Laman

Kamis, 14 Juli 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (711): Bahasa Melayu dan Sisa Kolonial Bahasa Inggris di Malaysia; Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sebenarnya tidak ada lagi hal yang dapat diperbandingkan antara apa yang seharusnya sterjadi di Indonesia dan di Malaysia mulai dari soal persatuan dan kesatuan, serta bahasa, budaya dan orientasi politik. Pada era kolonial dan seputar pasca kolonial banyak aspek yang dapat diperbandingkan. Namun kini sudah jauh perjalanan waktu. Dan akan banyak hal yang isu tempo doeloe tidak sama lagi dengan isu sekarang, termasuk soal isu bahasa.


Di Indonesia soal persatuan dan kesatuan bangsa sudah lama melembaga, sementara di Malaysia masih sibuk mempersoalkan isu persatuan dan kebangsaan. Di Malaysia orang masih sebuk dengan soal bahasa yakni kedudukan bahasa Melayu, sementara di Indonesia sudah sejak lama tuntas dalam soal bahasa Bahasa Indonesia. Anehnya saat di Malaysia heboh isu bahasa malah ingin bahasa Melayu menjadi bahasa ASEAN, sedangkan di Indonesia bahwa Bahasa Indonesia sudah lama mantap dan secara perlahan Bahasa Indonesia telah menginternasional. Hal itulah mengapa isu yang diperbandingkan tidak sama lama dibanding tenmpo doeloe. Di Indonesia orang Cina dan orang India berbahasa Indonesia, sementara ketika orang Cina di Malaysia berbahasa Mandarin dan orang Indis berbahasa Tamil diminta untuk berbahasa Melayu, tentulah tidak bisa. Karena jalan yang dipilih di Malaysia pada masa lalu adalah eksistensi bahasa Melayu dan bahasa Mandarin dan bahasa Tamil. Atas dasar itu, meski bahasa Melayu diajadikan sebagai bahasa resmi, tetapi secara alamiah untuk bahasa pengantar antar bangsa berbeda di Malaysia dilakukan dengan bahasa Inggris. Untuk sekadar menambahkan, karena orang India berbahasa Bahasa Indonesia di Medan, lalu apakah orang India di Kuala Lumpur harus berbahasa Melayu? Yang jelas orang India di Medan dan orang India di Kuala Lumpur tidak bisa diperbandingkan lagi, karena isunya sudah berbeda. Dan ketika ada guru besar Malaysia menganggap Bahasa Indonesia tidak ada, dan menganggap Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu Indonesia, maka isunya pun telah berbeda jika dibanding tempo lalu. Jelas tidak mungkin nama Bahasa Indonesia diubah menjadi Bahasa Melayu Indonesia.

Lantas bagaimana sejarah bahasa Melayu dan sisa kolonial bahasa Inggris di Malaysia? Seperti disebut di atas, banyak aspek yang tidak bisa lagi diperbandungkan antara yang ada di Indonesia dengan di Malaysia hari ini, karena sudah berbeda isu dibandingkan pada masa lampau.. Dalam hal ini tidak bisa langi dibandingkan antara bahasa Melayu di Malaysia dengan Bahasa Indonesia di Indonesia. Lalu bagaimana sejarah sejarah bahasa Melayu dan sisa kolonial bahasa Inggris di Malaysia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Bahasa Melayu dan Sisa Kolonial Bahasa Inggris di Malaysia: Bahasa Melayu vs Bahasa Indonesia

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bahasa Melayu vs Bahasa Indonesia: Sisa Kolonial Bahasa Inggrsi di Malaysia, Sisa Kolonial Belanda di Indonesia Sudah Lama Berlalu

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar