Laman

Sabtu, 08 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (34):Geomorfologi Pulau Belitung, Antara Selat Karimata-Selat Gaspar; Tanah Aluvial, Kwarsa dan Granit


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Kepulauan Belitung, pulau besar Billiton diantara pulau Mendanau di barat dan pulau Nangka di utara. Pulau Mendanau Sebagian besar daratannya terbentuk dari tanah alluvial, sedangkan pulau Nangka awalnya merupakan pulau karang. Seperti halnya pulau Bangka dan pulau Karimata, secara geomorfologis, pulau Belitung haruslah menjadi perhatian dalam perjalanan sejarah.


Geomorfologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan proses yang membentuknya. Para ahli geomorfologi mencoba untuk memahami kenapa sebuah bentang alam terlihat seperti itu, untuk memahami sejarah dan dinamika bentang alam. Geomorfologi dipejari di geografi, geologi, geodesi, arkeologi, dan teknik kebumian. Geomorfologi telah menjadi sebuah disiplin ilmiah sebelum abad ke-17 Masehi. Pada dasarnya ruang lingkup kajian dari geomorfologi adalah bentuk permukaan Bumi. Dalam pembahasan ilmiah, bentuk permukaan Bumi ini meliputi penemuan dan pengenalan bentuk lahan dan faktor-faktor pembentuknya. Geomorfologi juga membahas tentang sejarah dan asal-usul bentuk lahan. Geomorfologi menetapkan objek kajiannya adalah bentuk lahan. Proses pembentuk utama yang bertanggung jawab terhadap pembentukan topografi adalah angin, ombak, cuaca, pergerakan tanah, aliran air, gletser, tektonik, dan vulkanik. Geomorfologi memiliki keterkaitan dengan geografi. Kedua jenis keilmuan ini saling membutuhkan satu sama lain. Keterkaitan antara geomorfologi dan geografi berkaitan dengan ilmu geografi yang disebut geomorfologi geografi. Ruang lingkup ilmunya meliputui hubungan antara geomorfologi dengan objek material dalam geografi. Kajian geomorfologi geografi menghasilakan ilmu bentang lahan, bentang alam dan bentang geografi (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah geomorfologi Pulau Belitung, antara Selat Karimata dan Selat Gaspar?  Seperti disebut di atas, pendekatan geomorfologis dalam sejarah masih kurang mendapat perhatian, lebih-lebih dalam hal ini perhatian terhadap geomorfologis kepulauan Belitung. Pulau Belitung sendiri terdiri dari tanah aluvial, kwarsa dan granit. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi Pulau Belitung, antara Selat Karimata dan Selat Gaspar? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Geomorfologi Pulau Belitung, Antara Selat Karimata dan Selat Gaspar; Tanah Aluvial, Kwarsa dan Granit

Sebelum memahami geomorfologis ke(pulau)an Belitung, ada baiknya memperhatikan arah selat Gaspar dan selat Karimata. Dua selat ini membingkai kepulauan Belitung. Selat Gaspar di barat, arahnya dari utara (Laut Cina Selatan) ke selatan ke (pulau) Jawa. Seementara selat Karimata adalah selat yang arahnya dari timur ke barat di selatan kepulauan Karimata. Selat Karimata ini adalah jalur navigasi dari selatan di pantai utara Jawa ke arah utara di Laut Cina Selatan, namun harus berbelok ke arah barat sebelum mencapai pulau Karimata.


Berdasarkan peta geomorfologis kepulauan Belitung (Peta 1897) sejatinya kepulauan Belitung dan kepulauan Bangka berada di dalam gugus kepulauan yang sama (berbeda dengan kepulauan Karimata). Sudah barang tentu gugusan pulau ini di dasar laut akan menyebabkan arus laut bergerak dari barat ke timur atau sebaliknya. Kepulauan Karimata akan menjadi penghalang arus laut yang berasal dari Laut Cina Selatan kea rah Laut Jawa.

Oleh karenanya, dalam navigasi pelayaran (perdagangan) pada zaman kuno, selat Karimata sebagai jalur navigasi pelayaran tidak tegak lurus dari arah utara ke selatan (atau sebaliknya) tetapi dari barat ke timur atau sebaliknya. Dalam konteks inilah disebut selat Karimata yang sebenarnya (penamaan awal). Disebut nama selat dengan nama Karimata, karena pulau ini adalah pulau terbesar, suatu pulau dimana terdapat populasi (pos perdagangan). Namun pada masa ini, selat Karimata diasosiasikan sela tantara pulau Sumatra dan pulau Kalimantan.


Secara khusus gemorfologis antara pulau Belitung dan pulau Karimata berbeda arah. Pulau Belitung memiliki pulau-pulau kecil dari arah selatan ke utara (hingga) ke pulau Nangka. Sementara pulau Karimata memiliki pulau-pulau kecil gugusnya kearah barat (daya). Dalam hal ini arah gugus kepulauan Belitung dan kepulauan Karimata berbeda secara geomorfologis (lihat Peta 1665). Kondisi ini sesuai dengan peta geomorfologis Pata 1897.

Dengan mengacu pada geomorfologis Peta 1897 pulau Belitung diidentifikasi terbentuk dari kawasan granit (warna tebal) dan kawasan kwarsa (warna terang); sementara tanah-tanah alluvial berada di pesisir pantai atau daerah aliran sungai (warna lebih terang). Kawasan granit terluas berada di pantai utara pulau Belitung (wilayah Sijuk). Kawasan granit yang luasnya signifikan terdapat di pantai selatan (wilayah Nendang) dan di pantai timur laut (wilayah Manggar).


Kawasan granit dan kawasan kuarsa berawal dari pembentukan permukaan bumi. Dalam hal ini granit adalah jenis batuan intrusif, felsik, igneus yang umum dan banyak ditemukan. Sebagian besar granit bertekstur keras dan kuat serta memiliki ketahanan yang lama, oleh karena itu granit banyak digunakan sebagai batuan untuk konstruksi. Granit merupakan batuan berbutir cukup kasar dengan kandungan kuarsa dan feldspar yang tinggi yang umumnya sangat keras dan tahan terhadap erosi. Granit membentuk banyak area pendakian dan menjadi tujuan populer bagi para pendaki panjat tebing. Batupasir kuarsa merupakan endapan batu pasir yang kaya akan mineral kuarsa (SiO2). Potensi batu pasir kuarsa yang tersingkap dipermukaan dilakukan penambangan untuk keperluan industri maupun keperluan pembangunan lainnya. Salah satu kegunaan batu pasir kuarsa untuk industri adalah sebagai bahan campuran semen yang pemanfaatannya diolah dan diekstrak kandungan Si-nya. Secara petrologi kenampakan fisik batu pasir kuarsa berwarna coklat keputihan sampai abu-abu kekuningan, ukuran butir pasir halus sampai pasir sangat kasar, masif dan perlapisan. Singkapan pada suatu area merupakan perselingan antara batupasir kuarsa dengan batugamping dan batulempung. Sementara tanah alluvial adalah tanah yang terbentuk karena hasil endapan. Endapan yang dimaksud adalah endapan dari sungai, danau, atau juga dari air hujan yang biasanya sedikit menggenang karena cekungan. Sifat dari tanah aluvial yang pertama adalah tingkat mineral yang cukup tinggi yang dibutuhkan oleh tumbuhan.

Dalam sejarahnya, area granit sulit mengalami erosi, sebaliknya mudah untuk area kwarsa. Oleh karena itu wilayah yang terdiri dari area granit dan area kuarsa menjadi salah satu sumber dalam pembentukan area alluvial terutama terjadinya proses sedimentasi jangka panjang di daerah aliran sungai dan wilayah pesisir pantai.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Tanah Aluvial, Kwarsa dan Granit: Gugus Pulau-Pulau Diantara Semenanjung Malaya dan Pantai Barat Kalimantan

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar