Laman

Minggu, 27 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (442): Pahlawan Indonesia – Ir Darmawan Mangunkusumo, Insinyur Lulus Delft; Menteri Kemakmuran

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Darmawan Mangoenkoesoemo? Yang jelas sudah ada entri nama Darmawan Mangoenkoesoemo dalam laman (bahasa Inggris) Wikipedia. Nama Darmawan Mangoenkoesoemo juga ditemukan pada entri nama Tjipto Mangoenkoesoemo dan Iravati Mangunkusumo Sudiarso. Nama Darmawan Mangoenkoesoemo juga dapat dihubungkan dengan tokoh Indische Vereeniging di Belanda, Goenawan Mangoenkoesoemo. Dalam hal ini Goenawan Mangoenkoesoemo bersama Sorip Tagor Harahap dan Dahlan Abdoellah berbicara di dalam Kongres Mahasiswa Hindia di Belanda tahun 1917 (yang diketuai oleh HJ van Mook).

Iravati Mangunkusumo Sudiarso (lahir 28 September 1937) adalah seorang pianis dan guru musik yang telah berkiprah dalam dunia seni lebih dari lima puluh tahun. Hingga kini, Iravati masih aktif sebagai Direktur Utama Sekolah Musik Yayasan Pendidikan Musik. Iravati mendirikan "Sudiarso Duo" pada tahun 1993. Tahun 2008, Sudiarso Duo menjadi duta dalam misi kebudayaan Indonesia di Eropa Timur. Iravati lahir di Surabaya, 28 September 1937. Ayahnya, Ir. Darmawan Mangoenkoesoemo, adalah mantan Menteri Kemakmuran Republik Indonesia pada Kabinet Sjahrir (1945-1946) dan merupakan adik dari Dr Tjipto Mangoenkoesoemo, Iravati terlahir sebagai anak perempuan kedua dalam keluarganya. Iravati mulai belajar musik pada usia 5 tahun di bawah bimbingan ibunya sendiri, Hestia Mangunkusumo, yang kemudian dilanjutkan ke Madlener dan Henk de Strake. Pada tahun 1955, Iravati melanjutkan studi musiknya ke Koninklijk Conservatorium di Den Haag, Belanda. Ia berguru pada pianis-komponis Leon Orthel. Tahun 1958, Iravati lulus dengan penghargaan khusus untuk interpretasi. Prestasinya yang cemerlang dalam musik membuatnya terpilih mendapatkan beasiswa Fullbright dari pemerintah Amerika Serikat untuk belajar di Peabody Conservatory of Music, Baltimore, Maryland, Amerika Serikat tahun 1962. Tahun 1964, Iravati berhasil menyelesaikan studi Master of Music di Peabody Conservatory of Music, Baltimore. Setelah memperoleh gelar tersebut, Iravati kembali ke tanah air. Pada tahun 1968, Iravati terpilih menjadi anggota Dewan Kesenian Jakarta dan diangkat sebagai Ketua pada tahun 1973-1981 dan 1986-1989. Ia juga pernah menjadi dosen pada Akademi Musik LPKJ (1973-1976) dan Akademi Sinematografi LPKJ (1977-1979) (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Darmawan Mangoenkoesoemo? Seperti disebut di atas, Darmawan Mangoenkoesoemo yang pernah menjadi Menteri Kemakmuran awal era Republik Indonesia adalah insinyur lulusan Delft, adik dari Dr Tjipto Mangoenkoeoemo dan ayah dari Iravati Mangunkusumo. Lalu bagaimana sejarah Iravati Mangunkusumo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia Darmawan Mangoenkoesoemo: Insinyur Lulusan Delft

Pada tanggal 1 Januari 1917 di Utrecht diumumkan pendirian organisasi anak Sumatra yang diberinama Sumatra Sepakat. Organisasi ini bagian dari dari Indische Vereeniging. Pengurus Sumatra Sepakat adalah Sorip Tagor Harahap (ketua), Dahlan Abdoellah (sekretaris), s Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia (bendahara). Sebagai komisaris antara lain Tan Malaka.

Pada tanggal 3 Januari 1917 akan berangkat kapal ss Sindoro dari Batavia dengan tujuan akhir Rotterdam via Padang (lihat Sumatra-bode, 02-01-1917). Dalam manifest kapal terdapat nama Goenawan Mangoenkoesoemo dan istri. Sorip Tagor adalah mahasiswa kedokteran hewan di Utrecht. Pada bulan September 1917, Sorip Tagor lulus ujian dari tingkat tiga ke tingkat empat di Rijksveeartsenijschool (lihat Algemeen Handelsblad, 23-09-1917). Sorip Tagor lulusan Veeartsenschool di Buitenzorg tahun 1912 dan pada tahun 1913 berangkat studi ke Belanda.

Pada tanggal 13 Oktober diadakan rapat umum Indische Vereeniging di Leiden (lihat De nieuwe courant, 14-10-1917). Dalam rapat umum ini dilakukan pergantian pengurus dengan pengurus baru RM Notodiningrat (ketua), Soerjomohardjo (sekretaris), RM Tjkoroadisoerjo (bendahara). Komisasri Dahlan Abdoellah dan archivaris RM Noto Soeroto. Dalam rapat umum ini juga dibentuk organ Indische Vereeniging, majalah Hindia Poetra. Dalam pertemuan ini juga disepakati yang akan tampil sebagai pembicara pada kongres Indologi Leiden (Het Indisch Studentencongres) adalah Dahlan Abdoellah.

Indische Vereeniging, organisasi mahasiswa Hindia didirikan oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan di Leiden pada tanggal 25 Oktober 1908. Soetan Casajangan adalah mahasiswa kedua di Belanda yang tiba tahun 1905. Mahasiswa pertama adalah Raden Kartono (abang RA Kartini) yang tiba tahun 1896 segera setelah lulus di HBS Semarang. Pada saat jumlah mahasiswa sebanyak 15 orang tahun 1908, Soetan Casajangan meminta Raden Soemitro (lulusaan HBS Semarang) yang belum lama di Belanda untuk mengirim surat undangan ke semua mahasiswa di berbagai kota untuk berkumpul di kediamananya di Leiden. Soetan Casajangan membuka pertemuan dengan meminta Hoesien Djajadiningrat untuk sekretaris pertemuan. Hasilnya disepakati dan didirikan organisasi mahasiswa dengan nama Indische Vereeniging. Lalu secara aklamasi pengurus diangkat Soetan Casajangan sebagai ketua dan Raden Soemitro sebagai sekretaris. Soetan Casajangan, Sorip Tagor dan Soetan Goenoeng Moelia sama-sama kelahiran Padang Sidempoean (Tapanoeli). Soetan Casajangan setelah lulus sarjana pendidikan tahun 1911 kembali ke tanah air pada tahun 1913 dan diangkat menjadi direktur sekolah guru (kweekschool) di Fort de Kock dan kini pada tahun 1917 sebagai direktur kweekschool di Ambon.

Kongres Mahasiswa Hindia (Het Indisch Studentencongres) diadakan pada tanggal 23 Novermber 1917 di Leiden (lihat Algemeen Handelsblad, 24-11-1917). Kongres ini yang pertama kali dan diketuai oleh HJ van Mook (Studenten-Indologenvereeniging). Dalam kongres ini turut berpartisipasi Indische Vereeniging (Perhimpoenan Hindia) dan Chineesebc Vereeniging Chung Hwa Hui. Tiga diantara pembicara dalam kongres dari tiga pihak tersebut adalah HJ van Mook, Dahlan Abdoellah dan Han Tiauw Tjong, Penyelenggaraan kongres ini sudah bergaung sejak awal Oktober (lihat De nieuwe courant, 03-10-1917). Ini kongres adalah hajatan besar (bertepatan dengan bulan rapat umum Indische Vereeniging).

Algemeen Handelsblad, 24-11-1917: ‘Indisch Studentencongres. Kemarin pagi Kongres Mahasiswa Hindia dibuka di Leiden dalam rangka peringatan lustrum ketiga (15 tahun) Asosiasi Mahasiswa-Indologis (Studenten-Indologenvereeniging) yang didirikan pada tahun 1902. Auditorium kecil Universitas sepenuhnya diisi dengan peserta konferensi (yang secara konsisten terdiri dari mahasiswa yang terdaftar di universitas Belanda). Saat ini Masyarakat Hindia adalah; Chineesebc Vereeniging Chung Hwa Hui; de vereeniging van Indologlsche studenten van het Utrechtsch Studentencorps ‘Van Verre’; de vereeniging Onze Koloniën te Delft; de Studentenafdeeling van de Vereeniging Oost en West (Leiden); de vereeniging Kcempoelan Tani Djawi (Wageningen); en de onderafdeelingen Tropische Land- en Boschbouw van de Studentenvereeniging te Wageningen. HJ van Mook, presiden serikat membuka pertemuan...(tiba giliran) Dahlan Ahdoellah sebagai pembicara mewakili Indische Vereeniging: ‘Kami, Indonesiers adalah elemen utama di Belanda, rakyat Hindia, dan karena itu kami memiliki hak untuk memiliki lebih dari sebelumnya dalam pemerintahan nasional. Indisch Vereenigingner lebh tua dari yang lainnya...’. Dahlan Abdoellah mengurai di awal tentang kehidupan awal di Hindia hingga datangnya Belanda’.

Dari kongres tersebut, pada intinya, pidato Dahlan Abdoellah mirip dengan pidato Soetan Casajangan pada tahun 1911. Soetan Casajangan diundang oleh Vereeniging Moederland en Kolonien (Organisasi para ahli/pakar bangsa Belanda di negeri Belanda dan di Hindia Belanda) untuk berpidato dihadapan para anggotanya. Dalam forum yang diadakan pada tahun 1911, Soetan Casajangan, berdiri dengan sangat percaya diri dengan makalah 18 halaman yang berjudul: 'Verbeterd Inlandsch Onderwijs' (peningkatan pendidikan pribumi): Berikut beberapa petikan penting isi pidatonya.

Geachte Dames en Heeren! (Dear Ladies and Gentlemen).

    ..saya selalu berpikir tentang pendidikan bangsa saya...cinta saya kepada ibu pertiwa tidak pernah luntur...dalam memenuhi permintaan ini saya sangat senang untuk langsung mengemukakan yang seharusnya..saya ingin bertanya kepada tuan-tuan (yang hadir dalam forum ini). Mengapa produk pendidikan yang indah ini tidak juga berlaku untuk saya dan juga untuk rekan-rekan saya yang berada di negeri kami yang indah. Bukan hanya ribuan, tetapi jutaan dari mereka yang merindukan pendidikan yang lebih tinggi...hak yang sama bagi semua...sesungguhnya dalam berpidato ini ada konflik antara 'coklat' dan 'putih' dalam perasaan saya (melihat ketidakadilan dalam pendidikan pribumi).

Dalam pidato Dahlan Abdoellah, tampaknya Dahlan Abdoellah telah mengganti terminologi ‘coklat vs putih’ yang diapungkan Soetan Casajangan pada tahun 1911 dengan terminologi Indonesier: ‘Wij, Indonesiers vormen in, Nederlandsch Indie het hoofdbestanddeel der bevolking van Indie en als zoodanig hebben wij het recht meer dan tot, dusver aandeel te hebben in het landsbestuur’ (Kami Indonesiers membentuk Hindia Belanda adalah konstituen utama penduduk Hindia dan karena itu kami memiliki hak untuk memiliki lebih dari berpartisipasi dalam pemerintahan nasional).  Ini dengan sendirinya, Dahlan Abdoellah telah melanjutkan perjuangan Soetan Casajangan.

Sebagai suksesi Kongres Mahasiswa Hindia (Het Indisch Studentencongres), pada tahun 1918 diadakan Kongres Mahasiswa Indonesia yang pertama. Ini mengindikasikan nama Hindia telah diubah menjadi Indonesia. Ketua kongres adalah JA Jonkman. Dalam kongres ini dari pihak Indische Vereeniging berbicara tiga orang yakni Dahlan Abdoellah, Sorip Tagor dan Goenawan Mangoenkoesoemo. Fokus pembicaraan dalam kongres tahun 1918 ini adalah tentang kebutuhan perguruan tinggi di Hindia. Tema ini semakin diperdalam setelah Soetan Casajangan berbicara pada tahun 1911.

Pada bulan Mei 1918 Darmawan Mangoenkoesoemo lulus ujian transisi di HBS Semarang naik dari kelas empat ke kelas lima, Darmawan Mangoenkoesoemo adalah seorang aktivis pelajar di Semarang. Beberapa minggu sebelumnya Darmawan Mangoenkoesoemo diangkat menjadi ketua pelajar pribumi di Semarang (lihat De Indier, 04-03-1918).

Pada bulan Juni kongres pemuda Java diadakan di Solo yang dibuka oleh ketua Soekiman Trikoro Darmo (lihat De locomotief, 15-06-1918). Dalam kongres ini disepakati nama organisasi sebagai Jong Java dan akan diajukan untuk badan hukum. Hasil rapat juga diputuskan untuk berorientasi politik. Dalam kongres ini Darmawan Mangoenkoesoemo sebagai ketua delegasi dari Semarang. Nun jauh disana di Belanda, Sorip Tagor di dalam majalah Hindia Poetra pada edisi Januari 1919 menulis artikel yang pada intinya mengatakan bahwa 'studi dan kegiatan politik sejalan dalam organisasi'

Pada bulan Juni 1919 Darmawan Mangoenkoesoemo lulus ujian akhir di HBS Semarang (lihat De locomotief, 07-06-1919). Sementara itu abangnya, Goenawan Mengoenkosoemo mahaiswa kedokteran di Leiden menjadi ketua redaksi majalah Hindia Poetra (lihat De locomotief, 06-05-1919), Sedangkan abang mereka Dr RM Tjipto Mangoenkoesoemo adalah ketua Insuliden cabang Bandoeng yang juga menjadi anggota Volksraad, Pada tahun 1919 ini Darmawan Mangoenkoeosoemo berangkat studi ke Belanda. Mereka bertiga adalah anak dari Mangoenkoesoemo, Patih dari Mangkoenegaraan.

Dr Tjipto Mangoenkoesoemo sempat pernah studi di Belanda. Ini bermula ketika tiga tokoh Bandoeng (Nationaal Indische Partij) EF Douwes Dekker, Soewardi Soerjaningrat dan Tjipto Mangoenkoeoeomo diasingkan ke Belanda tahun 1914. Namun karena alasan kesehatan, Dr Tjipto dipulangkan ke tanah air, sementara Sopewardi Soerjaningrat masih sempat menyelesaikan studinya dan mendapat akta guru LO. Soewardi Soerjaningrat pernah menjadi editor majalah Hindia Poetra sebelum kembali ke tanah air. Dr Tjipto Mangoenkoesoemo lulusan sekolah kedokteran Batavia Docrer Djawa School/STOVIA, lulus tahun 1905. Yang sama-sama lulus dengan Tjipto Mangoengkoesoemo (kelahiran Poerwadadi) antara laian Abdoel Hakim Nasoetion dan Abdoel Karim Lubis kelahiran Padang Sidempoean.

Setelah kedatangan Darmawan Mangoenkoesoemo di Belanda, tidak lama kemudian pada tanggal 3 April Dr Goenawan Mangoenkoeosoemo kembali ke tanah air setelah menyelesaikan studi kedokteran di Leiden. Dr Mangoenkoesoemo di dalam manifes kapal Prinses Jualiana bersama istri (lihat De Maasbode, 03-04-1920)

Soetan Casajangan diundang kembali oleh Vereeniging Moederland en Kolonien dari tanah air untuk berpidato di hadapan para anggota organisasi pada tanggal 28 Oktober 1920 dengan makalah 19 halaman yang berjudul :'De associatie-gedachte in de Nederlandsche koloniale politiek (modernisasi dalam politik kolonial Belanda). Forum ini juga dihadiri oleh Sultan Yogyakarta. Soetan Casajangan tetap dengan percaya diri untuk membawakan makalahnya. Berikut beberapa petikan isi pidatonya:

 

Geachte Dames en Heeren! (Dear Ladies and Gentlemen).

 

....saya berterimakasih kepada Mr. van Rossum, ketua organisasi...yang mengundang dan memberikan kesempatan kembali kepada saya...di hadapan forum ini....pada 28 Maret 1911 (sekitar sepuluh tahun lalu)...saya diberi kesempatan berpidato karena saya dianggap sebagai pelopor pendidikan bagi pribumi...ketika itu saya menekankan perlunya peningkatan pendidikan bagi bangsa saya...(terhadap pidato itu) untungnya orang-orang di negeri Belanda yang respek terhadap pendidikan akhirnya datang ke negeri saya..dan memenuhi kebutuhan pendidikan (yang sangat diperlukan bangsa) pribumi. Gubernur Jenderal dan Direktur Pendidikan telah bekerja keras untuk merealisasikannya..yang membuat ribuan desa dan ratusan sekolah telah membawa perbaikan..termasuk konversi sekolah rakyat menjadi sekolah yang mirip (setaraf) dengan sekolah-sekolah untuk orang Eropa..

 

Sekarang saya ingin berbicara dengan cara yang saya lakukan pada tahun 1911...saya sekarang sebagai penafsir dari keinginan bangsaku..politik etis sudah usang..kami tidak ingin hanya sekadar sedekah (politik etik) dalam pendidikan...tetapi kesetaraan antara coklat dan putih...saya menyadari ini tidak semua menyetujuinya baik oleh bangsa Belanda, bahkan sebagian oleh bangsa saya sendiri...mereka terutama pengusaha paling takut dengan usul kebijakan baru ini...karena dapat merugikan kepentingannya..perlu diingat para intelektual kami tidak bisa tanpa dukungan intelektual bangsa Belanda..organisasi ini saya harap dapat menjembatani perlunya kebijakan baru pendidikan. saya sangat senang hati Vereeniging Moederland en Kolonien dapat mengupayakannya...karena anggota organisasi ini lebih baik tingkat pemahamannya jika dibandingkan dengan Dewan..’.

Darmawan Mangoenkoesoemo lulus ujian propadeutisch di bidang scheikundig (teknik kimia) di Universiteit te Delft (lihat De standaard, 16-06-1921). Disebutkan Darmawan Mangoenkoesoemo lahir di Poerwadadi (sama dengan Dr Tjipto). Di fakultas ini sudah ada terlebih dahulu Raden Soerachman.

Beberapa bulann sebelumnya Sorip Tagor diwisuda dan mendapat gelar dokter hewan (lihat Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad, 30-01-1921). Pada tahun ini juga Dr Sorip Tagor kembali ke tanah air dan ditempatkan sebagai dokter hewan di lingkungan istana Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penunjukan dan pengangkatan ini secara resmi berdasarkan surat keputusan menteri koloni no 89 tanggal 26 Mei 1921 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 22-09-1921).Dr Sorip Tagor Harahap adalah kakek dari artis Risty Tagor. Di ini universiteit te Delf pada tahun 1922 Raden Soerachman lulus ujian akhir dan mendapat gelar insinyur teknik kimia dan kemudian kembali ke tanah air. Dahlan Abdoellah lulus ujian acte MO vóór de Maleis che taal en letterkunde (lihat Het Vaderland : staat- en letterkundig nieuwsblad, 28-06-1923). Gelar MO (sarjana pendidikan) ini adalah gelar yang sama yang telah diraih Soetan Casajangan pada tahun 1911.

Pada bulan Juni 1923 Darmawan Mangoenkoesoemo lulus ujian kandidat di Delft (lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant, 19-06-1923). Ini tinggal selangkah lagi. Pada bulan Juli Darmawan Mangoenkoesoemo diberitakan lulus ujian akhir dan mendapat gelar insionyur teknik kimia (lihat Delftsche courant, 02-07-1924). Ir Darmawan Mangoenkoesoemo kembali ke tanah air. Di tanah ayah Darmawan Mangoenkoesoemo mendapat kenaikan pangkat dari patih menjadi regent di Tjilatjap (lihat De Preanger-bode, 30-08-1924).

Pada tahun 1924 ini para pengurus organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda mulai mengalami peningkatan eskalasi politik. Seperti pernah dikatakan Sorip Tagor pada edisi pertama Hindia Poetra pada tahun 1919 bahwa studi dan politik bersesuaian dengan organisasi. Organisasi mahasiswa sendiri pada kepengurusan Dr Soetomo dkk tahun 1921 telah menmgubah nama organisasi dari Indische Vereeniging menjadi Indonesiasche Vereeniging. Pada tahun 1924 ini Mohamad Hatta dkk mengubah namanya lagi menjadi Perhimpoenan Indonesia (PI). Organ majalah Hindia Poetra telah digantikan dengan majalah baru dengan nama Indonesia Merdeka.

Pada tahun 1925 Ir Darmawan Mangoenkoesoemo telah berada di tanah air. Tampakanya pemerintah tidak memperhatikan posisi apa yang dapat diberikan seperti halnya Ir Soerachman sudah menjadi insinyur teknik kimia di Departemen Industri yang membidangi teknik batik rakyat. Ir Mangoenkoesoemo dianggap anti Belanda sebagaimana dialamatkan kepada para anggota Perhimpoenan Indonesia di Belanda. Dalam situasi itu Ir Darmawan Mangoenkoesoemo menjadi guru di Jogjakarta.

De courant Het nieuws van den dag, 11-07-1925): ‘Seorang insinyur pribumi yang baru saja tiba dari Belanda tidak bisa mendapatkan pekerjaan di Pemerintah, yang ia telah ditugaskan dari Belanda. Ini menyangkut insinyur kimia muda Darmawan Mangoenkusoemo, saudara dari pemimpin rakyat yang terkenal Tjipto Mangoenkoesoemo. Selama studinya, ia tampaknya telah terlibat oleh tindakan anti-Belanda yang keras, dan sekarang harus hidup sebagai guru di sekolah nasionalis di Djokja dengan gaji f30 per bulan’.   

Lantas apakah Ir Darmawan Mangoenkoesoemo akan berubah seperti abangnya Dr Tjipto Mangoenkoesoemo yang menentang pemerintah sehingga diasingkan ke Belanda tetapi kemudian berubah lebih cooperative dengan pemerontah? Yang jelas belum lama ini sadudaranya Dr Boediardjo menikah dengan gadis Belanda di Semarang, Juga saudaranya yang menikah dengan putri Solo belum lama ini telah diangkat menjadi patih (merintis karir seperti sang ayah yang sudah menjadi regent di Tjilatjap. Tidak lama kemudian Ir Darmawan Mangoenkoesoemo pindah ke Bandoeng dan sebagai guru di sekolah Dr Douwes Dekker (lihat De Indische courant, 21-08-1925).

Teman-teman Ir Darmawan Mangoenkoesoemo dari kelompok cooperative merasa iba terhadapnya atau ingin menyelamatkan Ir Darmawan Mangoenkoesoemo agar terhindar dari golongan nasionalis, memberi dukungan bagi Ir Darmawan Mangoenkoesoemo. Teman-temanya itu adalah Dr Sardjito dan Dr Soesilo (keduanya telah memeperoleh gelar doktor dalam bidang kedokteran di Belanda) serta seorang notaris Soewandi (lihat De Indische courant, 25-08-1925). Disebutkan atas inisiatif Dr Sardjito, Dr Soesilo dan Soewandi, sebentar lagi akan mendirikan yayasan nasional berbentuk perusahaan dengan tujuan menghimpun dana agar kaum terpelajar Indonesia bisa mendirikan usaha sendiri. Salah satu alasan yang melatarbelakangi keputusan ini, antara lain, fakta bahwa insinyur kimia Darmawan Mangoenkoesoemo, karena kekurangan uang tunai yang diperlukan untuk usahanya sendiri, terpaksa menjadi guru di sekolah Taman Siswo, sementara pengetahuannya dapat digunakan untuk melayani rekan-rekan senegaranya dengan cara yang lebih sesuai dengan studinya. Sebelumnya, Dr Soetomo setelah kembali studi dari Belanda pada tahun 1924 mendirikan studieclub di Soerabaja. Dr Soetomo cooperative dengan pemerintah sehingga mendapat jabatan sebagai kepala rumah sakit kota di Soerabaja. Dr Soesilo adalah adik Dr Soetomo. Pada tahun 1926 Soekarno lulus dengan mendapat gelar insinyur teknik di THS Bandoeng. Seperti halnya Dr Soetomo, Ir Soekarno (Ir M Anwari dan mahasiswa tingkat akhir THS M Putuhen) di Bandoeng juga membentuk studieclub yang diberi nama Algenieene Studieclub..

Pada bulan November 1926 Algenieene Studieclub menyelenggarakan rapat umum di Bandoeng yang dihadiri asekitar 600 orang. Dalam acara ini diundang Stokvios untuk berbicara dengan tema "Politik dan Ekonomi dalam pemerintahan kolonial" (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 08-11-1926). Disebutkan dalam rapat umum ketua panitia adalah Ir Darmawan Mangoenkoesoemo. Dalam rapat umum ini juga dihadiri Dr Tjipto, Dr Douwes Dekker, Dr Goenawan dan Mohamad Sanoesi. Dalam rapat umum ini Ir. Anwari, Ir. Soekarno dan guru Kadmirah duduk di meja dewan (dekat dengan pembicara). Mr Stokvis berbicara bahasa Belanda yang juga diterjemahkan dengan ringkas oleh Ir Soekarno ke dalam bahasa Melayu. Diskusi semakin menghangat yang kemudian diakhiri rapat umum tepat pada pukul 12 siang.

Di Batavia, Parada Harahap pemimpin NV Bintang Hindia dan pemimpin redaksi surat kabar Bintang Hindia merekrut dua jurnalis muda di Bandoeng. Ini sehubungan dengan Parada Harahap mendirikan kantor berita Alpena dengan menempatkan sebagai editor Alpena, WR Soepratman (tinggal di pavilieum rumah Parada Harahap). Mohamad Tabrani yang belum lama lulus OSVIA Bandoeng ditempatkan sebagai editor di surat kabar Hindia Baroe (eks Neratja dimana pada tahun 1923 Parada Harahap pernah sebagai editor sebelum mendirikan Bintang Hindia). Pada bulan September 1925 Parada Harahap, jurnalis senior pendiri surat kabar Sinar Merdeka di Padang Sidempoean sebelum hijrah ke Batavia, menginisiasi pembentukan organisasi jurnalis dimana sebagai ketua Mohamad Tabrani, WR Soepratman sebagai sekretaris dan Parada Harahap sendiri sebagai ketua komisaris. Pada bulan April 1926 diadakan Kongres Pemuda di Batavia sebagai ketua panitia adalah Mohamad Tabrani (jurnalis muda di Hindia Baroe) dimana di dalam kongres salah satu pembicara Bahder Djohan, mahasiswa  STOVIA yang juga ketua Jong Sumatranen (Parada Harahap sendiri adalah sekretaris organisasi kebangsaan Sumatranen Bond). Kongres Pemuda ini diadakan di gedung Bintang Timoer di Weltevreden. Pembina kongres adalah Parada Harahap. Selepas kongres pada bulan Juni, Parada Harahap mendirikan surat kabar baru dengan nama Bintang Timoer (surat kabar yang lebih revolusioner). Pada tahun 1927, di Bandoeng, studieclub telah menjadi organisasi kebangsaan yang baru yang diberi nama Perhimpoenan Nasional Indonesia (PNI) yang mana sebagai ketua adalah Ir Soekarno dan diresmikan pada tanggal 4 Juli. Sehubungan dengan itu, Parada Harahap menginisiasi pembentukan federasi organisasi kebangsaan yang diadakan di rumah Prof Husein Djajadiningrat. Sebagaimana diketahui, Husein Djajadiningrat adalah sekretaris dalam pembentukan organisasi mahasiswa pribumi di Belanda tahun 1908 yang diberi nama Indische Vereeniging yang mana sebagai ketua Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan (yang pada tahun 1927 menjadi direktur sekolah guru Normaal School di Meester Cornelis/Djatinegara). Hasil pertemuan dibentuk federasi organisasi kebangsaan yang diberi nama Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenaan Kebangsaaan Indonesia (PPPKI) yang mana sebagai ketua ditunjuk MH Thamrin (Kaoem Betawi) dan sebagai sekretaris Parada Harahap (Sumatranen Bond). Dalam rapat itu juga dibuat program yakni membangunan gedung nasional di gang Kenari dan mengadakan Kongres PPPKI di Batavia pada bulan September 1927. Dalam pertemuan pembentukan federasi ini turut hadir Ir Soekarno (PNI Bandoeng) dan Dr Soetomo (Studieclub Soerabaja). Pada bulan Juli menjelang Kongres PPPKI, para pemimpin organisasi pemuda berkumpul di Batavia dan membentuk federasi yang diberi nama Persatoen Pemoeda dan Peladjar Indonesia (PPPI). Hasil pertemuan sepakat mengadakan Kongres Pemuda pada bulan September di Batavia. Pengurus PPPI yang juga menjadi komite inti kongres terdiri dari ketua Soegondo (Jong Java cabang Batavia), sekretaris Mohamad Jamin (Jong Sumatra) dan bendahara Amir Sjarifoeddin Harahap (Jong Batak). Dalam Kongres PPPKI Ir Soekarno berbicara, juga Mohamad Hatta (ketua PI di Belanda) diundang berbicara tetapi tidak bisa hadir karena sibuk studi di Belanda tetapi mengirim perwakilan yakni Ali Sastroamidjojo. Hasil kongres disepakati nama federasi menjadi Perhimpoenan Partai-Partai Kebangsaan Indonesia (PPPKI) dan akan menyelenggarakan kongres pada tahun 1929 di Solo. Sementara hasil Kongres Pemuda adalah berupa putusan yang berisi satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa: Indonesia. Lagu Indonesia Raja karya WR Soepratman diperdengarkan di dalam kongres. Dalam konteks inilah peran Parada Harahap saling terkait satu sama lain.

Tampaknya dorongan Dr Sardjito, Dr Soesilo dkk dan kampanye yang dilakukan menyebabkan pemerintah berupah pikiran terhadap Ir Darmawan Mangoenkoesoemo. Pada bulan Desember 1926 diketahui Ir Darmawan Mangoenkoesoemo telah diangkat pemerintah untuk sementara sebagai dengan jabatan asisten pada Departemen Perindustrian dan Pertanian (lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 29-12-1926). Di dalam departemen ini sudah lebih dahulu ada Ir Soeracahman yang juga insinyur teknik kimia Delft (lulus 1922). Dr Sardjito dan Dr Soesilo juga sama-sama lulusan Belanda. Dr Sardjito adalah mantan ketua Boedi Oetomo cabang Batavia (1914-1916).

Kisah Dr Soetomo dan Dr Sardjito dimulai tahun 1915. Setelah berugas sebagai dokter pemerintah dua tahun di Tandjoeng Morawa (Deli) Dr Soetomo ditempatkan di Jawa, Di Batavia Dr Soetomo meminta Dr Sardjito untuk diadakan rapat umum para anggota karena ingin berbicara. Dalam rapat umum yang dipimpin langsung Dr Sardjito kemudian Dr Soetomo menyatakan bahwa kita (Boedi Oetomo) tidak lagi bisa sendiri. Banyak kuli asal Jawa di Deli sangat menderita akibat ordonasi poenalie sanctie di perkebunan, Di luar sana, terutama orang-orang Tapanoeli banyak yang pintar-pintar. Sejak inilah mulai tumbuh dan semakin banyak para aktivis Boedi Oetomo yang mulai bergeser menjadi visi nasional. Boleh jadi, sementara itu Dr Soetomo sudah mengetahui sepak terjang Indische Vereeniging di Belanda yang bervisi nasional, organisasi mahasiswa yang digagas diketua oleh Radjieon Harahap gelar Soetan Casajangan pada tahun 1908. Tampkanya harapa Dr Soetomo itu belum terwujud karena aktivis Boedi Oetomo masih terbelah, sebagia besar dengan visi kedaerahan (sebatas Jawa dan Madoera) sebagian yang lain sudah bervisi nasional. Semuanya menjadi diam kembali. Pada saar Dr Soetomo ditempatkan di Palembang sebagai dokter pemerintahan, pada tahun 1918 muncul berita besar dari Deli. Seorang krani (juru tulis perkebunan) membongkat kasus poenalie sanctie di perkebunan-perkebunan. Krani ini awalnya mengirim laporannya ke surat kabar Benih Mardika yang terbit di Medan. Lalu kemudian laporan itu diolah dan dibuat artikel berseri. Artikel-artikel ini kemudian dilansir surat kabar Soeara Djawa yang kemudian menjadi heboh di Jawa. Dr Soetomo di Palembang boleh jadi sumringah. Kuli-kuli asal Jawa di Deli akan terbebaskan di Deli dari penderitaan. Krani yang membongkar kasus poenalie sanctie di Deli itu adalah Parada Harahap. Untuk membalas budi Parada Harahap (sekretaris PPPKI), pada saat penyelengaraan Kongres PPPKI pada bulan September 1928, Dr Soetomo dengan sepenuh hati bersedia menjadi ketua panitia kongres. Sebagaimana diketahui Dr Soetomo pada tahun 1928 masih sebagai ketua Studieclub Soerabaja, grup pemikir yang dibentuk Dr Soetomo sepulang studi dari Belanda pada tahun 1924. Dr Soetomo sendiri di Belanda pernah menjadi ketua Indische Vereeniging (organisasi yang didirikan Soetan Casajangan). Dr Soetomo berangkat studi ke Belanda pada tahun 1919 (sepulang dari Palembang). Pada tahun 1919 ini Dr Sardjito juga berangkat studi ke Belanda.

Pengangkatan Ir Darmawan Mangoenkoesoemo menjadi insinur di departenmen perindustrian mendapat sambutan dari rekan-rekannya sebagaimana diberitakan De Indische courant, 12-01-1927 yang mengutip surat kabar Darmo Kondo. Bad news, good news ini sebagai berikut:

‘Mereka menulis kepada kami dari pihak paribumi bahwa hari ini kita membaca laporan pengangkatan Ir Darmawan Mangoenkusoemo sebagai Asisten Bidang Perindustrian Departemen Pertanian, Perindustrian dan Perdagangan. Pengangkatan ini diterima dengan sangat memuaskan oleh para intelektual pribumi yang, mengingat pernyataan kepercayaan Gubernur Jenderal saat ini, sekarang menunggu apa yang bisa dilakukannya. Seperti diketahui, setelah menyelesaikan studinya di Belanda, Ir Darmawan Mangoenkusoemo kesulitan mencari pekerjaan di bawah kekuasaan GG Fock. Sebagai mantan ketua Indische Vereeniging yang didirikan di Belanda, Ir Darmawan telah melakukan kampanye yang kurang lebih ekstremis yang membuatnya agak berbahaya untuk membawanya ke layanan pemerintah. Setibanya di Hindia, Ir Darmawan bergabung dengan Kstrija Institute, sebuah lembaga pendidikan yang dipimpin oleh Dr Douwes Dekker. Pengangkatan Pak Darmawan Mangunkusoemo ke dinas pemerintah dianggap sebagai langkah menuju kerjasama yang sangat diperlukan untuk mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat pribumi, catat Darmo Kondo’.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Ir Darmawan Mangoenkoesoemo: Menteri Kemakmuran Republik Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar