Laman

Selasa, 18 Oktober 2022

Sejarah Lampung (2): Nama Kuno Lampung dan Tulang Bawang; Nama Umpu Bejalan di Way dan Gelar Oempoe di Lampoeng-Batak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lampung di dalam blog ini Klik Disini 

Nama menunjukkan nama. Nama tempat, nama populasi dan nama-nama lainnya. Tentu saja nama Lampung menjadi penting karena kini menjadi nama wilayah (provinsi Lampung). Jika Palembang adalah nama tempat (kota Palembang), lantas apakah di masa lampau nama Lampung juga menunjukkan nama tempat di zaman kuno atau nama geografis lainnya? Dimanakah nama Lampung itu bermula? Apakah ada relasi nama Lampung dengan nama gelar Oempoe?


Asal-usul ulun Lampung (Orang Lampung atau Etnis Lampung) erat kaitannya dengan istilah Lampung sendiri. Kata Lampung sendiri berasal dari kata "anjak lambung" yang berarti berasal dari ketinggian ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi. Sebagaimana I Tsing yang pernah mengunjungi Sekala Brak setelah kunjungannya dari Sriwijaya dan dia menyebut To-Langpohwang bagi penghuni Negeri ini. Dalam bahasa hokkian, dialek yang dipertuturkan oleh I Tsing To-Langpohwang berarti orang atas dan seperti diketahui Pesagi dan dataran tinggi Sekala brak adalah puncak tertinggi ditanah Lampung. Prof Hilman Hadikusuma didalam bukunya (Adat Istiadat Lampung:1983) menyatakan bahwa generasi awal Ulun Lampung berasal dari Sekala Brak, di kaki Gunung Pesagi, Lampung Barat. Penduduknya dihuni oleh Buay Tumi yang dipimpin oleh seorang wanita bernama Ratu Sekerummong. Negeri ini menganut kepercayaan dinamisme, yang dipengaruhi ajaran Hindu Bairawa. Buay Tumi kemudian kemudian dapat dipengaruhi empat orang pembawa Islam yang berasal dari Pagaruyung, Sumatera Barat yang datang ke sana. Mereka adalah Umpu Bejalan diWay, Umpu Nyerupa, Umpu Pernong dan Umpu Belunguh. Keempat Umpu inilah yang merupakan cikal bakal Paksi Pak Sekala Brak sebagaimana diungkap naskah kuno Kuntara Raja Niti
(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah nama Lampung, Dampin dan Tulang Bawang? Seperti disebut di atas, nama Lampung adalah nama tua. Sudah barang tentu lebih tua dari nama Damping dan nama Toelang Bawang. Dalam narasi sejarah Lampung ada tokoh masa lampau yang diidentifikasi dengan gelar Ompoe, yakni Umpu Bejalan Di Way Umpu Nyerupa Umpu Pernong Umpu Belungu. Lalu bagaimana sejarah nama Lampung, Dampin dan Tulang Bawang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (804):Etnik Suku AINU, Nenek Moyang dari Orang Jepang? Navigasi Pelayaran Nusantara Capai Jepang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Suku Ainu memiliki sejarah yang rumit? Itu pendapat para peneliti Jepang. Disebutkan asal-usul mereka tidak jelas, tetapi beberapa pakar meyakini mereka adalah keturunan dari penduduk asli yang pernah tersebar di Asia Utara. Orang Ainu sendiri menyebut Hokkaido sebagai Ainu Moshiri (Tanah Ainu). Apakah orang Jepang modern sependapat dengan pengakuan orang Ainu? Siapa yang berpikir bahwa orang Ainu terhubung dengan populasi penduduk di Nusantara? Inang, Ina, Ainan (Hainan), Tainan (Taiwan) dan Ainu.


Suku Ainu adalah satu kelompok etnis pribumi di Hokkaidō, Kepulauan Kuril, dan sebagian besar Sakhalin. Diduga ada 150.000 orang Ainu saat ini; namun tidak diketahui pasti karena banyak orang Ainu yang menyembunyikan asal usul karena masalah etnis di Jepang. Penelitian DNA menyebut mereka keturunan dari suku Jomon kuno di Jepang. Suku Ainu telah tinggal di tempat ini sejak 100.000 tahun sebelum Anak-anak Matahari datang (legenda Ainu). Laki-laki Ainu umumnya berambut lebat. Uji genetik suku Ainu tergolong grup haplo-Y D. Tempat di luar Jepang di mana grup haplo-Y D lazim ditemukan di Tibet dan Kepulauan Andaman. Ciri-ciri tulang tengkorak menunjukkan suku Ainu mirip dengan suku Okhotsk daripada suku Jōmon. Ini sesuai dengan rujukan kepada budaya Ainu sebagai gabungan dari budaya Okhotsk dan Satsumon. Orang Ainu yang masih hidup tidak menyadari garis keturunan mereka, karena orang tua mereka merahasiakan untuk melindungi dari masalah sosial. Etnonim mereka paling terkenal berasal dari kata aynu, yang berarti "manusia" (dibedakan dengan kamuy, makhluk ilahi) dalam dialek Hokkaidō dari bahasa Ainu; Emishi, Ezo atau Yezo adalah istilah-istilah bahasa Jepang, diyakini berasal dari bentuk leluhur kata Ainu Sakhalin modern enciw atau enju, yang juga berarti "manusia". Istilah Utari (artinya "kamerad" dalam bahasa Ainu) kini lebih disukai oleh sejumlah anggota kelompok minoritas ini. Suku Ainu lama dipaksa pemerintah Jepang untuk berasimiliasi dengan orang Jepang (suku Yamato). Pemerintah mengesahkan undang-undang pada tahun 1899 yang menyatakan bahwa suku Ainu adalah "bekas pribumi" (disebut "bekas" karena suku Ainu dimaksud akan berasimilasi). Pada 6 Juni 2008 parlemen Jepang mengesahkan resolusi yang mengakui bahwa suku Ainu adalah "suku pribumi dengan bahasa, kepercayaan, dan kebudayaan yang berbeda" sekaligus membatalkan undang-undang tahun 1899. Budaya Ainu berasal dari sekitar 1200 M dan penelitian mutakhir berpendapat bahwa hal ini berasal dalam penggabungan budaya Okhotsk dan Satsumon (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah etnik Ainu, apakah nenek moyang dari Orang Jepang? Seperti disebut di atas mengabaikan itu, karena menganggap memiliki nenek moyang sendiri. Itu masalah orang Jepang. Apakah dalam hal ini navigasi pelayaran nusantara di zaman kuno sudah mencapai (kepulauan) Jepang? Lalu bagaimana sejarah etnik Ainu, apakah nenek moyang dari Orang Jepang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.