akhir dokter hewan tahun 1930 di Veeartsenij Hoogeschool di Utrecht (lihat De Sumatra post, 07-10-1930). Dr Sorip Tagor Harahap adalah kakek dari artis Risty Tagor. Dr Tarip Siregar adalah kakek dari Prof Dr Sangkot Marzuki Batubara (Direktur Lembaga Eijkman, Jakarta). Istri Tarip Siregar adalah saudara perempuan dari Sanoesi Pane. Putri mereka adalah ibu dari Prof Sangkot Marzuki.

Dr Sie Boen Lian kemudian ditempatkan bekerja sebagai dokter pemerintah Dr Sie Boen Lian diketahui akan bergabung dengan rumah sakit mata Dr Yap di Jogjakarta (lihat De locomotief, 08-12-1927). Boleh jadi ini karena Dr Sie Boen Lian masih sebagai ketua (federasi) Jong Chineezen. Pada akhir tahun 1927 ini Kongres Jong Chineezen diadakan di Solo, tidak jauh dari Soerabaja dan Jogjakarta (lihat De locomotief, 27-12-1927).

Jong Chineezen. Het congres te Solo. Dalam pembukan kongres Chung Hsioh dibuka oleh ketua kongres yang juga Ketua Jong Chineezen Solo Ir Phoa Liong Tjauw. Peserta yang hadir sekitar 500 orang termasuk sejumlah perempuan. Lalu kemudian dipersilahkan berbicara ketua federasi Chung Hsioh Dr Sie Boen Lian. Kemudian sekretaris federasi Njoo Tjang Khing membacakan laporan tahunan yang juga disebutkan anggota federasi sudah 1.600 orang dimana Batavia telah keluar dan diharapkan bisa bergabung lagi. Pada sesi terakhir diberi kesmpatan kepada Ibu Yap Hong Tjoen dari Jogjakarta untuk memberikan kuliahnya yang berjudul: “Revolusi di Dunia Perempuan”. Pengurus federasi saat ini adalah pembina: Ir Be Tiat Tjong. ketua Sie Boen Lien, sekretaris Yap Gum Thong, Njo Tjang Khing, komisaris Liem Sam Djang, Gaw How Hwat, Kwee Thiam Siong, Kwik Djie Tiok dan Oei Hoo Djhan. Catatan: organisasi pemuda yang sudah ada antara lain Jong Sumatranen (sejak 1917); Jong Java (dibentuk 1915 diresmikan 1918), Jong Ambon (1918) dan Jong Batak (1925(. Yang visinya bersifat nasionalis antara lain Jong Sumatranen. Jong Java cabang Batavia dan Jong Chineezen cabang Batavia agak bersifat nasionalis. Organisasi pemuda di Hindia berbeda dengan organisasi mahasiswa di Belanda Perhimpoenan Indonesia dan Chung Hwa Hui. Ir Phoan Liong Yjauw adalah salah satu pengurus Chung Hwa Hui di Belanda yang lulus dari teknik Delft. Sedangkan ketua pertama Chung Hwa Hui di Belanda (1911-1913) adalah Dr Yap Hong Tjoen yang mana dalam kongres ini istriya memberi kuliah tentang perempuan. Siapa nama istri Yap? Caroline V Tan (Tan Souw Lien) yang juga merupakan pengurus Chung Hwa Hui periode kedua (1914-1915) seorang perenmpuan pionir pejuang emansipasi diantara orang Cina. Perhimpoenan Indonesia sendiri didirikan tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging yang diinisiasi sekaligus ketua pertama adalah Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan. Untuk sekadar menambahkan pada tahun 1927 di Bandoeng didirikan Perhimpoena Nasional Indonesia (PNI) dengan ketua Ir Soekarno. Pada tahun ini juga jurnalis terkenal Parada Harahap menginisiasi pembentukan federasi organisasi kebangsaan dengan nama Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia (PPPKI) dimana PNI termasuk anggotanya. Federasi organisasi pemuda Indonesia (PPPI) baru didirikan pada tahun 1928 yang pengurus inti ketua Soegondo (Jong Java Cabang Batavia), Mohamad Jamin (Jong Sumatranen) dan Amir Sjarifoeddin Harahap (Jong Batak). Federasi inilah yang kemudian mengadakan kongres Kongre Pemuda 1928 (setelah sebelumnya PPPKI mengadakan kongres).

Dr Sie Boen Lian tampkanya semakin nyaman di Jogjakarta. Hal ini karena perluasan bangunan rumah sakit mata Yap telah selesai (lihat De locomotief, 27-02-1928). Disebutkan rumah sakit ini telah mendapat 45 tempat tidur baru yang merupakan bantuan Putri Juliana sehingga nama rumah sakit menjadi Prinses Juliana Ooglijdersgasthuis van Dr Yap Hong Tjoen te Jogjakarta. Dr Sie Boen Lian di rumah sakit Yap sebagai dokter pemerintah yang menjadi asisten (dari Dr Yap Hong Tjoen). Dengan kata lain Dr Sie Boen Lian mendapat gaji dari pemerintah.

Rumah Sakit Yap di Jogjakarta secara keseluruhan terdiri dari seorang dokter berkualifikasi Eropa (dokter Yap sendiri), seorang perawat berkualifikasi Eropa (istrinya sendiri, Caroline V Tan), seorang perawat asli Belanda, tiga perawat magang, seorang penulis dan 18 pelayan pribumi. Sebanyak 6.949 pasien terdaftar di klinik rawat jalan, diantaranya 6.403 adalah pribumi, 374 Cina dan 171 Eropa. Gabungan jumlah konsultasi berjumlah 43.787, sehingga setiap pasien berobat jalan rata-rata 7 kali kunjungan. Jumlah pengunjung klinik rawat jalan setiap hari rata-rata 146. Pada tahun lalu 401 operasi dilakukan. Total biaya operasional, dihitung sebagai berikut: penyusutan gedung dan inventaris, subsidi pemerintah untuk obat-obatan, perban dan peralatan, perkiraan nilai obat-obatan yang diberikan secara cuma-cuma, sebesar f 1,11 per pasien per hari perawatan. Dalam kondisi

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dr Sie Boen Lian: Sang Peneliti hingga Menjadi Dokter Pribadi Presiden Soekarno

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar