Laman

Minggu, 18 Desember 2022

Sejarah Madura (43): Nama Pulau Poteran di Madura; Nama-Nama Pulau di Sumenep Poteran versus Talango, Sapudi dan Raas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini 

Ada nama desa di pulau (wilayah kecamatan) Raas, kabupaten Sumenep. Akan kita hanya berbicara tentang pulau Poteran di kabupaten Sumenep. Pulau Poteran yang dekat dengan kota Sumanep di Kalianget menjadi satu kecamatan (kecamataan Talango). Disebutkan pada masa ini di pulau Poteran, yang dihuni pepolasi penduduk Madura terdapat makam ulama asal Sulawesi Syekh Yusuf al-Makassari yang juga ditemukan di Afrika Selatan. Bagaimana bisa?


Poteran adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah tenggara pulau Madura. Secara administratif, pulau ini merupakan sebuah kecamatan tersendiri (yakni kecamatan Talango) dalam wilayah kabupaten Sumenep. Populasi penduduk pulau merupakan suku Madura. Pulau Puteran merupakan pulau yang secara geografis paling dekat dengan daratan pulau Madura dibandingkan dengan pulau-pulau lain dalam wilayah kabupaten Sumenep. Kecamatan Talango terdiri dari desa-desa Talango, Padike, Gapurana, Cabbiya, Essang, Palasa, Kombang, dan Poteran. Kantor kecamatan Talangi di desa Talango
(Wikipedia)..

Lantas bagaimana sejarah pulau Poteran di wilayah Sumenep, Madura? Seperti disebut di atas, ada nama desa Poetaran di pulau Raas dan ada nama desa Talango di pulau Poetaran. Pulau-pulau yang masuk wilayah Sumenep antara lain pulau Poteran, pulau Sapudi dan pulau Raas, tetapi di masa lampau yang ada adalah pulau Talangoe, pulau Sapoedi dan pulau Raas. Mengapa nama pulau Talangoe menjadi nama pulau Poteran? Lalu bagaimana sejarah pulau Poteran di wilayah Sumenep, Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*. Peta 1878

Pulau Poteran di Wilayah Sumenep, Madura; Pulau Poteran, Pulau Talango, Pulau Sapudi, Pulau Raas, Sumenep

Poteran sebagai suatu pulau, pulau yang terdekat ke daratan (pulau) Madura di Kalianget, dalam sejarahnya, haruslah dipahami dari awal di masa lampau. Karena begitulah perjalanan sejarah, bagaimana membacanya dari kiri ke kanan (dari bawah ke atas, atau dari dulu hingga sekarang). Dengan demikian, pulau putara di masa lampau sebagai suatu pulau, tetapi bukan sejarah pulau yang tersendiri, akan tetapi satu dari beberapa pulau di seputar teluk Sumenep zaman kuno.


Secara geomorfologis, di teluk Sumanep kuno (mungkin sebelum kota/kampong Sumenep terbentuk), terdapat beberapa pulau. Pulua-pulau besar diantaranya pulau Poteran, pulau Gili Ginting, pulau Hili Raja dan pulau Saroka. Pulau Saroka ini kini telah menyatu dengan daratan, sementara pulau Poteran telah meluas mendekati Kalianget. Kota Pelabuhan Kalianget sendiri, dalam hal ini dapat ditambahkan, wilayah Kalianget dulunya berada di suatu pulau sendiri yang bertetangga dengan pulau Poteran yakni pulau Maringan (kampong Maringan, kampong Kalianget dan kampong Kalimook). Perubahan geomorfologisnya sebagai berikut: Pulau Saroka telah lama menyatu dengan daratan akibat sedimentasi sungai Saroko, kemudian disusul pulau Marengan menyatu dengan daratan akiabat sedimentasi sungai Sumenep. Pulau Gili Ginting dan pulau Gili Raja diduga kuat telah mengecil (akibat abrasi), sedangkan pulau Poteran semakin meluas mendekati pulau daratan (dimana bermula pulau Maringan).

Pada permulaan kehadiran Pemerintah VOC di Sumenep (1786), militer VOC membangun benteng di dekat kampong Maringan, suatu kampong yang komunitasnya beragam, ada pedagang Cina dan ada pedagang Arab dan komunitas non-Madura. Dalam hal ini pusat perdagangan di teluk Sumenep berada di Maringan dimana di sebelah barat kampong sungai Sumenep mengalir.


Benteng (fort) sendiri dibangun di suatu area terpisah dari kampong Maringan di sebelah timur (dekat Kalimook). Pada era Pemerintah Hindia Belanda pelabuhan baru yang lebih besar dibangun di ujung tanjung, yang kelak disebut Kalianget (benteng dan pelabuhan baru berad pada garis lurus). Nama ‘Kali’ dalam hal ini bukan ‘sungai’ tetapi dihubungkan dengan orang pedagang-pedagang Moor (seperti halnya Kalianda di Sumat, Calicut di India dan California di Amerika). Akan tetapi nama ‘Kali’ juga ada yang dihubungkan dengan kali/sungai buatan (Kanal) seperti Kali Besar di Batavia dan Kali Baroe di Semarang serta Kali Maas di Soerabaja.

Pada peta-peta era VOC, pulau Poteran disebut pulau Alang (lihat Peta 1740). Untuk sekadar menambahkan pada tahun 1740 terjadi peristiwa pemberontakan orang Cina di Batavia. Di Madura, seorang pengeran Madura mendukung orang Cina memberontak untuk melawan otoritas VOC/Belanda. Ini mengindikasikan sudah banyak komunitas-komunitas Cina di wilayah pesisir pulau Madura termasuk di Maringan.


Dalam Peta 1740 pulau Alang (Alang Eulandt) berada diantara pulau Banrass di dimur dan pulau gili Ginting di barat. Di sekitar pulau pulau-pulau ini diidentifikasi perairan dangkal yang tidak bisa dinavigasi oleh pelaut-pelaut VOC/Belanda. Seperti kita lihat nanti pulau-pulau ini adalah pulau fondasi batu karang (sementara daratan pulau Madura adalah fondasi batuan/kapur). Peta 1724 dan Peta 1740

Pulau Poteran disebut pulau Alang, karena merujuk pada nama kampong Alang yang berhadapan dengan kampong Maringan dan teluk Sumenenp (dimana di bagian dalam teluk terdapat kampong/kota Sumenep). Nama kampong Alang ini kemudian bergeser menjadi kampong Talang dan kemudian menjadi kampong Talango/Talangoe. Hal itulah kemudian nama pulau juga adakalanya disebut pulau Talango (sebelum Namanya menjadi pulau Poteran).


Sejak dari awal orang Madura berada di daratan (pulau Madura). Kota-kota pantai dan pulau-pulau sekitar menjadi hunian para pendatang dari berbagai tempat. Dari nama-nama tempat ada yang mengindikasikan nama Melayu, Bugis/Makassar dan Jawa. Kampong-kampong terawal di pulau Talango/Poeteran antara lain kampong Alang diduga komunitas pedagang Melayu (sisi utara pulau), kampong Poteran dari Makassar/Bugis (sisi timur pulau) dan kampong Majapahit dari Jawa (sisi selatan/barat pulau). Kampong-kampong pendatang yang lebih tua (era Singhasari/Majapahit) di pulau-pulau yang telah menyatu dengan daratan diduga awalnya telah eksis komunitas orang Batak (pantai timur Sumatra) dan pedagang-pedagang Moor seperti di Maringan, Saroka dan Tambangan. Peta 1810-1820

Tunggu deskripsi lengkapnya

Pulau Poteran, Pulau Talango, Pulau Sapudi, Pulau Raas, Sumenep: Poteran vs Talangoe

Nama Poteran diduga baru muncul pada awal Pemerintah Hindia Belanda/pendudukan Inggris. Nama pulau Alang/Talang/Talangoe berganti menjadi nama pulau Poeteran karena arah navigasi dari selat Madoera (arah barat) dan Laut Bali (arah timur) nama yang muncul pertama dalam navigasi pelayaran adalah kampong/kota Poeteran (di pantai) sementara kampong Majapahit ada di bagian dalam pulau (sebelah tenggara Poeteran).


Pada peta-peta yang lebih muda seperti Peta 1861 sudah terbentuk pelabuhan baru di Kalianget. Seperti disebut di atas pulabuhan Kalianget ini garis lurus dengan benteng, lalu dengan jalan raya ke kota Sumenep melalui kampong/kota Maringan. Dalam peta ini nama pulau Poeteran masih disebut dengan nama pulau Talangoe. Pada Peta 1878 disebut pulau Talang. Benteng ini telah difortifikasi yang disatu sisi untuk menjaga keamanan/pertahanan dari dalam dan juga untuk menjaga pelabuhan baru Kalianget dari arah lautan.

Pelabuhan Kalianget menjadi sangat penting di kawasan teluk Sumenep. Mangapa? Pelabuhan (sungai) Maringan menjadi tidak kondusif, selain karena pendangkalan sungai Maringan juga tonase kapal yang datang semakin besar. Pelabuhan Maringan tempo doeloe menjadi memudar dan digantikan pelabuhan baru Kaliangat. Sedangkan pelabuhan zaman kuno (era Singhasari/Majapahit berada tepat di Sumenep, saat mana posisi kota Sumenep masih berada di pantai). Akibat sedimentasi jangka panjang dari sungai Sumenep/sungai Maringan, kota Sumenep menjadi jauh berada di belakang pantai. Dalam konteks inilah kemudian pulau Kaliangat menjadi penting. Juga dengan sendirinya pulau Talang atau pulau Poeteran juga menjadi penting, bukan karena nama pulau (pulau Poeteran) tetapi keberadan kampong Talang/Talangoe yang berseberangan dengan pelabuhan Kaliangat di selat yang sempit tersebut.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar