*Untuk melihat semua artikel Sejarah Indonesia Jilid 1-10 di blog ini Klik Disini
Seiring dengan penulisan Sejarah Indonesia, sebanyak 10 jilid dan akan diumumkan ke publik pada tanggal 17 Agustus 2025, akan ditampilkan serial artikel Sejarah Indonesia dalam 10 jilid. Setiap artikel ditulis secara random dengan memberi nomor untuk identifikasi artikel yang dimaksud masuk ke jilid berapa. Artikel pertama Sejarah Indonesia diberi judul: Pra Sejarah Penulisan Sejarah Indonesia; Data Membentuk Judul vs Judul Mencari Informasi. Artikel nomor Jilid 1-1 adalah kode navigasi artikel pertama di Jilid 1.
Kerangka Konsep Penulisan “Sejarah Indonesia”. Dasar Pemikiran: Setiap generasi menulis sejarahnya sendiri. Selama ini telah terbit dua buku “sejarah resmi” yaitu SNI (6 Jilid) dan IDAS (8 Jilid?). SNI terbit pertama kali 1977. IDAS dirintis pada tahun 2002. Kini setelah 12 tahun sejak IDAS, dianggap suatu kebutuhan untuk menulis ”baru” buku sejarah Indonesia dan dianggap perlu dan segera untuk menulis (kembali) perjalanan sejarah Indonesia dalam suatu buku resmi (official history), yang didanai oleh pemerintah c/q Kementerian Kebudayaan R.I. bekerjasama dengan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI). Konseptual: “Keindonesiaan” akan diamati dalam proses pembentukannya sejak masa awal hingga kontemporer. Format penulisan dengan lebih menonjolkan peran orang Indonesia. Perspektif atau cara pandang “Indonesia-sentris” menjadi pegangan penulisan, tanpa mengabaikan perspektif lainnya yang akan memperkaya pembentukan “keindonesiaan”. Tujuan: untuk menghasilkan buku yang merupakan “Sejarah Resmi” (official history) dengan orientasi dan kepentingan nasional, untuk meningkatkan rasa kebangsaan (nasionalisme) dan cinta tanah air tanpa bersifat “nasionalistik”. Buku ini akan ditulis sebanyak 10 (sepuluh) jilid oleh sejarawan Indonesia sendiri secara kolektif.
Lantas bagaimana sejarah pra sejarah penulisan Sejarah Indonesia? Seperti disebut di atas, kini sedang dipersiapkan buku Sejarah Indonesia sebanyak 10 jilid. Penulisan Sejarah Indonesia itu berarti sejarah Indonesia yang ditulis setelah Indonesia ada (17 Agustus 1945). Penulisan Sejarah Indonesia sebelum itu dianggap pera sejarah penulis Sejarah Indonesia. Dalam teknik penulisan sejarah adalah dua pendekatan yang bertentangan: data membentuk judul vs judul mencari informasi. Lalu bagaimana sejarah pra sejarah penulisan Sejarah Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja. Dalam hal ini saya bukanlah penulis sejarah, melainkan hanya sekadar untuk menyampaikan apa yang menjadi fakta (kejadian yang benar pernah terjadi) dan data tertulis yang telah tercatat dalam dokumen sejarah.
Pra Sejarah Penulisan Sejarah Indonesia; Data Membentuk Judul vs Judul Mencari Informasi
Sejarah penulisan “Sejarah Indonesia” sebenarnya belum lama. Penulisan “Sejarah Indonesia” dalam era Republik Indonesia, dapat dikatakan baru dimulai dengan terbitnya tahun 1977 buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI) sebanyak enam jilid. Buku Indonesia dalam Arus Sejarah (9 jilid) dikatakan hanyalah sebagai pelengkap SNI. Dengan demikian, penulisan Sejarah Indonesia sudah terbentuk. Lantas bagaimana dengan sebelumnya?
Sanoesi Pane. Sedjarah Indonesia. Djilid. IV. Zaman
pendjadjahan baroe hingga kedatangan balatentara Dai Nippon. Djakarta 1945. Zahari.
Sedjarah Indonesia. Djilid I. Pematang Siantar 1946. Sanoesi Pane. Sedjarah
Indonesia. Tjetakan ke-3. Djakarta 1950. M Rasjid. Sedjarah ringkas. Sedjarah
Indonesia. Groningen-Djakarta 1950-1952. Rangkuti. Sedjarah Indonesia. 1951.
Mohamad Kasim. Sedjarah Indonesia. 1951. Mohamad Jamin. Prea Sedjarah
Indonesia. 1951.
Penulisan Sejarah Indonesia dimulai pada tahun 1945 dengan terbitnya buku yang ditulis oleh Sanoesi Pane dengan judul Sadjarah Indonesia. Buku tersebut terdiri dari empat jilid. Djilid IV buku Sanoesi Pane tersebut tentang periode zaman pendjadjahan baroe hingga kedatangan balatentara Dai Nippon (Jepang). Keempat jilid buku tersebut kemudian disatukan dalam satu buku. Pada tahun 1950 (setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda), buku tersebut sudah dicetak tiga kali.
Sanoesi Pane. Sedjarah Indonesia. Tjetakan ke-5. Djakarta 1952. Sedjarah Indonesia untuk sekolah ada beberapa, antara lain: Hidajat. Sedjarah Indonesia untuk anak sekolah. Djilid ÏI. Tamat. Bandung 1951. Sundoro. Sedjarah Indonesia untuk sekolah landjutan. Djakarta 1952. Buku Sedjarah Indonesia yang ditulis oleh Sanoesi Pane tampaknya diterima umum, Ini terbukti bahwa buku tersebut sudah dicetak lima kali hingga tahun 1952.
Pada tahun 1952 terjadi polemik penulisan Sedjarah Indonesia. Ini sehubungan dengan beredarnya buku baru Sedjarah Indonesia untuk sekolah yang ditulis oleh Amater dan A Silaun yang diterbitkan oleh penerbit Versluys (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 01-09-1952). Disebutkan Front
Muballigh Islam Pusat di Makassar dalam sebuah pertemuan yang diadakan bersama
ormas Islam lainnya membuat kesimpulan bulat bahwa halaman 55 hingga 60 buku tersebut
khususnya memberikan penjelasan tentang Islam dan sejarahnya yang bertentangan
dengan fakta. Pertemuan tersebut memutuskan untuk memprotes buku ini dan
merekomendasikan kepada pemerintah untuk menariknya dari peredaran dan
melarangnya untuk digunakan di sekolah, sepanjang isinya belum disesuaikan
dengan sejarah dan doktrin Islam yang sebenarnya.
Bagaimana hasilya tidak terinformasikan. Hingga
sejauh ini buku Sedjarah Indonesia yang ditulis oleh Amater dan A Silaun tidak dapat
dilacak. Boleh jadi setelah mendapat protes, lalu pemerintah meminta buku
tersebut ditarik dari peredaran. Seperti disebut di atas, ada beberapa penulis
buku Sedjarah Indonesia untuk sekolah: Sedjarah Indonesia untuk anak sekolah
oleh Hidajat diterbitkan di Bandung 1951 dan Sedjarah Indonesia untuk sekolah
landjutan oleh Sundoro diterbitkan di Djakarta 1952. Besar dugaan buku Sedjarah
Indonesia yang diprotes tersebut diterbitkan di Makassar.
Polemik sejarah adalah satu hal karena perbedaan interpretasi. Keseragaman penulisan adalah hal lain lagi. Dalam hal-hal tersebut, penyelenggaraan Kongres Kebudayaan yang akan diadakan Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional yang akan diadakan di Solo tanggal 19 hingga 22 September akan disampaikan tujuh usulan kepada pemerintah (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 09-09-1954). Dua diantara usulan tersebut adalah (1) agar susunan dan kegiatan "Panitia Sedjarah Indonesia" hendaknya ditingkatkan. Sehubungan dengan itu, pemerintah didesak untuk segera menerbitkan buku-buku sejarah Indonesia yang lebih seragam dan berlandaskan pada unsur nasional. (2) sehubungan dengan usulan sebelumnya, secara umum pemerintah diusulkan untuk memulai dari basis nasional ketika menyusun buku-buku pelajaran dan, selanjutnya, membatasi keragaman yang sangat besar baik dari segi jenis maupun isi.
Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 16-02-1955: ‘Menteri Mohamad Jamin akan memberikan kuliah umum. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Pendidikan Agama, Mohamad Jamin, akan memberikan kuliah umum bagi para mahasiswa dan tamu undangan pada Sabtu pagi pukul sembilan di "Bumi Siliwangi" (dulunya Villa Isola), tempat berdirinya Perguruan Tinggi Pendidikan Guru. Dengan topik "Pantja Parwa Sedjarah Indonesia" (Lima Periode dalam Sejarah Indonesia). Kuliah umum ini sedianya akan dilaksanakan pada bulan Oktober tahun lalu bertepatan dengan peresmian gedung "Bumi Siliwangi", namun harus ditunda karena kesibukan Menteri’. De nieuwsgier, 15-03-1955: ‘RRI Djakarta akan menyiarkan pada tanggal 18 Maret dan 25 Maret pukul 20.45 pada program RI (pukul 41.25 dan 91.54) kuliah umum oleh Mohamad Jamin tentang Pancasila dan Sejarah Indonesia, yang disampaikannya di Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan Bandung’.
Bagaimana selanjutnya usulan dari Badan
Musyawarah Kebudayaan Nasional pada tahun 1954 tidak terinformasikan. Tidak
diketahui apakah direspon pemerintah atau tidak. Boleh jadi bagi pemerintah
tidak masalah karena penulisan sejarah itu hak setiap penulis. Soal ada polemik
dalam penulisan, pemerintah akan turun tangan dan dapat meminta buku tersebut
ditarik dari peredaran (seperti kasus tahun 1952).
Pemerintah, melalui Menteri Pendidikan, Kebudayaan,
dan Pendidikan Agama, Mohamad Jamin, tampaknya lebih fokus dan terbatas pada
perlunya penyeragaman periodesasi sejarah Indonesia. Buku yang ditulis oleh
Mohamad Jamin berjudul Prea Sedjarah Indonesia yang diterbitkan di Djakarta
pada tahun 1951 tidak terinformasikan lagi.
Sementara itu, buku Sedjarah Indonesia yang ditulis oleh Sanusi Pané
masih dicetak di Djakarta pada tahun 1965.
Tampaknya buku Sedjarah Indonesia yang ditulis oleh Sanusi Pané menjadi pembatas antara penulisan Sedjarah Indonesia (awalnya empat jilid) yang lama dengan penulisan buku Sejarah Indonesia yang baru yang dimulai dengan terbitnya buku Sejarah Nasional Indonesia (SNI) sebanyak enam jilid tahun 1977. Bagaimana dengan penulisan Sejarah Bahasa Indonesia?
Penamaan Bahasa Indonesia belum lama (pada Kongres
Pemuda 1928). Selanjutnya sejarah Bahasa Indonesia mulai ditulis pada tahun
1938 oleh Sanusi Pane. Dalam Kongres Bahasa Indonesia 1938, Sanoesi Pane
bertindak sebagai pengarah dimana sebagai ketua kongres ditunjuk Dr Poerbatjaraka.
Sebagai pemateri, Sanoesi Pane mendapat kesempatan pertama pada hari dimulai
yang mana materi kongres disampaikan pada hari kedua kongres (26 Juni 1938). Dalam
Kongres Bahasa Indonesia tahun 1938, Sanoesi Pane membawakan makalah yang sesuai
perannya dan sesuai urutan materi-materi. Makalah yang disampaikan Sanoesi Pane berjudul: Asal-Oesoel dan Sedjarah Bahasa Indonesia (lihat De locomotief,
21-06-1938). Sementara itu, kamus berjudul Kamus Indonesia disusun oleh Emil St
Harahap diterbitkan pada tahun 1942. Itu berarti pada masa pendudukan militer
Jepang di Indonesia. Kamus tersebut terus dicetak dan diperjualbelikan (lihat
Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 05-03-1947). Sedjarah
Bahasa Indonésia door beelden genomen. E. St. Harahap, 1947, pag. 20 (lihat De
huisvrouw in Indonesie; officieel orgaan van de Vereniging van Huisvrouwen te
Batavia, jrg 2, 1949, No. 4, 01-08-1949). Kamus Emil St Harahap berjudul Kamus
Indonesia yang diterbitkan pada tahun 1942 menjadi penting dalam fase awal
kamus Bahasa Indonesia. Emil St Harahap bukanlah awam dalam hal perkamusan.
Emil St Harahap memulai karir sebagai guru di Depok. Pada tahun 1915 Emil St
Harahap bersama rekanya yang juga guru di Depok menyusun kamus bahasa Melayu
dengan judul Arti Kitab Logat Malajoe (lihat Bataviaasch nieuwsblad,
26-01-1915). Buku Sejarah Bahasa Indonesia terbaru ditulis oleh Akhir Matua
Harahap yang diterbitkan tahun 2024 oleh penerbit Deepublish (xxii, 574 halaman).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Data Membentuk Judul vs Judul Mencari Informasi: Sejarah adalah Narasi Fakta dan Data, Siapa Saja Boleh Menulis Sejarah
Sejarah penulisan Sejarah Indonesia belum lama. Seperti disebut di atas, yang pertama menulis Sejarah Indonesia adalah Sanoesi Pane pada tahun 1945. Tentu saja, Sanoesi Pane juga merujuk kepada sumber dari penulisan sejarah pada masa Pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena itu, penulisan Sejarah Indonesia masa kini dapat dikatakan kelanjutan dari penulisan sejarah sebelumnya, yang notabene, seperti kita lihat nanti, para kontributornya orang Eropa/Belanda. Lalu sejak kapan penulisan Sejarah Indonesia di masa lampau?
Orang Belanda mulai menulis Sejarah Indonesia, sebagai Sejarah Hindia, dimulai pada tahun 1598. Buku pertama (d'eerste boeck) ditulis oleh Willem Lodewijcksz yang diberi judul Historie van Indien, waer inne verhaelt is de avontueren die de Hollandtsche schepen bejeghent zijn (Sejarah Hindia, di mana petualangan yang menimpa kapal-kapal Belanda diceritakan) yang diterbitkan oleh Cornelis Claesz di Amsterdam pada tahun 1598. Pada sampul buku disebut buku pertama tentang sejarah Hindia. Di halaman pertama Willem Lodewijcksz membuat ringkasan. Buku ini setebal 200 halaman terdiri dari 43 bab plus satu lampiran. Sumber utama penulisan buku Willem Lodewijcksz pada intinya log dari laporan pelayaran Belanda pertama yang dipimpin Cornelis de Houtman, 1595-1597 (Journael vande reyse der Hollandtsche schepen ghedaen in Oost Indien, haer coersen, strecking hen ende vreemde avontueren die haer bejegent zijn, seer vlijtich van tijt tot tijt aengeteeckent). Bagaimanapun, sesuai keinginan Willem Lodewijcksz sendiri bahwa buku inilah buku pertama tentang Sejarah Hindia (baca: Sejarah Indonesia).
Apakah klaim Willem Lodewijcksz tentang Sejarah Hindia pertama tidak mengundang keberatan dari para penulis-penulis sejarah Portugis? Satu yang jelas, seorang penulis sejarah Belanda, Pieter van der Aa menerjemahkan buku Joao de Barros (dua jilid) dari bahasa Portugis (judul asli: Asia. Dos feitos que os portugueses fizeram no descobrimento e conquista dos mares e terras do Oriente) ke dalam bahasa Belanda. Jilid pertama dengan judul De doorlugtige scheeps-togten der Portugysen na Oost-Indiën, mitsgaders de voornaamste gedeeltens van Africa en de Roode-Zee dan jilid kedua berjudul Staatsugtige scheeps-togten en krygs-bedryven ter handhaving van der Portugysen opper-bestier in Oost-Indien, door Don Lopo Vaz de Sampayo, gedaan in 't jaar 1526. Kedua jilid buku Joao de Barros diterbitkan di Amsterdam pada tahun 1706.
Joao de Barros termasuk salah satu sejarawan Portugal di masa awal.
Bagaimana dengan Willem Lodewijcksz? Yang termasuk sejarawan awal Belanda
adalah Pieter vander Aa (lihat Repertorium van geschiedschrijvers in Nederland
1500-1800: samenstelling (disusun) oleh EOG Haitsma Mulier en GAC van der Lem
yang diterbitkan Nederlands Historisch Genootschap, Den Haag 1990). Lantas
mengapa Pieter vander Aa menerbitkan buku Willem Lodewijcksz? Pieter vander Aa lahir tahun 1659
di Amsterdam, meninggal 26 Agustus 1733. Sejak tahun 1677 Van der Aa menjadi
anggota serikat penjual buku Leiden dan pada tahun 1694 ia mendaftar di Album
Studiosorum universitas sebagai pencetak Walloon College. Pada tahun 1715 ia
menjadi penerbit akademik kota sampai tahun 1730 ketika dia pensiun.
Buku Willem Lodewijcksz yang diterbitkan Pieter vander Aa tahun 1598 dan buku Joao de Barros (dua jilid) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda dan diterbitkan tahun 1706, di Amsterdam, menjadi penanda penting dalam awal penulisan sejarah Indonesia (baca: Hindia). Mengapa? Karena hingga awal abad ke-18 hanya dua penulis itu yang secara sengaja menulis Indonesia (baca: Hindia) dalam konteks sejarah. Lagi pula dua buku itu ditulis dalam bahasa Belanda (yang mana Belanda sejak era VOC pada tahun 1619 bercokol di Batavia hingga Namanya diubah menjadi Djakarta pada tahun 1950).
Hingga awal abad ke-18, buku-buku tentang yang terkait Hindia/Indonesia
yang ditulis/diterjemahkan dalam bahasa Belanda umumnya tentang laporan/kisah
pelayaran/perjalanan si penulis. Buku seorang Portugis Fernão Mendes Pinto baru
diterjemahkan tahun 1653 oleh penerbit Voor Jan Rieuwertsz en Jan Hendriksz.
Boekverkopers dengan judul: De wonderlyke reizen van Fernando Mendez Pinto; die
hy in de tijt van eenëntwintig jaren in Europa, Asia en Afrika, in de
koninkrijken en landen van Abissyna, China, Iapon, Tartariën, Siam, Calaminham,
Pegu, Martabane, Bengale, Brama, Ormus, Batas, Queda, Aru, Pan, Ainan,
Calempluy, Chochinchina, en byna ontellijke andere landen en plaatsen gedaan heft.
Buku ini berisi kisah perjalanan Fernão Mendes Pinto ke Hindia terutama di
wilayah pedalaman Tanah Batak pada tahun 1537. Laporan perjalanan seorang
Portugis Tome Pires (1512-1515) termasuk ke Sumatra dan Jawa baru diekstrak
oleh penulis Inggris Anders Ljungstedt di bawah judul Contribution to an
Historical Sketch of the Portuguese Settlements in China yang diterbitkan
penerbit Sn pada tahun 1832. Buku Tome Pires tersebut baru dipublikasikan
secara lengkap pada tahun 1944 yang diterjemahkan dari dari bahasa Portugis ke
dalam bahasa Inggris oleh A Cortesao, dengan judul Suma Oriental. An account of
the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515.
And The Book of Francisco Rcdrigues, rutter of a voyage in the Red Sea,
nautical rules, almanak and maps, written and drawn in the East bef ore 1515
yang diterbitkan di London 1944 (dua jilid). Salah satu kontribusi penulis
Belanda terpenting tentang Indonesia adalah seorang geographer di Amboina
Francois Valentijn menulis buku berjudul Oud en nieuw Oost-Indiën, vervattende
een naaukeurige en uitvoerige verhandelinge van Nederlands mogentheyd in die
gewesten, benevens eene wydlustige beschryvinge der Moluccos, Amboina, Banda,
Timor, en Solor, Java en alle de eylanden onder dezelve landbestieringen
behoorende yang diterbitkan Joannes van Braam
Pada tahun 1724. Buku Francois Valentijn sangat kaya tentang sumber sejarah Indonesia (mulai dari Maluku, Papua dan hingga Sumatra). Francois Valentijn telah melakukan pelayaran ke seluruh Indonesia (baca: Indonesia) yang menjadi sumber utama penulisannya dan juga orang pertama yang membuka dokumen Daghregister di Kasteel Batavia dan memanfaatkannya untuk memperkaya bukunya tersebut.
Sejak buku Willem Lodewijcksz (1598) dan buku Joao de
Barros (1706), sudah begitu banyak buku-buku lama terkait Indonesia yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda dan bahasa Inggris dan juga buku-buku
baru yang diterbitkan dalam dua bahasa tersebut. Namun yang secara khusus
menulis buku sejarah Indonesia (baca: Kepulauan Hindia/nusantara) secara
komfrehensif belum ada. Akan tetapi sudah mulai ada yang menulis sejarah lokal/regional.
Yang pertama adalah seorang Inggris William Marsden di Bengkoeloe yang berjudul
The History of Sumatra yang diterbitkan sendiri pada tahun 1811.
Edisi pertama buku berjudul The History of Sumatra oleh William Marsden diterbitkan
pada tahun 1781. Tidak hanya itu, William Marsden juga merangkum bahasa Melayu
sebagai lingua franca dengan menerbitkan buku berjudul A Grammar of the Malayan
Language yang diterbitkan Cox and Baylis pada tahun 1812 dan buku berjudul A
Dictionary. of the Malayan Language, in two parts, Malayan and English, and
English and Malayan pada tahun 1812. Kamus dan tatabahasa Melayu sebelumnya
yang juga menjadi rujukan William Marsden telah dipublikasikan sejak era
VOC/Belanda, seperti karya Frederik de Houtman berjudul Spraeck ende
woord-boeck in de Maleysche ende Madagaskarsche talen, met vele Arabische ende
Turcsche woorden. Asmterdam (1603); Danckaerts, Sebastiaan. 1623. Grammaticale observation;
Danckaerts, Sebastiaan. 1628. Vocabularium ofte Woortboeck, naer ordre van den
Alphabet, int ' t Duytsch-Maleysch, ende Maleysch-Duytsch. Eertyts ten deele
ghecompaneert by Caspar Wiltens: ende namaels oversien, vermeerdert, ende
uytgegeven door Sebastianus Danckaerts (S: Gravenhaghe 1623); Roman, Johannes.
1655. Kort Bericht van de Maleysche letter-konst. Joan Blaev; Roman, Johannes.
1674. Grondt ofte Kort bericht van de Maleysche tale, vervat in twee deelen.
Amsterdam; Werndly, George Henric. 1736. Maleische spraakkunst: uit de eigen
geschriften d. Maleiers opgemaakt, m. inleiding en twee boekzalen v. boeken in
deze tale zo van Europëers als v. Maleiers geschreven. Amsterdam; Rees, Willem
van. 1803. Maleisch handboekjen, of Hollandsch-Maleisch en Maleisch-Hollandsch
woordenboekjen, naar alphabetische orde. Moeleman Junior.
Sukses William Marsden menulis The History of Sumatra memicu minat Sir Thomas Stamford Raffles menulis buku berjudul The History of Java yang diterbitkan pada tahun 1817 oleh penerbit Black, Parbury, and Allen, Booksellers to the Hon. East-India Company and John Murray. Lalu kemudian penulis Inggris lainnya John Crawfurd menulis buku berjudul History of the Indian Archipelago yang diterbitkan oleh Constable pada tahun 1820. Jika empat buku pertama karya-karya dari Francois Valentijn (1724); William Marsden (1781), Thomas Stamford Raffles (1817) dan John Crawfurd (1820) sejatinya sudah terbentuk gambaran awal tentang Indonesia semasa pra penulisan Sedjarah Indonesia.
Meski William Marsden sudah tiada, namun upayanya untuk memberi kontribusi dalam penulisan sejarah Hindia (baca: Indonesia) yang penting, tetapi satu keutamaan William Marsden yang tidak bisa diabaikan adalah koleksi buku-buku yang disimpan di rumahnya. Istrinya kemudian Menyusun atas nama suaminya William Marsden menerbitkan buku Bibliotheca Marsdeniana Philologica Et Orientali yang diterbitkan oleh JL Cox pada tahun 1827. Buku katalog ini dapat dikatakan sebagai awal terpenting dalam pengumpulan literatur dalam sejarah penulisan Sedjarah Indonesia. Seperti kita lihat nanti muncul seorang arsiparis ulung di Batavia Mr JA van der Chijs.
Sebagaimana tempo doeloe, penerbit Belanda terus memperkaya khasanah
literatur Belanda dengan upaya penerjemahan dari penulis-penulis asing. Buku The History of Java karya Thomas Stamford Raffles berbahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa
Belanda oleh penerbit Van
Cleef tahun 1836 dengan judul Geschiedenis van Java. Tampaknya penulis-penulis Belanda generasi baru hanya melihat The History of Java yang terpenting. Mengapa? Boleh jadi generasi baru akan memulai
penulisan Sedjarah Indonesia.
Lembaga
ilmu pengetahuan Batavia (Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen)
sudah dibentuk oleh Mr Radermacher dkk sejak 1787. Karya-karya sudah banyak,
termasuk jurnal enam bulanan tetapi belum cukup. Penerbitan surat kabar pertama
di Batavia (Bataviasche Koloniale Courant) tahun 1809 ikut mendorong semarak
dunia ilmu pengetahuan. Namun sekali lagi semua itu belum cukup. Pada tahun 1838
Dr Baron van Hovel menginisiasi penerbitan jurnal tiga bulanan yang diberi nama
Tijdschrift voor Neerland's Indie (jurnal bersifat umum).
Salah satu upaya yang dilakukan oleh sarjana Belanda di Hindia adalah meneliti sejarah kehadiran orang Belanda di Hindia sejak era VOC. Mr Pieter Mijer dalam kajiannya tentang sejarah pemerintahan orang-orang Belanda di Hindia (pemerintahan VOC dan awal pemerintahan Pemerintah Hindia Belanda) mempublikasikan laporannya yang berjudul Bijdrage tot de geschiedenis der codificatie in Nederlandsch Indie, yang diterbitkan pada tahun 1839.
Sejarah
kodifikasi di Hindia Belanda mencakup semua aspek pemerintahan Belanda di
Hindia sejak era VOC dimana masing-masing membuat kebijakan yang
berkesinambungan yang terkait dengan hubungan antara Belanda dan Hindia,
hubungan terhadap penduduk melalui Kerjasama (kontrak) antara Gubernur Jenderal
dan para pemimpin local, keberadaan orang asing termasuk orang Cina,
pembangunan hukum (termasuk peran Raad van Indie). Dalam laporan ini juga
termasuk disinggung masa pendudukan Inggris (1811-1816) dan
perjanjian-perjanjian antara (kerajaan) Belanda dengan negara (kerajaan lain)
di Eropa yang terkait dengan (wilayah) di Hindia. Oleh karena laporan tersebut
dipublikasikan maka laporan itu dapat dianggap sebagai buku Sedjarah Indonesia terawal
yang ditulis oleh orang Belanda di Hindia. Buku laporan tersebut diduga
merupakan pengembangan lebih lanjut buku yang ditulis Mr Pieter Mijer berjudul Geschiedkundig
onderzoek naar den handel en het bestuur der Nederlandsche Oost-Indische
bezittingen yang diterbitkan Van der Hey en Zn pada tahun 1833. Seperti kita
lihat nanti, Mr Pieter Mijer bukanlah orang biasa tetapi seorang sarjana
Belanda yang kelak menjadi Gubernur-Jenderal Hindia Belanda yang ke-53 (1866–1872).
Sejak perjanjian antara (kerajaan) Belanda dan (kerajaan) Inggris tahun 1824 (Traktat London 1824), persaingan antara orang-orang Inggris dan orang-orang Belanda semakin ketat termasuk dalam ilmu pengetahuan di Hindia Belanda. Terbitnya jurnal The Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia yang diterbitkan di Singapoera (Inggris) oleh James Richardson Logan dkk pada tahun 1848, juga telah memicu para sarjana Belanda dan peminat etnologi, geografi, sejarah, bahasa, pengetahuan alam Hindia di Batavia untuk menerbitkan jurnal khusus ilmu pengetahuan alam yang terbit pertama pada tahun 1852 (Natuurkundig tijdschrift voor Nederlandsch-Indie); dan jurnal khusus bahasa, geografi dan etnografi (Tijdschrift voor Indische taal-, land- en volkenkunde, diterbitkan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen).
Generasi baru Belanda telah lahir di Hindia.
Beberapa diantaranya telah menulis buku sejarah Hindia dan juga ada beberapa
menulis deskripsi wilayah Hindia seperti Philippus Pieter Roorda van Eijsinga
menulsi buku berjudul Handboek der Land- en volkenkunde, geschied-, taal-,
aardrijks- en staatkunde van Nederlandsch Indie yang diterbitkan tahun 1841; Dirk
Willem Bosch. Geschied- en aardrijkskundige beschrijving van Neêrlands Oost- en
West-Indische bezittingen. Uitgever Schalekamp, Van de Grampel en Bakker. 1844;
Abraham Jacob van der Aa yang menulis buku berjudul Neerlands Oost-Indië, of
Beschrijving der Nederlandsche bezittingen in Oost-Indie yang diterbitkan tahun
1857.
Dengan dinamisnya masalah penulisan dan pengayaan data dan informasi di Hindia, mulai dirasakan penulisan Sedjarah Indonesia (baca: Sejarah Hindia Belanda) dengan Sejarah Melayu di The Straitsettlement semakin terpisah satu sama lain. Ini dengan sendirinya mulai terbentuk sejarah Indonesia (dalam konteks sejarah Hindia dari Sabang hingga Merauke).
Semua lembaga-lembaga yang disebut di atas secara
langsung telah memberi kontribusi besar dalam pengayaan data dan informasi
tentang wilayah Hindia Belanda (baca: wilayah Indonesia masa ini). Tidak sampai
disitu, kepala dinas arsip Pemerintah Hindia Belanda, Mr JA van der Chjis mulai
menyusun bibliografi Hindia Belanda (Catalogus der Bibliotheek van het
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen door JA van der Chijs, 1864).
JA van der Chijs juga mengekstrak semua lembaran Daghregister Kasteel (sejak
1624 Batavia) dan mempublikasikan dalam beberapa jilid.
Ratusan sarjana dan peminat Hindia Belanda telah turut aktif dalam pengayaan data dan informasi. Dalam kelompok itu juga termasuk orang-orang pribumi seperti Raden Saleh, Satie Nasoetion alias Willem Iskander serta beberapa bupati di Jawa. Dalam deretan orang Belanda termasuk Mr JKJ de Jonge yang menerbitkan buku berjudul De opkomst van het Nederlandsch gezag over Java yang diterbitkan penerbit Nijhoff pada tahun 1883. Buku ini mendeskripsikan peran orang-orang Belanda sejak kehadirannya di Hindia dan peran yang dimainkan oleh masing-masing dalam hubungannya dengan kerajaan-kerajaan nusantara di Hindia Timur seperti kerajaan Atjeh, Gowa, Banten dan lainnya.
Sementara ribuan buku tentang Hindia telah ditulis yang tentu saja dapat digunakan sebagai sumber sejarah Indonesia (baca: Hindia). Beberapa buku terpilih sebagai berikut: Gedenkschrift van den oorlog op Java, van 1825 tot 1830 door Stuers, F.V.A. De en Lange, H.M. 1847; Krijgsverrigtingen tegen het eiland Balie, in 1848 door Swieten, J. van. 1849; De Nederlanders te Jakatra: Uit de bronnen, zoo uitgegevene als niet uitgegevene door Chijs, J.A. van der. 1860; De pionniers der beschaving in Neêrlands Indie: Verhaal van eenige krijgstogten op de buitenbezittingen door Rees, W.A. van. 1866; Geschiedenis van de veroveringen der Nederlanders in Indie tot den tegenwoordigen tijd door Ulrich Gerard Lauts. 1868; Geschiedenis der Nederlandsch-Indische Spoorweg-maatschappij door John Eric Banck. 1869; Geschiedenis van de Nederlandsche regering in Indië, gedurende 1816-1858 door Ulrich Gerard Lauts. 1866; Nederlandsch Indië, of De bewoners dezer streken, geschetst in tafereelen uit hun dagelijksch leven, zeden en gebruiken (1870) door JJA Goeverneur, Gijsbertus van Sandwijk; Geschiedenis van de Nederlandsche Oost-Indische bezittingen, door J.J. Meinsma en J.K.W. Quarles van Ufford. 1873; De verovering van Jacatra door J. Hendrik van Balen. 1884; De opkomst van het Nederlandsch gezag in Oost-Indië: Verzameling van onuitgegeven stukken uit het oud-koloniaal archief door Tiele, P.A en Heeres, J.E. 1886-1895; De derde Javaansche successie-oorlog, (1746-1755) door Louw, P.J.F. 1889; Het land van Jan Pieterszoon Coen: Geschiedenis der Nederlanders in Oost-Indië door Terwogt, W.A. 1892; De krijgsgeschiedenis van Nederlandsch-Indië van 1811 tot 1894 door Gijsbert Brandt Hooijer. 1897; Geschiedenis van Nederlandsch Oost-Indië door Willem Gelder. 1897; Geschiedenis van het Korps Genietroepen van het leger in Oost-Indië, 1816-1895 door Marcella, Edouard. 1897; Geschiedenis van den nederlandschen handel sedert 1795 door Wanjon, D. 1900.
Lambat laun tidak ada lagi buku-buku yang menulis tentang sejarah Hindia, para sarjana dan peminat Hinda lambat laun tampaknya lebih fokus dan semakin memperhatikan detail (berbagai aspek) di Hindia seiring dengan kemajuan kehidupan dan kemajuan sarana dan prasarana pendudukung ilmu pengetahuan. Hal itulah diduga yang menyebabkan terbitnya berbagai buku dengan judul-judul yang spesifik. Tentu saja data dan informasi di surat kabar, majalah dan jurnal yang menjadi wacana (diskusi umum) turut mendorong topik-topik tertentu diangkat menjadi judul buku. Lalu apakah pra penulisan Sejarah Indonesia (baca: Hindia/Timur, Hindia Belanda) telah berakhir dan menunggu era baru penulisan Sedjarah (Republik) Indonesia?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar