Laman

Rabu, 14 Juni 2023

Sejarah Dewan di Indonesia (2): Gemeente dan Gemeente Raad Medan; Gementeefond, Negorij Raad dan Delische Afdeeling Raad


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Dewan di Indonesia di blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah dewan kota Medan yang sebenarnya? Tentu saja dalam blog ini sudah ditulis sejak 2015. Banyak yang telah mengutipnya untuk tujuan tertentu, apakah mahasiswa maupun para peminat sejarah. Sudah barang tentu apa yang ditulis masih perlu disempurnakan dengan memperkaya analisis berdasarkan data baru.


Transformasi Modernitas di Kota Medan: Dari Kampung Medan Putri Hingga Gemeente Medan. Junaidi Nasution. Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Jurnal Sejarah. Vol. 1(2), 2018: 65-83. Abstract. Every city in Indonesia has a unique character. Medan is a city with a population that is considered a mini Indonesia in the Dutch colonial era. It is in the city of Medan inhabited by various tribes that according to Hamka one of the most blooming nation of the nation of Indonesia development. But there is a unique in the development of Medan into a city. Basically, the process of developing the city of Medan, not the thing that has been designed by the Dutch colonial government, like other cities in Indonesia. The city of Medan is formed by the interests of the capitalist entrepreneurs for this region as the economic axis of the plantation on the east coast of Sumatra. (http://download.garuda.kemdikbud.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah gemeente dan Gemeente Raad di Medan? Seperti disebut di atas, dalam blog ini sudah pernah ditulis, tetapi kini lebih disempurnakan. Ada keterkaitan Gementeefond, Negorij Raad dan Delische Afdeeling Raad dengan Gemeente Raad. Lalu bagaimana sejarah gemeente dan Gemeente Raad di Medan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyuwangi (41): Pendudukan Militer Jepang di Banyuwangi; Penguasa Militer Jepang dan Para Pemimpin Pribumi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Berakhir sudah orang Belanda di Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda telah digantikan oleh Pemerintah (pendudukan militer) Jepang di Indonesia. Pejabat-pejabat Belanda telah diganti oleh Pemerintah Jepang dengan para pemimpin pribumi. Untuk posisi bupati di Banyuwangi diangkat Raden Toemenggoeng Achmad Rastiko.


Rakyat Banyuwangi di Bawah Penindasan Jepang. Pasukan Jepang telah berhasil mematahkan pertahanan Inggris di Malaya dan Birma. Juga pertahanan Amerika di Philipina. Pertahanan Belanda di Indonesia tidak berdaya menghadapi serangan bala tentara Jepang, Kedatangan Dai Nippon disambut rakyat Indonesia. Sebagian Pemimpin Indonesia tertarik terhadap propaganda Jepang itu, namun sebagian yang lain tetap meragukan. Kedatangan Jepang di kota Banyuwangi, juga disambut dengan hangat oleh masyarakat.   Saudara Tua (Jepang) akan segera membantu rakyat, khususnya masyarakat Banyuwangi yang sudah cukup lama menderita lahir batin akibat penindasan kolonialis Belanda. Pada akhir tahun 1942, sebuah kapal besar berbendera Jepang datang dan berlabuh di pelabuhan Bayuwangi. Kapal disambut dengan sukaria. Dalam kenyataan, kapal besar itu yang turun dari kapal itu adalah sejumlah pasukan Dai Nippon bersenjata lengkap. Sebagian penduduk laki-laki dari berbagai daerah banyak yang dijadikan romusha dan dikirim ke daerah-daerah, seperti Kalipait (Alas Purwo), Lampon, Rowoputih (pantai Grajagan), Poncomoyo, Pulau Merah, Sukamade (semuanya di pantai Selatan) dan lain-lain untuk pembuatan jinchi-jinchi. Romusha Banyuwangi juga banyak dikirim ke manca negara. Tindakan Penguasa Militer Jepang makin hari semakin kejam (https://kumparan.com/)

Lantas bagaimana sejarah pemerintah (pendudukan militer) Jepang di Banyuwangi? Seperti disebut di atas, orang Belanda di Hindia Belanda termasuk di Banjoewangi berakhir sudah. Kini era penguasa militer Jepang dan pemimpin pribumi di Banyuwangi. Lalu bagaimana sejarah pemerintah (pendudukan militer) Jepang di Banyuwangi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.