Laman

Kamis, 16 Februari 2023

Sejarah Pers di Indonesia (21): Djamaloedin Adinegoro, Bintang Timoer ke Pewarta Deli; Studi Pers ke Eropa, Hadiah Adinegoro Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pers dalam blog ini Klik Disini

Nama Adinegoro masa kini cukup dikenal di dunia pers Indonesia, karena ada hadiah pers setiap tahun yang disebut Hadiah Adinegoro. So, siapa Adinegoro? Nama aslinya adalah Djamaloedin. Bagaimana hubungan Djamaloedin dan Mohamad Jamin dengan Parada Harahap dan Abdoellah Lubis? Yang jelas Djamaloedian alias Adinegoro berkembang dari Bintang Timoer hingga Pewarta Deli.


Djamaluddin Adinegoro (14 Agustus 1904 – 8 Januari 1967) sastrawan dan wartawan kawakan Indonesia. Ia berpendidikan STOVIA (1918-1925) dan pernah memperdalam pengetahuan mengenai jurnalistik, geografi, kartografi, dan geopolitik di Jerman dan Belanda (1926-1930). Nama asli Adinegoro adalah Djamaluddin, adik Muhammad Yamin, saudara satu bapak, ayah mereka Usman gelar Baginda Chatib. Adinegoro terpaksa memakai nama samaran karena ketika di STOVIA tidak diperbolehkan menulis, padahal, keinginannya menulis tinggi, maka digunakan nama samaran Adinegoro. Ia pun bisa menyalurkan keinginannya untuk mempublikasikan tulisannya tanpa diketahui orang bahwa Adinegoro itu adalah Djamaluddin. Oleh karena itulah, nama Adinegoro sebagai sastrawan lebih terkenal daripada nama aslinya. Ia memulai karier wartawan di majalah Caya Hindia. Setiap minggu ia menulis artikel tentang masalah luar negeri di majalah tersebut. Ketika belajar di luar negeri (1926—1930), ia nyambi menjadi wartawan bebas pada surat kabar Pewarta Deli (Medan), Bintang Timur, dan Panji Pustaka (Batavia). Kembali ke tanah air, Adinegoro memimpin majalah Panji Pustaka 1931, tetapi, tidak bertahan lama, hanya enam bulan. Sesudah itu, ia memimpin surat kabar Pewarta Deli di Medan (1932—1942). Selama pendudukan Jepang, ia juga pernah memimpin Sumatra Shimbun. Pada tahun 1974 Adinegoro dianugerahi gelar Perintis Press Indonesia. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) sebagai badan tertinggi insan press nasional, menyediakan tanda penghargaan tertinggi bagi karya jurnalistik terbaik setiap tahunnya, yaitu Hadiah Adinegoro. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Djamaloedin alias Adinegoro, dari Bintang Timoer ke Pewarta Deli? Seperti disebut di atas, nama Adinegoro kini cukup dikenal dengan penganugerahan Hadiah Adinegoro di dunia pers Indonesia. Namun meski sejarahnya sudah ada yang menulis, tertapi narasi sejarahnya tidak terinformasikan sepenuhnya. Lalu bagaimana sejarah Djamaloedin alias Adinegoro, dari Bintang Timoer ke Pewarta Deli? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Djamaloedin alias Adinegoro, dari Bintang Timoer ke Pewarta Deli; Studi Pers ke Eropa, Hadiah Adinegoro Kini

Tunggu deskripsi Djamaluddin alias Adinegoro adalah salah aktivis pers Indonesia. Adinegoro menjadi populer ketika menjadi pemimpin redaksi surat kabar Pewarta Deli yang terbit di Medan yang dipimpin Abdoellah Lubis. Sebelum itu Adinegoro adalah pemimpin redaksi surat kabar Bintang Timoer di Batavia yang dipimpin Parada Harahap. Terakhir Adinegoro pemimpin redaksi kantor berita Antara yang dipimpin Adam Malik. Last but not least, Adinegoro dan Mochtar Lubis menginisiasi pembentukan organisasi jurnalis Persatuan Wartawan Indonesia. Bagaimana itu semua terjadi?


Pada tahun 1920 di sekolah kedokteran STOVIA di Batavia, berhasil lulus ujian di tingkat dua persiapan (naik ke kelas tiga persiapan) antara lain Djamaloedin, Kasmir Harahap dan Amir Hoesin Siagian (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 17-05-1920). Djamaloedin yang sekelas masuk tahun 1918, yang lulus ujian di tingkat satu persiapan (naik ke kelas dua) yang masuk tahun 1919 antara lain Kr Raba Nasution, Roebini, Soetan Lubis. Pamenan Harahap, Gindo Siregar dan Daliloedin Lubis. Di atas mereka yang lulus kelas tiga persiapan (naik ke kelas satu medik) antara lain Diapari Siregar dan Pinontoan. Yang lulus kelas satu medik antara lain Rama Saleh, M Ali Hanafiah, Abdoel Moerad, Aminoedin Pohan dan Bahder Djohan. Lulus kelas dua medik antara lain Djabangoen Harahap dan Tjiong Boen Kie. Lulus kelas tiga antara lain F Tobing dan Pirngadi. Lulus kelas empat antara lain Maengkom, Amir, Leimena dan Nn. Marie Thomas. Lulus kelas lima antara lain Mohamad Djamil dan Abdoel Moenir Nasution. Catatan: lama studi di STOVIA sebelas tahun, tiga tahun tingkat persiapan dan delapan tahun tingkat medik. Pada tahun 1922 Djamaloedin lulus ujian kelas satu tingkat medik (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 06-05-1922).  Kasmir Harahap dan Amir Hoesin Siagian juga naik ke kelas dua medik. Yang lulus pada kelas satu tingkat persiapan antara lain Moewardi dan Nasution. Pada tahun 1923 Daliloedin Lubis naik ke kalas satu tingkat medik (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 12-05-1923), Dari berbagai kelas pada ujian 1923 tidak ditemukan nama Djamaloedin. Apakah Djamaloedin gagal? Yang jelas berdasarkan Sumatra-bode, 22=05-1923 Djamaloedin satu kapal dengan Daliloedin Lubis. Penumpang lainnya yang ada dalam manifes kapal Champhuijs yang berangkat dari Batavia tanggal 22 Mei antara lain Kasmir Harahap dan Mohamad Jamin.

Seperti disebut di atas, Djamaloedin adalah adik dari Mohamad Jamin. Dalam hal ini Mohamad Jamin naik dari kelas satu ke kelas dua di sekolah kedokteran hewan (Veeartsenschool) di Buitenzorg (lihat  De Preanger-bode, 24-05-1923). Yang satu kelas dengan Mohamad Jamin antara lain Anwar Nasution. Catatan: siswa yang diterima di STOVIA adalah lulusan sekolah dasar (HIS) sedangkan di Veeartsenschool lulusan sekolah menengah pertama (MULO). Setelah lama nama Djamaloedin menghilang, kembali diberitakan hadir dalam satu peringatan Jong Sumatranen Bond yang diadakan di gedung Freemason Batavia (lihat  Bataviaasch nieuwsblad, 14-12-1925). Acara peringatan itu dibuka oleh ketua Bahder Djohan. Saat itu sekretaris Jong Sumatranen Bond adalah Diapari Siregar (adik kelas Bahder Djohan di STOVIA).


Pada tahun 1925 yang naik ke kelas tujuh di STOVIA antara lain Bahder Djohan, Aminoedin Pohan, Djabangoen Harahap (lihat Bataviaasch nieuwsbladjua, 15-05-1925). Tampaknya Djabangoen Harahap pernah tinggal kelas/cuti satu tahun.

Apa kegiatan Djamaloedin tidak diketahui secara pasti. Namanya di STOVIA sudah lama tidak ada. Di sekolah-sekolah lain seperti AMS juga tidak ditemukan nama Djamaloedin. Apakah Djamaloedin aktif di bidang pers? Atau apakah Djamaloedin sedang mengikuti kursus bahasa asing? Yang jelas, Djamaloedin terakhir diketahui berada di Batavia tahun 1926 yang turut hadir dalam kongres pemuda pertama (lihat kembali De locomotief, 07-05-1926). Nama Djamaloedin tidak terinformasikan lagi.


Kongres Pemuda ini diadakan di gedung Freemason di Weltevreden yang diketuai oleh Mohamad Thabrani (pemimpin redaksi Hindia Baroe). Mohamad Tabrani sebelumnya bersama Parada Harahap (Bintang Hindia) dan WR Soepratman (kantor berita Alpena) menmbentuk sarikat jurnalis dimana sebagai ketua Tabrani, sekretaris WR Soepratman dan komisaris Parada Harahap. Kantor berita Alpena didirikan oleh Parada Harahap di bawah perusahaan NV Bintang Hindia.

Nama Djamaloedin terinfomasi kembali setelah lama pada tahun 1929 (lihat De Indische courant, 13-09-1929). Disebutkan Djamaloedin, yang dikenal sebagai Adinegoro, yang telah tinggal di Eropa selama empat tahun untuk belajar jurnalistik, diperkirakan akan kembali pada pertengahan Oktober, menurut surat kabar berbahasa Melayu, Adinegoro baru-baru ini berada di Wurzburg, Jerman. Sekembalinya ia akan mengunjungi Jenewa dan Genoa, dari mana perjalanan akan dilanjutkan dengan Nord-Deutscher Lloyd. Meskipun awalnya dia bermaksud mengunjungi Rusia, rencananya untuk saat ini ditunda karena ada konflik antara Rusia-Cina. Adinegoro berasal dari Padang. Belum diketahui dimana dia akan menetap setelah kembali’,


Selama Djamaloedin menghilang dari publik di Batavia, ternyata Djamaloedin telah bepergian ke Eropa. Oleh karena itu ia tidak terdeteksi. Akan tetapi mungkin ada yang mengetahui terutama di bidang jurnalis yang tetap mengirim tulisan dari Eropa dengan nama alias yakni Adinegoro. Mengapa begitu? Tidak begitu jelas. Namun diduga kuat karena ada nama serupa yang menjadi kader komunis di pantai barat Sumatra (yang telah dikirim ke Digoel). Yang pasti kini, Djamaloedin alias Adinegoro yang kini tengah berada di Jerman akan kembali ke tanah air. Media menyebut empat tahun, tetapi melihat jejak digitalnya di media Djamaloedin alias Adinegoro di Eropa sekitar tiga tahun lebih (dimana satu setengah tahun di Belanda). Deli courant, 18-09-1929: ‘Jurnalis pribumi baru. Haji Salim membawa seorang teman bersamanya sekembalinya ke Hindia. Di Medan ada hal hebat yang bisa dilakukan dalam bisnis surat kabar, kata teman Pak Salim. Djamaloedin telah menghasilkan ensiklopedia kecil dalam bahasa Melayu dan telah menulis beberapa buku dalam ‘bahasa Indonesia’, menurut pers harian berbahasa Melayu. Kami belum mengetahui bahwa Djamaloedin (Adi Negoro adalah nama samarannya), yang berasal dari Sumatra’s Westkust, tidak bergerak di bidang jurnalisme politik. Ia telah berkontribusi antara lain untuk Pandji Poestaka, penerbitan Volkslectuur, dan berbagai majalah pribumi. Secara khusus ia baru-baru ini memberikan deskripsi perjalanan dari Eropa (misalnya ke Pewarta Deli)’. Catatan: sejak kapan Djamaloedin berangkat ke Eropa? Seperti disebut di atas, hadir pada Kongres Pemuda 1926, akan tetapi setelah itu menghilang. Yang jelas pada tanggal 20 Desember dalam rapar Jong Sumatranen terpilih Mohamad Jamin (lihat Overzicht van de Inlandsche en Maleisisch-Chineesche pers, 1926). Sedangkan dalam kepengurusan Sumtranen Bond yang baru pada bulan Februari 1927 sebagai sekretaris adalah Parada Harahap (De Indische courant, 10-02-1927). Dalam hal ini Parada Harahap adalah aktivis senior dan Mohamad Jamin sebagai aktivis junior. Pada tahun 1928 nama Adinegoro diketahui berada di Eropa (lihat Algemeen Handelsblad, 30-03-1928). Disebutkan terbitan terbaru Kamoes Kemadjoean, buku saku yang praktis berbahasa Hollandsen-Maleisen diterbitkan di Gouda ditulis oleh Adi Negoro. penulis berbagai artikel seni, di majalah bulanan "Oedaja” di Belanda.

Selama di Eropa, Djamaloedin kerap mengirim tulisan ke majalah Pandji Poestaka dan majalah pribumi dengan nama (samaran) Adinegoro. Adinegoro tampaknya telah menulis beberapa buku yang diduga diterbitkan oleh Balai Poestaka. Buku-buku apakah? Siapa yang disebut Hadji Salim dalam berita di atas diduga kuat adalah Hadji Agoes Salim yang sejak 1917 memulai karir di pers pribumi (lihat artikel sebelumnya). Lantas surat kabar apa yang kerap memberitakan Adinegoro yang disebut surat kabar harian berbahasa Melayu?


Surat kabar apa yang kerap memberitakan Adinegoro yang disebut surat kabar harian berbahasa Melayu, diduga surat kabar Bintang Timoer di Batavia yang dipimpin oleh Parada Harahap. Oleh karena Adinegoro adalah Djamaloedin sendiri, maka saat nama Djamaloedin menghilang dari peredaran, dan telah membuat samaran Adinegoro, pernah penulis di surat kabar Bintang Timoer (lihat De locomotief, 27-09-1928). Disebutkan Bintang Timur masih disebut oleh Volkslectuur sebagai surat kabar “liberal”. Di dalam surat kabar Bintang Timoer, Adi Negoro dari Jerman menulis dengan tajam tentang „Indonesische Beweging.” (Gerakan Indonesia). Sementara itu surat kabar berbahasa Melayu Pewarta Deli di Medan didirikan oleh Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda pada tahun 1909. Parada Harahap yang kini menjadi pimpinan surat kabar berbahasa Melayu di Batavia Bintang Timoer pernah menjadi editor di Pewarta Deli tahun 1918/1919. Kini, Pewarta Deli dipimpin oleh Abdoellah Lubis dengan anggota redaktur Mangaradja Ihoetan dan Hasanoel Arifin. Parada Harahap juga begitu dekat dengan Abdoellah Lubis dari Pewarta Deli (Parada Harahap sudah mengenalnya sewaktu menjadi editor di Pewarta Deli tahun 1918/1919).

Djamaloedin alias Adinegoro sudah berada di tanah air (lihat Deli courant, 01-11-1929). Ada indikasi bahwa Djamaloedin akan menjadi kepala redaktur di surat kabar Pewarta Deli. Namun untuk sementara Djamaleoedin masih berada di Batavia. Dimana di Batavia? Apakah di surat kabar Bintang Timoer? Sebagaimana disebut di atas Djamaloeddin sebelumnya pernah mengirim tulisan ke majalah Pandji Poestaka dan surat kabar Pewarta Deli.


Deli courant, 01-11-1929: ‘Jurnalisme. Kami mengetahui bahwa Hasan Noel Arifin telah diberhentikan sebagai ketua radaksi Pewarta Deli mulai hari ini karena perbedaan pendapat politik yang serius dengan manajemen. diangkat menggantikannya sebagai pemimpin redaksi, Djamaloedin, yang baru saja kembali dari Eropa’. Catatan: setiba di atanah air, Djamaloedin sempat mudik sebentar ke kampong. Ini terlihat dari manifest kapal ss van der Wijck tanggal 17 berangkat (dari Padang) menuju Batavia (lihat Sumatra-bode. 18-11-1929).

Di Batavia, Djamaloedin telah bergabung dengan surat kabar Bintang Timoer di bawah pemimpin redaksi Parada Harahap.


Seperti disebut di atas, Djamaloedin sebelum berangkat ke Eropa diketahui 1926 yang turut hadir dalam kongres pemuda. Yang menjadi ketua kongres adalah Mohamad Thabrani, editor surat kabar Hindia Baroe, sementara yang menjadi wakilnya adalah Bahder Djohan (ketua Jong Sumatranen Bond dimana sekretarisnya Diapari Siregar, yang keduanya sama-sama mahasiswa STOVIA). Di latar belakang adalah Parada Harahap, pemimpin surat kabar Bintang Timoer, yang mana pada tahun 1925 dibentuk sarikat jurnalis yang mana sebagai ketua Mohamad Tabrani (redaktur Hindia Baroe) dengan sekretaris WR Soepratman (redakturt kantor berita Alpena) dan duduk sebagai komisaris Parada Harahap (pemimpin redaksi surat kabar Bintang Hindia). Kantor berita Alpena dipimpin oleh Parada Harahap. Parada Harahap begitu dekat kepada dua tokoh Kongres Pemuda kedua tahun 1928 yakni Mohamad Jamin (sekretaris) dan Amir Sajarifoeddin Harahap (bendahara). Mohamad Jamin anggota Jong Sumatranen dan Amir Sjariefoeddin Harahap anggota Bataksche Bond (keduanya sama-sama mahasiswa Rechthoogeschool di Batavia). Djamaloedin adalah adik dari Mohamad Jamin. Dalam kongres pemuda 1928 lagi-lagi Parada Harahap berada di latar belakang. Sebagaimana diketahui dalam kongres ini lagu Indonesia Raja karya WR Soepratman diperdengarkan.

Djamaloedin alias Adinegoro, meski sudah ada indikasi akan ke Medan tetapi tampaknya belum buru-buru berangkat ke Medan. Posisinya di Bintang Timoer akan mudah dicari karena di Batavia begitu banyak jurnalis yang bermutu. Namun untuk sementara Adinegoro masih membantu Parada Harahap di Bintang Timoer. Pada bulan Desember 1929 Adinegoro turut hadir dalam kongres kedua PPPKI yang diadakan di Solo (lihat Deli courant, 07-01-1930). Namun dalam perkembangannya Adinegoro diangkat sebagai editor di Pandji Poestaka (lihat De koerier, 16-01-1930). Disebutkan Djamaloedin Adinegoro sekarang bekerja di Balai Poestaka sebagai editor dan bertanggung jawab atas majalah berbahasa Melayu Pandji Pustaka.


Dalam surat kabar De koerier, 16-01-1930 juga disebutkan lebih lanjut Pewarta Deli melaporkan bahwa Tabrani, seorang jurnalis pribumi, yang telah berangkat ke Eropa untuk tujuan yang sama, kemungkinan akan kembali ke Hindia pada 28 Februari mendatang. dia akan berangkat dengan ss Fulda dari Rotterdam’. Catatan: Tabrani adalah pemimpin redaksi surat kabar Hindia Baroe yang ditutup. Tabrani adalah ketua Kongres Pemuda pertama tahun 1926 (dimana Djamaloedin hadir saat itu sebelum berangkat ke Eropa).

Namun situasi cepat berubah ketika Adinegoro sudah berada di Pandji Poestaka tentang apakah benar di sisi Adinegoro tetapi salah di sisi orang lain. Adinegoro mendapat serangan yang diduga dari dalam Pandji Poestaka bahwa Adinegoro telah menjalankan praktek nepotisme (lihat Deli courant, 23-04-1930). Sang penulis yang tidak disebut namanya itu mempertanyakan apakah tidak ada perempuan yang lebih baik daripada orang yang ditempatkan Adinegoro sebagai seksi perempuan di Pandji Poetaka. Apakah itu kemudian menjadi masalah besar atau hanya dianggap masalah kecil oleh Adinegoro?


Adinegoro tampaknya mulai tidak nyaman dengan tudingan tersebut. Apakah penerimaannya di Pandji Poestaka (majalah pemerintah) suatu kesalahan? Sebab Adinegoro adalah terbilang seorang yang revolusioner. Adinegoro kembali ke Bintang Timoer. Sementarea itu di Pewarta Deli posisi redaktur mengalami perubahan (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 13-05-1930). Disebutkan M Kanoen, saat ini pemimpin redaksi surat kabar pribumi, Pewarta Deli, akan segera dipindahkan ke Deli Courant. Sehubungan dengan ini, direktur badan pribumi itu, yaitu. Abdoellah Loebis, anggota dewan kota (gemeenteraad) Medan menyatakan tujuannya adalah untuk menemukan pemimpin redaksi untuk surat kabarnya disini. Sebuah buletin dari Revue Politik, mingguan independen disini, yang didistribusikan pagi ini di kota, melaporkan bahwa Adinegoro telah melepaskan jabatannya sebagai pemimpin redaksi Bintang Timoer. Dia dikatakan telah memutuskan untuk pergi ke Medan untuk tinggal disana untuk mengambil alih jabatan serupa di Pewarta Deli. Rincian lebih lanjut tentang ini akan diberikan dalam edisi yang akan datang dari Politik Revue. Catatan: pemimpin redaksi Politik Revue adalah Mohamad Tabrani. Sementara itu, M Kanoen sendiri sebelumnya adalah redaktur surat kabar Bintang Timoer di Batavia (lihat De Indische courant, 21-10-1929). Disebutkan surat kabar Bahagia memberitakan bahwa Moh. Kanoen, redaktur Bintang Timoer di Weltevreden, telah ditunjuk sebagai pemimpin redaksi harian Pewarta Deli terbitan Medan per 1 November. Sebelum menjadi jurnalis, M Kanoen terakhir diketahui sebagai kepala kantor telepon di Loemadjang (lihat De locomotief, 08-03-1927).

Masalah yang dihadapi di Balai Poestaka sebelumnya, dan lowongan yang terbuka di Pewarta Deli di Medan tampaknya menjadi alasan utama Djamaloedin hijrah ke Medan. Lebih-lebih dalam proses kepindahan ini diketahui telah datang ke Batavia dan bertemu dengan Parada Harahap. Kehadiran Abdoellah Loebis ‘menjemput’ Adinegoro lalu menjadi gayung berayun. Adinegoro mantap berangkat ke Medan. Pada tanggal 27 Mei Abdoellah Lubis dan Adinegoro berangkat ke Medan sebagaimana dapat dilihat pada manifest kapal ss Plancius (lihat De Sumatra post, 03-06-1930).


Bagi Abdoellah Lubis sang revolusioner Medan ini sangat berharap kepada Adinegoro, karena setelah keluarnya pemimpin redakturnya, Abdoellah Lubis tidak ada pilihan harus mengisi posisi itu oleh M Kanoen yang mungkin kapasitasnya tidak sesuai. Keinginan merekrut Djamaloeddin sendiri sudah lama.

Adinegoro akhirnya secara resmi telah menjadi pimpinan editor surat kabar Pewarta Deli Medan (lihat Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie, 14-06-1930). Disebutkan Pewarta Deli, surat kabar berpengaruh di Medan dan yang saat ini dipimpin oleh jurnalis ternama Djamaloedin alias Adi Negoro. Tampaknya Adinegoro nyaman di Medan dan menemukan lingkungan yang sesuai. Ini terbukti ketika ada pertandingan sepak bola persahabatan antara pers Eropa dan pers pribumi di Medna, Adinegoro menjadi salah satu anggota kesebelasan, yang di sisi tim Eropa juga terdapat Kanoen (lihat Deli courant, 26-09-1931).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Studi Pers ke Eropa Tempo Doeloe, Kini Era Hadiah Adinegoro: Djamaloedin, Mohamad Tabrani dan Saroehoem Harahap

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar