Laman

Minggu, 11 Desember 2022

Sejarah Madura (30): Sarekat Madoera di Jawa; Awal Sejarah Organisasi Kebangsaan Indonesia Era Pemerintah Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Adakah organisasi kebangsaan (orang asal) Madura pada era Pemerintah Hindia Belanda? Tampaknya kurang terinformasikan. Salah satu yang terkenal di Jawa adalah organisasi kebangsaan Boedi Oetomo (didirikan di Batavia, 25 Medi 1908). Organisasi Boedi Oetomo dan organisasi kebangsaan Sarekat Madoera adalah dua diantara ratusan organisasi kebangsaan di (pulau) Jawa pada era Pemerintah Hindia. Kedalam daftar ini termasuk Sumatranen Bond dan Bataksche Bond.


Organisasi kebangsaan Indonesia pertama didirikan pada era Pemerintah Hindia Belanda adalah Medan Perdamaian di Padang pada tahun 1900. Organisasi kebangsaan ini didirikan atas dasar persatuan etnik untuk membangkitkan kesadaran berbangsa dan turut memperhatikan pembangunan (orang) pribumi dalam berbagai bidang, termasuk Pendidikan, pers dan pertanian. Organisasi ini diinisiasi ileh seorang pensiunan guru dan editor surat kabar berbahasa Melayu Pertja Barat, Dja Endar Moeda. Pada tahun 1902, Dja Endar Moeda sebagai ketua Medan Perdamaian memberikan sumbangan untuk peningkatan pendidikan di Semarang sebesar f14.000. Pada tahun 1908 tidak lama setelah pendirian Boedi Oetomo, di Belanda Soetan Casajangan menginisiasi organisasi kebangsaan yang diberi nama Indische Vereeniging (Perhimpoenan Hindia). Soetan Casajangan adalah guru yang melanjutkan pendidikan tinggi di Belanda sejak 1905. Susunan penguru Indische Vereeniging adalah Soetan Casajangan sebagai ketua, Raden Soemitro sebagai sekretaris. Para komisioner adalah Hussein Djajadiningrat dan Raden Kartono (abang dari RA Kartini). Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda dan Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan adalah alumni sekolah guru (kweekschool) Padang Sidempoean.

Lantas bagaimana sejarah Sarekat Madoera di Jawa? Seperti disebut di atas, Sarekat Madoera adalah salah satu organisasi kebangsaan (Indonesia) yang didirikan pada era Pemerintah Hindia Belanda. Sarekat Madoera adalah bagian dari sejarah organisasi-organisasi kebangsaan Indonesia era Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah Sarekat Madoera di Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sarekat Madoera di Jawa; Sejarah Organisasi-Organisasi Kebangsaan Indonesia Era Pemerintah Hindia Belanda

Hingga tahun 1925 sudah banyak organisasi kebangsaan yang dirikan di pulau Jawa. Yang sudah terbilang tua antara lain Boedi Oetomo (1908), Sarekat Islam (1912) dan Pasoendan (1913), Sumatranen Bond (1917), Sarekat Ambon (1918). Bagian dari organisasi tersebut terdapat sayap pemuda yang didirikan seperti Jong Java (didirikan 1915) dan Jong Sumatranen Bond (1917). Untuk Jong Ambon (di Batavia) didirikan lebih dahulu daripada Sarekat Ambon (didirikan di Semarang 1918). Bataksche Bond didirikan di Batavia tahun 1919 dan kemudian menyusul pendirian Madoereezen Bond tahun 1920 serta Studie Club di Soerabaja tahun 1924. Madoereezen Bond diinisiasi Raden Majang Koesomo dan Raden Rooslan Wongso Koesoemo di Surabaya.


Banyak peristiwa penting yang terjadi pada tahun 1925. Pemimpin surat kabar Bintang Hindia di Batavia, Parada Harahap mendirikan kantor berita pers pribumi (yang ada selama ini kantor berita pers Belanda, Aneta). Untuk menjadi editor, Parada Harahap menawarkan kepada WR Soepratman di Bandoeng yang belum lama keluar dari mingguan Soeara Baroe. Di Semarang, muncul gagasan pembentukan Sarekat Madoera (lihat De locomotief, 28-01-1925). Disebutkan sejumlah besar propagandis dari Kongres Nasional Madura di Jawa Timur dan Jawa Tengah, mencari dukungan untuk kampanye propaganda yang kuat di wilayah mereka (pulau Madura dan sekitar) sehubungan dengan pendirian Sarekat Madoera dalam waktu dekat ini. Di Soerabaja pada ulang tahun pertama Studie Club (yang dipimpin Dr Soetomo dengan wakilnya Sangadji) menyelenggarakan pertemuan umum dengan mengundang berbagai organisasi kebangsaan, termasuk Madoereezen Bond, Sarekat Islam, Pasoendan dan Sarekat Ambon (lihat De Indische courant, 13-07-1925). Tidak ada perwakilan Boedi Oetomo. Mengapa? Satu yang mengrucut dalam pertemuan ini setelah para perwakilan organisasi berbicara adalah pembentukan ke arah persatuan nasional. Secara khusus Kongres Nasional Hindia yang diselenggarakan oleh Study Club akan berlangsung pada bulan Desember 1925. Tanggal 11 Juli yang menjadi kelahiran Studie Club diusulkan menjadi hari libur, hari peringatan "front persatuan" Hidup Indonesia!

Gagasan pembentukan Sarekat Madoera semakin mengerucut (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 31-01-1925). Disebutkan dengan meningkatnya ketidakpuasan di kalangan penduduk Madura mungkin akan mengarah pada pembentukan 'Sarekat Madura' minggu depan pada pertemuan yang akan diadakan di Semarang. Sarekat Madoera akhirnya berhasil dididirikan di Semarang. Ini berarti ada dua organisasi kebangsaan dari Madura (setelah sebelumnya Madoereezen-Bond). Mengepa? Apa perbedaan keduanya?

 

De locomotief, 06-04-1925: ‘Sarekat Madoera. Pertemuan umum Sarekat Madoera akan diadakan di Soerabaya pada tanggal 12 Desember, sedangkan tanggal 26 pada bulan yang sama, pertemuan serupa diadakan secara terpisah di seluruh afdeeling Madura (Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Soemenep). Antara lain akan dibahas propaganda untuk Sarekat Madoera, kebebasan bergerak dan hak serta kewajiban rakyat’. De Indische courant, 15-04-1925:Minggu lalu Sarekat Madoera bertemu di kampung Soekodhono disini untuk membahas berbagai kepentingan Madura dan lebih khusus lagi kemungkinan budaya tebu di pulau Madura, yang sangat ditentang oleh orang Madura. Delegasi dari berbagai asosiasi pribumi menghadiri pertemuan tersebut. Rapat tersebut secara aklamasi menyatakan bahwa penanaman tebu di Madura bukan untuk kepentingan anak negeri dan mengeluarkan mosi untuk itu, yang akan dikirimkan ke Volksraad, selain pemerintah dan residen Madura’. ' 

Sarekat Madoera tampaknya lebih lebih keras dari pada Madoereezen Bond. Dalam pertemuan umum yang diadakan di Soerabaja yang diselenggarakan Studie Club organisasi kebangasaan Madoereezen Bond turut hadir (lihat De Indische courant, 13-07-1925). Disebutkan Ketua Madoereezenbond, Soewono berbicara dengan mengenang bahwa bangsa-bangsa yang berbeda di nusantara sebenarnya adalah satu bangsa dan mengacu pada studi bahasa perbandingan, yang telah menyimpulkan hal ini. Bangsa Indonesia, seperti bangsa-bangsa lainnya, memiliki peradaban dan perkembangan seni dan ilmu pengetahuan, dll. Ia menyebut berbagai seniman besar juga menunjuk reruntuhan candi yang berbicara tentang seni tinggi dan tidak melupakan para jenderal besar seperti Gadja Moda, Sultan Agoeng, Taroeno Djojo, Soerapati, Dipo Negoro, Raden Sentot dan lain-lain. Bangsa Indonesia bisa kembali ke puncak masa lalu jika semua bekerja sama dengan sungguh-sungguh. Masih banyak yang tetap suam-suam kuku, acuh tak acuh terhadap kebutuhan masyarakat. Ini pasti berbeda. Ketika semua orang meletakkan tangan mereka untuk membajak, kita kembali ke kemerdekaan menuju kebebasan. Lebih lanjut ketua Madoereezen-Bond menyatakan bahwa peradaban, hanya orang banyak yang beradab orang mengerang di bawah dominasi atau kekerasan bangsa lain.


De Indische courant, 17-09-1925: ‘Pada pameran yang diadakan baru-baru ini di Studie Club di Soerabaya, Sarekat Madura juga mengirimkan beberapa sampel juwadah dalam keadaan kering, jenis yang tidak rusak selama berhari-hari dan karena itu banyak ditemukan di rumah-rumah, tidak hanya sebagai suguhan saat tamu datang. tetapi juga jika tidak ada makanan di rumah’. 

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Organisasi-Organisasi Kebangsaan Indonesia Era Pemerintah Hindia Belanda: Medan Perdamaian hingga Sarekat Madoera

Organisasi kebangsaan Indonesia yang didirikan pada era Pemerintah Hindia Belanda didirikan pada fase yang berbeda, dengan misi dan tujuan berbeda dari setiap asal daerah. Organisasi kebangsaan pertama Medan Perdamaian di Padang tahun 1900 didirikan dengan platform nasional (karena para anggotanya beragam etnik). Hal itulah mengapa Medan Perdamaian pada tahun 1902 mengirimkan sumbangan sebesar f14.000 ke Semarang untuk peningkatan penduduk pribumi. Sementara Boedi Oetomo didirikan dengan basis multi etink tetapi hanya dibatasi di Jawa (Jawa dan Sunda) dan Madura. Lantas bagaimana dengan Madoereezen Bond?


Berdasarkan statuta Madoereezen Bond yang telah disahkan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 30 Mei 1923 (lihat Javasche Courant, 08-06-1923) disebutkan tujuan asosiasi adalah: (a) meningkatkan rasa menabung di kalangan anggota; (b) memperjuangkan kemajuan ekonomi; (c) memajukan pendidikan, pertanian, industri, keagamaan, perdagangan, peradaban, dan kepentingan umum lainnya; (d) memelihara dana pemakaman; (e) mempromosikan persatuan diantara anggota dengan mendirikan masyarakat atau ruang baca. Asosiasi akan berusaha mencapai tujuan multifaset ini dengan segala cara, asalkan tidak bertentangan dengan hukum negara, dengan agama Islamdan dengan moral yang baik atau dengan ketertiban umum.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar