Laman

Jumat, 16 September 2022

Sejarah Jambi (41): Industri Manufaktur di Jambi; Berawal dari Suatu Pameran Produk Buatan Penduduk Jambi Era Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jambi dalam blog ini Klik Disini  

Jambi di wilayah daerah aliran sungai Batahari sejak dahulu sudah dikenal sebagai pusat perdagangan. Lalu lintas perdagangan berada di daerah aliran sungai Batanghari dari wilayah hilir pesisir laut hingga hulu di pedalaman. Wilayah dimana kota Jambi menjadi pusat perdagangan yang penting. Namun selama ini perdagangan lebib pada produk komoditi (tambang, perhutanan dan perikanan sungai). Bagaimana perdagangan barang produk industri manufaktur kurang terinformasikan.


Batik Jambi adalah batik yang berasal dari Jambi sudah ada sejak zaman Kesultanan Melayu Jambi, pada masa kesultanan tersebut ciri khas batik Jambi adalah warna merah, dan motif utamanya adalah flora dan fauna. Pada masa dahulu batik telah digunakan dan dipakai oleh kaum bangsawan dan Raja Melayu Jambi sebagai pakaian adat. Motifnya pun masih sangat terbatas, bercorak ukiran seperti yang ada pada rumah adat Jambi. Namun seiring berjalannya waktu, semakin banyak rakyat biasa yang menggunakan batik dan motif yang tadinya terbatas untuk kalangan istana pun sudah boleh dipakai oleh masyarakat di luar istana. Hal itu membuat batik Jambi beserta motifnya semakin berkembang dan hingga kini menjadi industri rumah tangga. Motif batik Jambi terinspirasi dari lingkungan sekitar Jambi, seperti tanaman dan hewan. Motif batik Jambi yang terkenal antara lain Durian Pecah, Batanghari, Angso Duo Bersayap, Kapal Sanggat, Kuau Berhias, Tampuk Manggis dan lain-lain. Pewarnaannya pun pada pada awalnya masih menggunakan bahan-bahan alami yang diambil dari tumbuh-tumbuhan di hutan sekitar Jambi. Kayu sepang menghasilkan warna kuning kemerahan, kayu ramelang menghasilkan warna merah kecokelatan, kayu lambato menghasilkan warna kuning, dan kayu nilo menghasilkan warna biru. Produksi batik Jambi terpusat di Desa Jambi Seberang, tempat tinggal para warga asli Jambi. Di tempat ini, terdapat sanggar batik yang berfungsi sebagai pusat pengrajin batik Jambi. Produksinya terdiri dari dua jenis, yaitu batik tulis dan batik cap. Kain yang digunakan biasanya berbahan sutra dan katun (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah industri manufaktur di Jambi? Seperti yang disebut di atas, batik adalah salah satu produk manufaktur di wilayah Jambi, bahkan sejak masa lampau. Bagaimana produk industry manufaktur lainnya di9 wilayah Jambi? Satu yang jelas sejarahnya berawal dari suatu pameran produk buatan penduduk pada era Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah industri manufaktur di Jambi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Jambi (40): Area Gambut di Daerah Aliran Sungai Batanghari; Geomorfologi dan Mangapa Ada Gambut di Sarolangun?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jambi dalam blog ini Klik Disini  

Wilayah Indonesia pada masa kini, terbilang wilayah yang memiliki lahan gambut yang luas. Kawasan gambut yang sangat luas terdapat di pantai timur Sumata (bagian tengahj dan selatan), pantai barat dan pantai selatan Kalimantan serta pantai selatan Papua. Namun uniknya lahan gambut juga ditemukan di pedalaman Sumatra, Kalimantan dan Papua. Lahan gambut di pedalaman di Sumatra ditemukan di wilayah (kabupaten) Sarolangun. Mengapa bisa? Bukankah pantai jauh di pantai timur?


Adanya area gambut di pedalaman adalah suatu yang khas. Tanah gambut biasanya dihubungkan dengan pembentukan tanah baru di muara-muara sungai dengan kandungan garam yang lebih tinggi relatif terhadap tanah-tanah vulkanik dan alluvial. Tanah gambut dapat ditanimi tetapi kurang subur, namun dapat ditingkatkan dengan metode tertetu. Tanah gambut sendiri adalah fosil dan pelapukan/pembusukan bahasa fosil seperti sampah vegetasi. Proses pembusukannnya relatif tidak sempurna jika dibandingkan dengan batubara. Batubara dapat menjadi sumber bahan bakar yang baik, terutama untuk kapal-kapal uap tempo doeloe. Sedangkan gambut dalam kondisi kering dapat terbakar, dan sulit dipadamkan karena baranya dapat mencapai kedalaman tertentu.

Lantas bagaimana sejarah gambut dan batubara di Jambi? Seperti yang disebut di atas, lahan gambut yang cenderung mengandung garam sangat luas di pantai timur Sumatra termasuk di wilayah Jambi. Secara geomorfologi daerah aliran sungai Batanghari, mangapa ada lahan gambut di wilayah Sarolangun? Lalu bagaimana sejarah gambut dan batubara di Jambi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.