Laman

Jumat, 18 Maret 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (479): Pahlawan Indonesia – Goenawan Mangoenkoesoemo; Indische Vereeniging dan Kongres Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam foto yang dimuat di Wikipedia disebut dari kiri ke kanan: Gunawan Mangunkusumo, Mohammad Hatta, Iwa Kusumasumantri, Sastro Mulyono dan RM Sartono. Tampakanya penulis teks foto itu keliru. Faktanya Goenawan Mangoenkoesoemo lulus dokter di Belanda dan kembali ke tanah air pada tanggal 4 April 1920 (lihat De avondpost. 02-04-1920). Sementara itu Mohamad Hatta lulus HBS di PHS Batavia pada tahun 1921 dan berangkat studi ke Belanda. Bagaimana mereka berdua bertemu dalam satu foto?

Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia adalah organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Belanda didirikan tahun 1908. Indische Vereeniging berdiri atas prakarsa [Radjioen Harahap gelar] Soetan Casajangan Soripada [dan R.M. Noto Soeroto] yang tujuan utamanya ialah [mengadakan pesta dansa-dansa dan pidato-pidato]. Sejak Cipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) masuk, pada 1913, [mulailah mereka memikirkan mengenai masa depan Indonesia]. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi bangsa Indonesia. Semenjak itulah vereeniging ini memasuki kancah politik. Waktu itu pula vereeniging menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama Hindia Poetera, tetapi isinya sama sekali tidak memuat tulisan-tulisan bernada politik]. Pada September 1922, saat pergantian ketua antara Dr. Soetomo dan Herman Kartawisastra organisasi ini berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging. Para anggota Indonesische juga memutuskan untuk menerbitkan kembali majalah Hindia Poetra dengan Mohammad Hatta sebagai pengasuhnya. Saat Iwa Koesoemasoemantri menjadi ketua pada 1923, Indonesische mulai menyebarkan ide non-kooperasi yang mempunyai arti berjuang demi kemerdekaan tanpa bekerjasama dengan Belanda. Tahun 1924, saat M. Nazir Datuk Pamoentjak menjadi ketua, nama majalah Hindia Poetra berubah menjadi Indonesia Merdeka. Tahun 1925 saat Soekiman Wirjosandjojo nama organisasi ini resmi berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Hatta menjadi Voorzitter (Ketua) PI terlama yaitu sejak awal tahun 1926 hingga 1930, [sebelumnya setiap ketua hanya menjabat selama setahun]. (Wikipedia). Catatan: Dicoret untuk dibahas

Lantas bagaimana sejarah Goenawan Mangoenkoesoemo? Seperti disebut di atas, Goenawam Mangoenkoesoemo berbeda generasi dengan Mohamad Hatta di Indische Vereeniging di Belanda. Keduanya sama-sama pernah memimpin Indische Vereeniging/Indonesisch Vereeniging. Lalu bagaimana sejarah Goenawan Mangoenkoesoemo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (478): Pahlawan Indonesia dan Teori Proto Deutro Melayu; Asal Usul - Teori Penduduk Asli Nusantara

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Banyak teori yang membingkai asal usul (suku-suku) bangsa Indonesia (baca: Nusantara). Namun diantaranya ada yang tabrakan. Ada yang percaya telah terjadi migrasi dari Tiongkok/Indochina ke wilayah kepulauan. Ada pula yang menghubungkan teori itu dengan teori paparan Sahul (satu daratan Asia dengan Sumatra, Jawa dan Borneo). Tentu saja lupa mempertimbangkan eksistensi manusia purba di Jawa. Penggunaan terminologi Melayu juga tampaknya kurang pas jika dihubungkan dengan asal usul. Hal ini karena (bahasa) Melayu hanyalah suksesi (bahasa) Sanskerta.

Proto-Melayu atau Melayu Tua adalah istilah usang untuk menyebut ras Melayu "gelombang" pertama dari dua "gelombang" migrasi yang dulu diperkirakan terjadi dalam pendudukan Nusantara oleh penutur bahasa Austronesia. Menurut teori "dua gelombang" ini, termasuk Melayu Tua di Indonesia adalah: Gayo (Aceh); Batak (Sumatra Utara); Nias (pantai barat Sumatra Utara); Minangkabau (Sumatra Barat); Kerinci (Jambi); Besemah (Sumatra Selatan); Rejang (Bengkulu); Lampung (Lampung); Toraja (Sulawesi Selatan); Sasak (Lombok); Dayak (Kalimantan). Teori ini secara resmi tidak lagi diakui penggunaannya, karena para arkeolog menyimpulkan bahwa tidak ada dasar arkeologi yang berarti yang menunjukkan adanya perbedaan antara Proto-Melayu dan Deutero-Melayu. Di Malaysia, istilah Proto-Melayu masih digunakan untuk sebuah suku yang bernama Orang Asli. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah asal usul (suku) bangsa di Nusantara? Seperti disebut di atas, sejarah asal usul bangsa di Nusantara/Indonesia disebut dua tahap yang dibingkai sebagai proto Melayu dan deutro Melayu. Tentulah itu sangat naif. Lalu bagaimana sejarah asal-usul bangsa di Nusantara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.