Laman

Senin, 25 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (193): Minyak Gas di Provinsi Aceh; Pantai Timur Sumatra dan Pantai Barat Sumatra (Coast to Coast)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Seperti di Jawa bagian tengah, ladang-ladang minyak terdapat dipantai utara dan juga di pantai selatan (coast to coast). Hal itu juga dengan di wilayah Aceh, di pantai timur dan di pantai barat. Lantas apakah juga di pantai barat wilayah Sumatra Utara juga terdapat potensi minyak? Yang jelas hingga kini di pantai barat di Sumatra Barat dan Bengkulu belum pernah diketahui sumber minyak. Wilayah Aceh juga memiliki potensi gas yang besar.

Sumber minyak di Langkat sudah lama ditemukan pada era Hindia Belanda yang kemudian dibangun kilang minyak di Pangkalan Brandan (wilayah Sumatrea Utara). Dari Pangkalan Brandan potensi minyak ditemukan di wilayah Aceh. Meski demikian nama Pangkalan Brandan yang muncul ke permukaan. Situasi menjadi heboh pada tahun 1971 perusahaan minyak asal Amerika Serikat, Mobil Oil, melakukan eksplorasi di desa Arun, kecamatan Syamtalira Aron, kabupaten Aceh Utara namun yang ditemukan adalah gas alam. Sejak itulah dikenal nama Arun sehubungan dengan pembentukan perusahaan patungan Amerika Serikat, Jepang dan Indonesia yang diberi nama PT ARUN NGL Co (kiniPT Perta Arun Gas) Tentu saja tidak sampai disitu, pada tahun-tahun terakhir ini ditemukan potensi minyak di pantai barat Sumatra di Singkil dan Meulaboh.

Lantas bagaimana sejarah peta minyak di wilayah Aceh? Seperti disebut di atas, peta minyak di wilayah Aceh berawal di Pangkalan Brandan (Sumatra Utara) dan kemudian ditemukan ladang gas di Aceh Utara dan kini di pantai barat di Singkil dan Meulaboh. Lalu apakah ada potensi minyakl di pantai barat di wilayah Sumatra Utara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Minyak dan Gas di Provinsi Aceh: Pantai Timur Sumatra dari Tamiang hingga Aceh Utara

Tunggu deskripsi lengkapnya

Peta Minyak Baru Aveh: Pantai Barat Sumatra (Coast to Coast)

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar