Laman

Minggu, 03 April 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (510): Pahlawan Indonesia dan Oei Jan Lee Studi di Belanda; Indische Vereeniging dan Chung Hwa Hui

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa Oei Jan Lee? Yang jelas bukan Pahlawan Nasional Jhon Lee.  Oei Jan Lee disebut adalah orang Cina (baca: Orang Tionghoa) pertama yang berangkat studi ke Belanda dan berhasil meraih gelar sarjana hukum (Mr). Sedangkan orang pribumi pertama yang meraih gelar sarjana hukum (Mr) disebut RM Gondowinoto. Oei Jan Lee dapat dikatakan berangkat studi ke Belanda jauh sebelum Chung Hwa Hui terbentuk (1911).

Sejarawan Harry A. Poeze dalam bukunya yang berjudul: "Di Negeri Penjajah", menyebut orang Indonesia pertama yang meraih gelar Meester in de rechten (Mr.) atau sarjana hukum adalah Raden Mas Gondowinoto pada 1918. Meskipun demikian, juga ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Sarjana Hukum pertama orang Hindia Belanda adalah Oi Jan Lee. Namun artikel ini bermaksud mengacu pada orang pribumi pertama peraih gelar sarjana hukum. Universitas Leiden. Universiteit Leiden, Belanda, memiliki sejarah yang cukup dekat dengan komunitas hukum Indonesia. Gondowinoto lahir pada 1889 di Yogyakarta. Putra dari Pangeran Notodirodjo, saudara Pakoe Alam VI. Ayahnya sangat peduli dengan pendidikan. Karenanya dia dan saudara-saudaranya dimasukkan ke sekolah Belanda. Setelah lulus pendidikan ELS dan HBS pada 1907, dia menyusul kakaknya, Raden Mas Notokworo, meneruskan pendidikan ke Negeri Belanda. Notokworo menjadi orang Indonesia pertama yang menjadi dokter dari Universitas Leiden tanpa lebih dulu mengikuti pendidikan STOVIA. Pada 1910, Gondowinoto, yang menguasai bahasa Latin dan Yunani, mengikuti langkah kakaknya yang lain, Noto Soeroto, mengambil jurusan hukum di Universitas Leiden. Noto Soeroto menjadi orang Indonesia pertama yang menempuh ujian kandidat hukum atau kandidaatexamen (semacam sarjana muda). Namun, dia gagal meraih gelar Mr. Sehingga Gondowinoto yang menjadi orang Indonesia pertama meraih gelar Mr pada tahun 1918 (https://www.hukumindo.com)

Lantas bagaimana sejarah Oei Jan Lee? Seperti disebut di atas, Oei Jan Lee studi hukum di Belanda dan dianggap sebagai orang Cina asal Hindia pertama sarjana hukum (Mr). Lalu bagaimana sejarah Oei Jan Lee? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pahlawan Indonesia dan Oei Jan Lee: Studi di Belanda

Tidak terinformasikan bagaimana dan dimana Oei Jan Lee menyelesaikan sekolah dasar dan sekolah menengah. Yang cukup jelas adalah Oei Jan Lee mengikuti ujian masuk di Gymnasium Willem III School, Afdeeling HBS di Batavia tahun 1878 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 04-10-1878). Disebutkan ujian penerimaan untuk Gymnasium Willem III Afd HBS tahap ketiga (terakhir) yang mana yang lulus antara lain ditempatkan di kelas dua. Pada tahun 1879 Oei Jan Lee lulis ujian transisi naik dari kelas dua ke kelas tiga (lihat Bataviaasch handelsblad, 09-08-1879).

Gymnasium Willem III School, Afdeeling HBS di Batavia dibuka pada tahun 1860. Dalam perkembanganya dibuka akses bagi siswa-siswa non Eropa/Belanda. Yang lulus ujian trnasisi ke kelas tiga (tanpa syarat) selain Oei Jan Lee antara lain Tan Tjoen Lian, Raden Mas Notodirodjo, Moentadjieb dan Raden Mas Soemito. Hanya mereka yang bernama non Eropa/Belanda dalam satu kelas, demikian juga kelas di bawah mereka (naik ke kelas dua) maupun pada kelas-kelas yang lebih tinggi (naik kelas lima). Boleh jadi akses bagi siswa non Eropa/Belanda baru dimulai pada tahun 1878 (sebagai percobaan). Meski percobaan tampak hasilnya baik (semua lulus ujian transisi naik ke kelas tiga). Nama Raden Mas Notodirodjo tidak asing lagi sebagaimana pada artikel-artikel sebelum ini. RM Notodirodjo adalah kerabat Pakoelaman, ayah dari RM Noto Soeroto bersaudara.

Pada tahun 1880 Oei Jan Lee lulus ujian naik dari kelas tiga ke kelas empat (lihat De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad, 11-08-1880). Demikian juga Tan Tjoen Liang lulus tanpa syarat. Nama-nama Raden Mas Notodirodjo, Moentadjieb dan Raden Mas Soemito tidak ada dalam daftar yang lulus ujian. Apakah mereka bertiga gaga/menunda studi? Pada kelas terendah yang naik ke kelas dua semuanya nama-nama Eropa/Belanda. Praktis nama-nama non Eriopa/Belanda yang dinyatakan lulus pada tahun 1880 hanya Oei Jan Lee dan Tan Tjoen Liang. Dalam daftar kelulusan HBS di G Willem III hanya terdapat nama Tan Tjoen Liang, naik dari kelas empat ke kelas lima (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 07-11-1881). Nama Tan Tjoen Liang hanya satu-satunya non Eropa/Belanda untuk semua kelas.

Ini mengindikasikan bahwa RM Notodirodjo dapat dianggap telah gagal atau mengundurkan diri. Lalu bagaimana dengan Oei Jan Lee. Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 07-11-1881 menyebutkan Oei Jan Lee adalah anak dari Letnan Cina di Bandanaira (Maluku) yang mengawali pendidikan di sekolah dasar berbahasa Belanda (ELS) kemudian melanjutkan studi ke sekolah swasta (1875-1877). Lalu di bawah asuhan WG van Krieken dilakukan persiapan untuk masuk ke HBS di GW III S Batavia (seperti disebut di atas, lulus dan diterima tahu 1878). Pada tahun 1881 tidak terinformasikan apakah Oei Jan Lee gagal ujian transisi. Akan tetapi disebutkan beberapa bulan yang lalu Oei Jan Lee dengan HBS tiga tahun berangkat ke Leiden pada usia 19 untuk belajar untuk menjadi pengacara. Juga disebutkan redaksi telah membaca surat pertama Oei Jan Lee dari Belanda untuk orang tuanya di Bandaneira. Dari berita ini terkesan bahwa Oei Jan Lee tidak meneruskan HBS di Batavia setelah lulus kelas tiga (kelak setara MULO) dan menetruskan HBS di Belanda.    

Kehadiran Oei Jan Lee di Belanda telah membuat heboh. Surat kabar besar Algemeen Handelsblad memperhatikannya. Dalam Algemeen Handelsblad, 13-12-1881 kehadiran Oei Jan Lee adalah orang Cina yang pertama di Belanda yang dikomentrasi dengan sedikit reaktif yang memberi peringatakan bagi siswa-siswa Belanda. Disebutkan jika Oei Jan Lee berhasil menjadi pengacara maka orang-orang Cina akan memilihnya sebagai pengacara dan itu menjadi alarm bagi pengacara Belanda; dan juga jika Oei Jan Lee ini semakin banyak maka itu akan mengurangi peluang mahasiswa dan lulusan hukum Belanda berkarir di Hindia. Menurutnya dampaknya tidak terasa sekarang, tetapi akan terlihat nanti. Fakta bahwa Oei Jan Lee belum diterima di sekolah hukum di Belanda karena masih menyelesaikan pendidikan HBSnya. Namun dengan cita-citanya untuk menjadi pengacara sudah mulai terkesan heboh.

Isu tentang kehadiran orang non Eropa/Belanda dari Hindia studi ke Belanda selama tidak muncul. Mengapa kehadiran Oei Jan Lee terasa menjadi seakan ada gangguan di dalam opini oranfg Belanda? Sebelumnya, siswa-siswa pribumi yang melanjutkan studi ke Belanda adalah yang melanjutkan studi keguruan dan studi administrasi pemerintahan. Studi keguruan akan menjadi guru dan guru-guru pribumi lulusan Belanda itu akan kembali dan menjadi guru diantara penduduk pribumi. Ini yang terejadi pada diri Sati Nasoetion alias Willem Iskander yang berangkat studi ke Belanda tahun 1857 dan lulus tahun 1860 yang kemudian Willem Iskander mendirikan sekolah guru tahun 1861 di kampongnya di Tanobato, afdeeling Angkola Mandailing, Residentie Tapanoeli. Lalu Ismangoen Danoe Winoto yang lulus akademi pemerintahan di Belanda yang lulus tahun 1875 kembali ke tanah air menjadi pegawai/pejabat pemerintah. Terakhir saat dimana Oei Jan Lee berada di Belanda, guru muda asal Ambon JH Wattimena studi keguruan di Haarlem dan lulus tahun 1884 dan kemudian kembali ke Ambon menjadi guru. Kehadiran Oei Jan :Lee menjadi berbeda, karena ingin studi hukum dan berkeinginan menjadi pengacara. Bidang studi ini tidak bermasalah bagi orang Belanda, tetapi karir orang-orang Belanda di bidang peradilan kan sedikit banyak terganggu. Hal itulah kehadiran Oei Jan Lee yang melanjutkan studi di Belanda telah menjadi permbicangan (isu). Untuk bidang lain seperti kedokteran atau teknik kemukinan tidak menimbulkan masalah. Soal hukum tidak hanya soal peradilan itu sendiri, tetapi klien hukum menjadi inti dari isu?

Sementara Oei Jan Lee diketahui tengah mengikuti atau meneruskan sekolah HBS di Belanda, juga diketahui teman Oei Jan Lee di HBS Batavia, Tan Tjioen Liang sudah berada di Belanda (lihat Delftsche courant, 11-12-1883). Disebutkan di Politeknik di Delft terdaftar Tjoen Liang Tan, seorang Cina, putra kapten Cina di Buitenzorg. Tan Tjoen Liang menyelesaikan HBS lima tahun di Batavia pada tahun ini.

Ini mengindikasikan bahwa Tan Tjoen Liang di politeknik di Delft baru pada tahun pertama. Juga disebutkan seperti Oei Jan Lee, Tan Tjoen Liang datang di Belanda pada usia 18 tahun, Oei Jan Lee disebut sekarang belajar di Gymnasium di Leiden. dengan harapan tahun depan, pada usia 19 tahun, Oei Jan Lee akan diterima di perguruan tinggi untuk mendapatkan gelar doktor (Mr) di bidang hukum. Oei Jan Lee putra Letnan Cina di Bandaneira, Oei Soei Tjoan (lihat Le courrier de la Meuse, 12-12-1883).

Oei Jan Lee lulus ujian akhir di Leiden (lihat Het nieuws van den dag : kleine courant, 09-07-1884). Disebutkan di Leiden ujian (ujian masuk perguruan tinggi) di Gymnasium diantaranya Oei Jan Lee afdeeling a (bidang hukum). Pada tahun 1885 Oei Jan Lee lulus ujian kandidat di bidang hukum di Rjiksuniversiteit te Leiden (lihat Het vaderland, 19-10-1885).

Oei Jan Lee diberitakan di Belanda telah mengajukan diri untuk dinaturalisasi (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 09-11-1886). Disebutkan Oei Jan Lee yang menyelesaikan HBS di Belanda dan tengah mengikutu studi hukum di Unversitas Leiden telah menghadap Radja untuk mengajukan naturalisasi. Apakah ada non Eropa./Belanda berasal dari Hindia yang sudah dinaturalisasi? Saat Ismangoen Daboe Winoto kembali ke tanah air pada tahun 1875 dengan beslit yang diperoleh di Belanda berbenturan dengan peraturan peundang-undangan yang mengharuskan untuk menjadi pejabat harus orang Belanda. Pada saat itu Ismangoen meradang. Namun tidak terinformasikan apakah Ismangoen telah melakukan jalan proses naturalisasi. Besar dugaan apa yang pernah terjadi sebelumnyanya sudah diketahui oleh Oei Jan Lee sehingga untuk memperbesar peluang lalu mengajukan naturalisasi. Tampaknya Oei Jan Lee walau berasal dari daerah terpencil di Maluku, tetapi cara berpikir/mental cukup futuristik. Seperti sebelumnya, kembali muncul isu baru, keinginan Oei Jan Lee dinaturalisasi juga tidak sepenuhnya mulus, sebagai orang Belanda menolaknya dengan alasan berbeda-beda (lihat antara lain De Tijd : godsdienstig-staatkundig dagblad, 02-02-1887).

Oei Jan Lee akhir lulus ujian dan mendapat gelar sarjana hukum (lihat Dagblad van Zuidholland en 's Gravenhage, 15-10-1888). Oei Jan Lee tampaknya belum puas, lalu melanjutkan studi ke tingkat doktoral. Pada bulan Januari 1889 Mr Oei Jan Lee meraih gelar doktor bidang hukum di Leiden (lihat Nieuwe Vlaardingsche courant, 16-01-1889).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Oei Jan Lee: Indische Vereeniging dan Chung Hwa Hui

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar