Laman

Minggu, 18 Desember 2022

Sejarah Madura (44): Pulau Mandangin di Sampang, Madura; Bagaimana Pulau Pasir Putih di Pantai Selatan Pulau Madura?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Wilayah geografis pulau Madura masa kini berbeda dengan masa lampau. Dari empat penjuru mata angin seakan pulau Madura hanya memiliki pulau-pulau di pantai timur (wilayah kabupaten Sumenep). Dalam sejarahnya, dulu ada pulau di pantai barat tetapi telah menyatu dengan daratan, konon di pantai utara juga pernah ada pulau. Bagaimana dengan pantai selatan? Mengapa kini dikenal pulau Mandangin? 


Pulau Mandangin adalah nama desa dan juga nama pulau yang berada di kecamatan Sampang, kabupaten Sampang. Pulau Mandangin adalah salah satu tempat wisata di Sampang, dan dapat dijangkau dengan perahu bermotor dari pelabuhan Tanglok. Pulau Mandangin dikenal akan keindahan pasir putih, terumbu karang, dan kehidupan masyarakatnya yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Ada cerita dahulu seseorang yang bernama Bangsacara dibunuh di pulau ini oleh Bangsapati suruhan Raja Bidarba yang ingin merebut kembali Ragapatmi (mantan istrinya) yang sudah sembuh dari penyakit kulitnya yang mengerikan (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah pulau Mandangin di wilayah Sampang, Madura? Seperti disebut pulau Mandangi sangat dikenal dan terkenal masa ini sebagai pulau pasir putih di pantai selatan pulau Madura. Akan tetapi mengapa pulau ini tidak dikenal? Lalu bagaimana sejarah pulau Mandangin di wilayah Sampang, Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Pulau Mandangin di Wilayah Sampang, Pulau Madura; Bagaimana Pulau Pasir Putih di Pantai Selatan Pulau Madura

Dalam penyelidikan sejarah, banyak ditemukan kasus dimana nama tempat (secara geografis) berbeda nama masa kini dengan masa lampau. Perbedaan itu karena ada pergeseran, akibat pengucapan lisan, penulisan teks (coding) dalam peta/teks dan karena kesalahan yang tidak disengaja oleh para kartografi. Juga pergeseran karena adanya intervensi politik (meski sangat jarang). Olek karena itu nama tempat sendiri memiliki sejarah tersedndiri. Hal serupa itu yang terjadi pada nama pulau Mandangin pada masa ini.


Peta-peta tertua tentang keberadaan pulau Mandangin berasal dari peta-peta era VOC/Belanda. Pulau Mandangin hanyalah suatu pulang kecil, pulau karang yang berada di selat Madura yang ramai dengan lalu lintas navigasi pelayaran. Pulau ini dikenal dalam navigasi bukan karena keutamaan pulau (misalnya populasi penduduk atau sumber daya alam) tetapi karena posisi pulau yang berada di jalur ramai yang harus dihindari karena dapat mengancam pelayaran menabrak karang atau hanyut terbawa arus yang mendekati pulau. Awalnya pulau ini tidak berpenghuni. Francois Valentijn, seorang ahli geografi yang tinggal di Amboina mengidentifikasi pulau yang terdapat dalam bukunya terbit tahun 1726 (Peta 1724). Pada Peta 1724 pulau Mandangin dicatat sebagai pulau Baddingien.

Mengapa nama Baddingien berubah menjadi Mandangin? Dalam catatan geografis nama Badingi dan nama Madangi sudah eksis sejak zaman kuno era Hindoe Boedha. Salah satu diantara duan ama kuno ini menjadi nama pulau, yang awalnya Bernama Badingi dan kemudian menjadi Mandangi.


Satu abad kemudian nama pulau Baddingien masih eksis (lihat Peta 1818). Lepas soal masalah perubahan ejaan, nama Banddingin dengan nama Mandangin diduga karena pelafalan yang berbeda. Sebagaimana biasanya pelaut-pelaut yang menjadi sumber bagi ahli kartografi selalu menulis nama tempat apa yang didengar dengan cara menuliskannya dengan cara ejaan sendiri (coding) dari siapa mereka mendapat informasi/keterangan. Oleh karena dalam hal tertentu ada pelafalan orang Jawa dengan orang Madoera dan orang Makassar terhadap suatu nama atau suatu kata, maka pelaut-pelaut mengambil nama dari siapa mendapatkan keterangan tersebut.

Pada Peta 1858 nama Mandangin mulai diidentifikasi. Nama Mandangin sudah diberitakan pada tahun 1845 (lihat Javasche courant, 22-01-1845). Disebutkan dalam berita ‘pulau Mandangien, di bawah pantai Madoera’. Nama pulau ini juga menjadi perhatian para ahli geografi seperti AJ van der Aa dan Johannes Hageman.


Dalam catatan geografi AJ van der Aa (lihat Aardrijkskundig woordenboek der Nederlanden, 1840) nama Baddiengien masih digunakan (yang sinonim dengan Badingin) suatu pulau di selatan pulau Madura dan di utara kabeljaauwsdroogte. Dalam catatan geografi Johannes Hageman (lihat Het aardrijkskundig en statistisch woordenboek van N.I., bewerkt naar de jongste en beste berigten. Amsterdam, P.N. van Kampen; 1861: I deel A-J. 1863: II deel K-Q. f 16.- per deel op Java, 1865) deskripsi pulau lebih detail. Disebutkan pulau ini memiliki lima nama yang berbeda: Mandhingan atau Mendjangan, Badingin, Mendhagin dan Kambing (Bokken). Pulau ini dicatat tahun 1859 memiliki populasi sebanyak 89 orang.

Seperti dicatat oleh Johannes Hageman pulau Mandangin yang juga disebut pulau kambing (bokken eiland), namun nama itu belum popular. Nama pulau disebut pulau Kambing ditemukan dalam Peta 1878 dan Peta 1885.


Dalam perkembangannya, angkatan laut yang melakukan survei di sekitar kawasan (selat Madura) yang dimuat dalam laporan kumlulatif Zeemansgids voor den Oost-Indischen Archipel, 1904-1914 disebutkan pulau Kambing yang biasa disebut pendudukan sebagai pulau Mandangin. Kawasan pulau ini di perairan Oostervaar di bagian barat selat Madoera adalah Pulau Kambing dan bahaya yang mungkin muncul (karang bawah laut dan terumbu karang). Disebut sebuah pulau bervegetasi rendah yang jaraknya lebih dari 5 mil laut dari pantai Madura. Titik tertinggi di pulau naik hingga 100 kaki. Rumah terlihat di sepanjang pantai utara; di dekat East Point, dekat dengan pantai, ada pilar triangulasi bata putih. Pulau ini dikelilingi oleh batu pasang surut yang curam dan terumbu karang; sekitar karang ini adalah 15 sampai 20 depa jalur air antara pulau Kambing dan pantai selatan Madura hanya selebar 2 mil laut karena tepiannya menjorok keluar dari sudut Batu Putih; pada kedalaman 18 sampai 23 depa, lumpur dan pasir, ditemukan di bagian ini. Populasi penduduk Kambing adalah 1700 jiwa dan hidup dari menangkap ikan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Bagaimana Pulau Pasir Putih di Pantai Selatan Pulau Madura: Masa Kini versus Tempo Doeloe

Pulau Mandangin dari waktu ke waktu terus meningkat. Pada tahun 1859 populasi penduduk di pulau hanya dihitung sebanyak 89 orang, tetapi pada periode tahun 1904-1914 angkatan laut mencatat sebanyak 1.700 orang.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar