Laman

Jumat, 07 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (33): Teks 1365 M Negarakertagama Tidak Ada Nama Bangka Belitung; Mengapa Hanya Nama Palembang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Banyak sumber sejarah pada era Pemerintah Hindia Belanda bahkan yang berasal dari era Portugis dan era VOC. Namun sangat minim sumber sejarah era sebelumnya. Dari sumber yang terbatas, selain dari catatan Tiongkok dan Arab, ada teks prasasti dan teks Negarakertagama. Satu yang menjadi pertanyaan dalam teks Negarakertagama yang ditulis pada tahun 1365 tidak ada nama yang menyebutkan di Bangka dan Belitung. Di Sumatra Selatan sendiri hanya menyebut nama Palembang saja. Mengapa?


Kakawin Nagarakretagama (Nāgarakṛtâgama) karya Empu Prapañca bisa dikatakan merupakan kakawin Jawa Kuno yang paling termasyhur. Kakawin ini adalah yang paling banyak diteliti pula. Kakawin yang ditulis tahun 1365 ini, pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1894 oleh J.L.A. Brandes, seorang ilmuwan Belanda yang mengiringi ekspedisi KNIL di Lombok. Dia menyelamatkan isi perpustakaan Raja Lombok di Cakranagara sebelum istana sang raja itu dibakar oleh tentara KNIL. Judul kakawin ini, Nagarakretagama artinya adalah "Negara dengan Tradisi (Agama) yang suci". Nama "Nagarakretagama" sendiri tidak disebut dalam kakawin tersebut. Pada pupuh 94/2, Prapanca menyebut ciptaannya Deçawarnana atau uraian tentang desa-desa. Namun, nama yang diberikan oleh pengarangnya tersebut malah dilupakan oleh umum. Kakawin itu hingga sekarang biasa disebut sebagai Nagarakretagama. Nama Nagarakretagama tercantum pada kolofon naskah yang digarap Dr. J.L.A. Brandes: "Iti Nagarakretagama Samapta". Rupanya, nama Nagarakretagama adalah tambahan penyalin Arthapamasah pada bulan Kartika tahun saka 1662 (20 Oktober 1740). Nagarakretagama disalin dengan huruf Bali di Kancana. Naskah ini selesai ditulis pada bulan Aswina tahun Saka 1287 (September – Oktober 1365), penulisnya menggunakan nama samaran Prapanca, berdasarkan hasil analisis kesejarahan yang telah dilakukan diketahui bahwa penulis naskah ini adalah Dang Acarya Nadendra, bekas pembesar urusan agama Buddha di istana Majapahit. Dia adalah putra dari seorang pejabat istana di Majapahit dengan pangkat jabatan Dharmadyaksa Kasogatan (pejabat negara urusan agama Buddha). Penulis naskah ini menyelesaikan naskah kakawin Negarakretagama di usia senja dalam pertapaan di lereng gunung di sebuah desa bernama Kamalasana. Hingga sekarang umumnya diketahui bahwa pujangga "Mpu Prapanca" adalah penulis Nagarakretagama (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah teks 1365 Negarakertagama tetapi tidak ada nama disebut di Bangka Belitung? Seperti disebut di atas, teks Negarakerragama dapat dianggap sumber sejarah diantara minimnya sumber sejarah yang ada pada zaman itu. Dalam hal ini di Sumatera Selatan bahkan hanya nama Palembang saja yang disebut. Mengapa? Lalu bagaimana sejarah teks 1365 Negarakertagama tetapi tidak ada nama disebut di Bangka Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Teks 1365 Negarakertagama Tidak Ada Nama di Bangka Belitung; Mengapa Hanya Nama di Palembang

Teks Negarakertagama memuat banyak nama-nama tempat di seluruh nusantara (baca: Indonesia) dari pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Nama-nama termpat yang disebutkan dalam teks Negarakertagama menggambarkan kondisi pada tahun 1365. Satu yang menarik dan menjadi pertanyaan dalam hal ini adalah mengapa si Sumatera Selatan hanya satu nama yang disebut, Palembang? Sedangan di pulau Bangka dan Belitung tidak ada nama tempat yang disebut. Jelas bahwa pada saat itu, nama (kota) Palembang eksis. Dengan kata lain pada saat itu (nama) kota Palembang sudah ada. Bagaimana dengan dengan Bangka dan Belitung?


Nama-nama yang disebut dalam teks Negarakertagama haruslah dianggap nama-nama tempat yang penting saat itu, nama-nama tempat yang dikenal di Jawa pada era Majapahit. Dengan kata lain, penduduk Jawa, tidak hanya mengenal nama-nama tempat di Jawa, tetapi juga di pulau Sumatra dan pulau-pulau lainnya. Ibarat masa kini, setiap warga Jakarta mengenal nama kota Padang, kota Medan di Sumatra dan kota Banjarmasin dan kota Pontionak di Kalimantan. Juga dalam hal ini pada masa kini warga Jakarta mengenal nama kota Pangkal Pinang di pulau Bangka dan nama kota Tanjung Pandan di pulau Belitung. Lantas mengapa nama-nama tempat di pulau Bangka Belitung itu pada tahun 1365 tidak dikenal? Apakah sudah eksis? Apakah belum terbentuk? Dalam konteks inilah pertanyaan mengapa tidak ada nama tempat yang disebutkan di pulau Bangka dan pulau Belitung, menjadi penting?  

Sudah barang tentu pulau Bangka bukan pulau yang baru ditemukan atau pulau yang terbentuk baru. Fakta bahka di pulau Bangka ditemukan prasasti yang berasal dari abad ke-7. Prasasti tersebut adalah prasasti Kota Kapur (686 M), suatti nama tempat pada masa ini (desa/kampong) Kota Kapur di pantai barat pulau Bangka (dekat daerah aliran sungai Mendu). Dalam hubungan ini, jika prasasti di pantai barat pulau Bangka ditemukan prasasti berasal dari abad ke-7 sudah barang tentu pula sudah ada (pusat) peradaban pada masa itu di pulau Bangka. Namun yang menjadi masalah daerah pusat peradaban itu, mengapa tidak muncul pada abad ke-14 dalam teks Negarakertgama?


Dalam peta-peta lama (era Hindia Belanda), di pantai barat pulau Bangka ada yang diidentifikasi nama tempat dan nama sungai, Bangka. Besar dugaan nama tempat/sungai ini yang menjadi nama pulau. Nama pulau Bangka sendiri sudah didientifikasi pada peta-peta Portugis. Sementara itu sejak era Portugis, sudah didientifikasi nama Billiton untuk mengidentifikasi nama pulau Belitung. Mengapa nama pulau Billiton kemudian disebut pulau Belitung? Itu satu soal. Soal lain adalah jika diasumsikan nama Billiton/Belitung adalah nama geografis (tempat, sungai atau gunung) dimana posisi GPS berada?  

Tunggu deskripsi lengkapnya

Mengapa Hanya Nama di Palembang: Begaiamana dengan Nama Bangka dan Belitung?

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar