Laman

Rabu, 25 Desember 2019

Sejarah Menjadi Indonesia (28): Organisasi Mahasiswa Indonesia; Indische Vereeniging (1908) Hingga Dewan Mahasiswa UI (1952)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
 

Organisasi mahasiswa telah memainkan peran yang sangat berarti dalam tiga fase: (1) Gerakan keabangsaan dalam pembentukan Indonesia hingga merdeka (1908-1945). Organisasi mahasiswa juga terus aktif mempertahankan kemerdekaan Indonesia (1947-1949). Organisasi mahasiswa tetap aktif mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa (1952-1953). Tiga fase ini bersifat continuum.

Sejarah Organisasi Mahasiswa Indonesia, 1908-1952
Organisasi mahasiswa pertama Indonesia dengan nama Indische Vereeniging  didirikan pada tahun 1908 di Leiden, Belanda. Organisasi ini digagas dan dipimpin oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan. Organisasi ini tetap eksis yang diantara pemimpinnya yang terkenal antara lain Dr. Soetomo (1921), Mohamad Hattta (1924) dan Parlindungan Lubis (1938). Pimpinan terakhir pada tahun 1945 adalah FKN Harahap. Pada perang kemerdekaan Indonesia terbentuk dua organisasi mahasiswa. Di Jogjakarta didirikan organisasi Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) yang dipimpin oleh Lafran Pane dan di Djakarta dibentuk organisasi Perhimpunan Mahasiswa Universitas Indonesia (PMUI) yang dipimpin oleh Ida Nasution. Lalu pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda dalam rangka untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa pada tahun 1952 didirikan dewan mahasiswa Universitas Indonesia di dua wilayah: Di Djakarta ketua terpilih adalah Widjojo Nitisastro (dari fakultas ekonomi) dan di Bandung ketua terpilih adalah Januar Hakim Harahap (dari fakultas teknik). Pada tahun 1953 ketua dewan mahasiswa Akademi Wartawan, AM Hoetasoehoet diangkat menjadi ketua Panitia Peringatan Sumpah Pemuda di Djakarta.

Kesinambungan organisasi-organisasi mahasiswa sejak pembentukannya yang pertama menunjukkan peran mahsiswa cukup besar mulai dari membangunan kesadaran bebangsa, aktif dalam pergerakan politik hingga ikut berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan. Bagaimana organisasi-organisasi mahasiswa ini terbentuk menarik untuk diketahui. Tentu saja juga menarik untuk mengetahui mengapa semua inisiator organisasi mahasiswa (Soetan Casajangan, Lafran Pane, Ida Nasution dan Januar Hakim Harahap) berasal dari Kota Padang Sidempuan (Tapanuli Selatan)? Untuk tidak lupa sejarah organisasi mahasiswa Indonesia, mari kita telusuri sumber-sumber (tertulis) tempo doeloe.

Stambuk Organisasi Mahasiswa Indonesia (1908-1953)
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Indische Vereeniging di Leiden, 1908 (Radjioen Harahap) dan Sumatranen Bond di Utrecht, 1917 (Sorip Tagor Harahap)

Organisasi Boedi Oetomo pada awal pendiriannya yang dimotori oleh mahasiswa-mahasiswa STOVIA seperti Soetomo (junior) adalah organisasi kebangsaan berhaluan nasional. Namun menjelang kongres pertama Boedi Oetomo yang akan diadakan di Jogjakarta pada tanggal 3-4 Oktober 1908 terkooptasi oleh para orang tua (senior). Celakanya, para senior yang umumnya golongan bupati dan pangeran membelokkan haluan Boedi Oetomo menjadi organisasi kebangsaan berhaluan kedaerahan (hanya terbatas di satu garis budaya: Jawa. Madura, Bali dan Lombok sebagaimana dinyatakan dalam statuta/ADART). Radjioenn Harahap gelar Soetan Casajangan, mahasiswa di Belanda gerah terhadap pembelokan organisasi Boedi Otomo tersebut. Organisasi mahasiswa Boedi Oetomo bergeser menjadi organisasi non mahasiswa (umum).

Organisasi (umum) Boedi Oetomo merujuk pada organisasi (umum) Medan Perdamaian yang telah didirikan oleh Dja Endar Moeda pada tahun 1900 di Padang. Organisasi Medan Perdamaian saat kongres Boedi Oetomo di Jogjakarta masih eksis di berbagai kota di Sumatra. Format kedua organisasi umum ini sama, yang membedakan organisasi umum Medan Perdamaian berhaluan nasional (tidak hanya di Sumatra). Pada tahun 1902 presiden Medan Perdamaian Dja Endar Moeda mengumpulkan uang sebanyak f14.00 yang lalu dikirim ke Semarang untuk membantu peningkatan pendidikan pribumi. Saleh Harahap gelar Dja Endar Moeda adalah kakak kelas Soetan Casajangan di sekolah guru (kweekschool) Padang Sidempoean. Dja Endar Moeda lulus tahun 1884, Soetan Casajangan lulus tahun 1887. Setelah menjadi guru lebih dari 10 tahun di Padang Sidempoean, Soetan Casajangan melanjutkan studi ke Belanda tahun 1905.

Soetan Casajangan mengumpulkan semua mahasiswa pribumi (baca: Indonesia) di rumahnya di Leiden pada tanggal 25 Oktober 1908. Soetan Casajangan meminta semua mahasiswa memupuk persatuan untuk tujuan nasional. Hasilnya disepakati membentuk organisasi kebangsaaan yang berhaluan nasional. Organisasi tersebut diberi nama Indische Vereeniging (Perhimpoenan Hindia). Lalu peserta rapat secara aklamasi menunjuk Soetan Casajangan menjadi presiden organiasasi mahasiswa Indische Vereeniging.

Pada tahun 1915 muncul organisasi pemuda Boedi Oetomo yang kemudian dikenal sebagai Jong Java. Disebutkan dalam Jong Java termasuk Soekarno. Uniknya, pendirian Jong Java berbeda dengan anjuran Dr. Soetomo yang setahun sebelumnya (1914) berpidato di Boedi Oetomo cabang Batavia. Dalam rapat umum di Boedi Oetomo di Batavia mengatakan kepada anggota Boedi Oetomo bahwa kita tidak bisa hidup sendiri, banyak orang-orang di luar Jawa yang terpelajar terutama orang-orang Tapanuli dan Minahasa. Kasus kuli Jawa di Deli tidak bisa kita selesaikan sendiri. Dr. Soetomo sendiri baru pulang dari Deli sebagai dokter pemerintah selama dua tahun (1912-1914). Pidato Dr. Soetomo ini mengindikasikan bahwa dirinya masih tetap berhaluan nasional.

Organisasi Boedi Oetomo yang disokong penuh oleh pemerintah menjadi sukses dalam menjalankan misinya. Boleh jadi itu menjadi sebab munculnya organisasi pemuda Jong Java. Organisasi pemuda Jong Java ini umumnya adalah pelajar dan mahasiswa. Satu hal yang muncul pembangunan terkonsentrasi di Jawa, pembangunan di luar Jawa semakin tertinggal. Para anggota Indische Vereeniging yang berasal dari Jawa mendukung kehadiran Jong Java.

Memperhatikan situasi dan kondisi yang baru, Sorip Tagor Harahap, mahasiswa kedokteran hewan di Utrecht mengundang semua mahasiswa asal Sumatra pada bulan Januari 1917 di rumahnya. Ini mirip yang dilakukan oleh Soetan Casajangan pada tahun 1908 di Leiden. Semua mahasiswa Sumatra sepakat membentuk organisasi kebangsaan yang baru yang diberi nama Sumatra Sepakat. Dalam rapat secara aklamasi menunjukkan Sorip Tagor sebagai ketua. Untuk wakil ketua ditunjuk Dahlan Abdullah. Sebagai sekretaris merangkap bendahara adalah Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia. Untuk pengawas terdiri dari empat orang salah satu diantaranya Tan Malaka. Mereka yang menjadi pengurus ini kelak sangat dikenal. Sorip Tagor Harahap kini lebih dikenal sebagai kakek dari Inez Tagor, Risty Tagor dan Desria Tagor (istri Setya Novanto).

Meski Sumatra Sepakat sudah terbentuk, para anggotanya tetap mendukung habis eksistensi Indische Vereeniging sebagai organisasi satu-satunya yang berhaluan nasional. Untuk mengefektifkan tugas nasional mahasiswa Sumatra di Belanda, para mahasiswa STOVIA asal Sumatra di Batavia untuk menggantikan kedudukan Sumatra Sepakat dengan membentuk cabang di Batavia yang disebut Jong Sumatra pada bulan November 1917. Indische Vereeniging tetap terjaga. Jong Sumatra menjadi head to head dengan Jong Java (jong-jong lainnya yang muncul kemudian). Ketua Jong Sumatra adalah T Mansoer dan Wakil adalah Abdul Munir Nasution.

Pada tahun 1917 di Belanda diadakan kongres mahasiswa Hindia Belanda. Kongres ini terdiri dari kelompok mahasiswa Indo (orang Belanda kelahiran Hindia), kelompok mahasiswa Tionghoa dan kelaompok mahasiswa pribumi. Ketua kongres adalah HJ van Mook (kelak dikenal sebagai Letnan Jenderal NICA/Belanda). Mahasiswa pribumi yang tergabung dalam Indische Vereeniging bersuara keras di dalam kongres ini. Sorip Tagor dan Dahlan Abdullah dari Sumatra Sepakat/Indische Vereeniging menamakan diri sebagai Indonesier (orang Indonesia). Ini untuk kali pertama muncul nama Indonesia di forum umum. Pada tahun 1918 Dahlan Abdullah menjadi ketua Indische Vereeniging.  

Pada kongres pertama Sumatra Sepakat/Jong Sumatra yang diadakan di Padang pada bulan Mei 1919 namanya lebih dikenal sebagai Sumatranen Bond. Kongres Sumatranen Bond ini diketuai oleh Amir (salah satu komisaris Jong Sumatra di Batavia). Sedangkan ketua pembina adalah Dr. Abdul Hakim Nasution, anggota dewan kota (geementeraad) Padang (teman satu kelas dengan Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo di STOVIA). Dalam kongres ini, delegasi dari Tapanoeli dipimpin oleh Parada Harahap (editor surat kabar di Padang Sidempoean Sinar Merdeka)..Delegasi dari kota Padang dipimpin oleh Mohamad Hatta.

Selepas kongres Sumatra muncul gagasan baru dari sejumlah anggota Sumatranen Bond yang berasal dari Tapanoeli untuk membentuk organisasi sendiri agar lebih efektif untuk urusan di wilayah Tapanoeli yang disebut Bataksche Bond (Jong Batak). Pembentukan organisasi ini pada bulan September 1919 mendapat sambutan yang baik dari orang-orang Tapanuli yang beragama Kristen. Organisasi yang dipimpin oleh mahasiswa STOVIA Abdul Rasjid Siregar ini sebagian dari anggotanya tetap berafiliasi dengan Sumatranen Bond (seperti halnya di Belanda Sumatra Sepakat tetap berafiliasi dengan Indische Vereeniging). Soetan Casajangan, Sorip Tagor dan Abdul Rasjid Siregar adalah sama-sama kelahiran Padang Sidempoean. Pada tahun 1920 para senior mendukung Bataksch Bond dengan mendirikan bank pribumi pertama di Pematang Siantara yang diberi nama Bataksche Bank. Pengurus bank ini terdiri dari Dr. Moahamd Hamazah Harahap (alumni Docter Djawa School/STOVIA; Dr. Alimoesa Harahap dan Soetan Hasoendoetan). 

Pada tahun 1922 Dr. Soetomo yang melanjutkan studi ke Belanda terpilih menjadi ketua Indische Vereeniging. Dalam kepengurusan Dr. Soetomo dan kawan-kawan nama Indische Vereeniging diubah menjadi Indonesiasche Vereeniging. Lalu pada kepengurusan Mohamad Hatta dkk pada tahun 1924 Indische Vereeniging kembali diubah namanya menjadi Perhimpoenan Indonesia.

Pada tahun 1927 di Batavia, Parada Harahap sekretaris Sumatranen Bond menginisiasi semua organisasi kebangsaan bersatu dalam satu payung organisasi. Lalu bulan September di rumah Mr. Husein Djajadiningrat diadakan rapat yang dihadiri berbagai organisasi kebangsaan, seperti MH Thamrin (Kaoem Betawi), perwakilan Pasoendan, Perhimpoenan Nasional Indonesia (Ir. Soekarno) dan Dr. Soetomo (Studieclub Soerabaja/Perjimpoenan Bangsa Indonesia). Rapat memutuskan dibentuk organisasi supra yang diberi nama Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaaan Indonesia (PPPKI). Ketua ditunjuk MH Thamrin dan sekretaris Parada Harahap. Dalam pembentukan organisasi nasional ini perwakilan Boedi Oetomo tidak hadir (boleh jadi karena statuta/ADART menghalangi berpartisipasi). Agenda pertama PPPKI adalah membangun kantor/gedung dan menyelenggarakan kongres pada bulan September 1928 (yang diintegrasikan dengan kongres pemuda (junior) pada bulan Oktober 1928. Catatan: Husein Djajadiningrat adalah dekan Rechthoogeschool yang tempo doeloe menjadi sekretaris Indische Vereeniging pada era Soetan Casajangan di Belanda.  Soetan Casajangan pada tahun 1927 adalah direktur Normaal School (sekolah guru( di Meester Cornelis (kini Jatinegara).    

Sebelum kongres PPPKI, organisasi kebangsaan Perhimpoenan Nasional Indonesia yang dipimpin oleh Ir. Soekarno diubah menjadi organisasi politik dengan nama Partai Nasional Indonesia (PNI). Ketua Kongres PPPKI (senior) ditunjuk Dr. Soetomo. Sedangkan komite/panitia Kongres Pemuda 1928 diangkat Soegondo (PPPI), sebagai sekretaris adalah Mohamad Jamin (Jong Sumatra/Sumatranen Bond) dan sebagai bendahara adalah Amir Sjarifoeddin Harahap (Jong Batak/Bataksche Bond). Dalam kongres PPPKI turut diundang Mohamad Hatta (ketua Perhimpoenan Indonesia di Belanda) tetapi karena berhalangan hadir lalu mengutus delegasi Ali Sastroamidjojo.

Pada fase ini Parada Harahap sangat sentral. Parada Harahap adalah pemilik dan editor surat kabar Bintang Timoer yang terbit di Batavia. Surat kabar bertiras paling tinggi di Batavia ini menjadi corong PPPKI. Parada Harahap sangat dekat dengan Mohamad Hatta karena hadir dalam dua kali kongres Sumatranen Bond di Padang pada tahun 1919 dan 1921. Sementara itu, Parada Harahap juga sangat dekat dengan Ir. Soekarno yang ketika masih memimpin Studieclub di bandoeng kerap mengirim tulisan ke surat kabar Bintang Timoer. Oleh karena itulah, sebagai kepala kantor PPPKI di gang Kenari, Parada Harahap memajang tiga foto, yakni Diponegoro (pemimpin masa lalu) dan pemimpin masa depan Soekarno dan Mohamad Hatta.   

Hasil Kongres PPPKI 1928 yang terpenting adalah namanya telah diubah menjadi Permoefakatan Partai-Partai Kebangsaan Indonesia (tetap disingkat PPPKI). Sedangkan hasil Kongres Pemuda terpenting adalah keputusan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, Indonesia.

Pada tahun 1930 PNI dibubarkan karena Ir. Soekarno ditangkap pasca Kongres PPPKI 1929 di Solo yang kemudian dibentuk Partai Indonesia (Partindo) yang diketuai Mr Sartono dan Partai Pendidikan Nasional Indonesia (Partai PNI) yang diketuai Mohamad Hatta. Sementara itu Perhimpoenan Bangsa Indonesia di Soerabaja berubah menjadi Partai PBI yang dimotori oleh Dr Soetomo dan Dr. Radjamin Nasution. Partindo cabang Batavia diketuai oleh Amir Sjarifioeddin Harahap dan cabang Soerabaja diketuai oleh Mohamad Jamin.

Sementara itu, meski terbilang telat, Boedi Oetomo secara perlahan-lahan mulai terbuka dan ikut melebur menyuarakan tujuan nasional. Pada tahun 1935 Boedi Oetomo merger (fusi) dengan Partai PBI yang kemudian membentuk partai baru yang disebut Partai Indonesia Raja (Parindra). Ketua Parindra adalah Dr. Soetomo. Dalam Parindra juga terdapat nama-nama terkenal seperti MH Thamrin dan Dr. Radjamin Nasution.

Dr. Soetomo tidak berumur panjang, meningal pada tahun 1938. Namun demikian Dr. Soetomo telah menyelesaikan tugasnya. Boedi Oetomo yan dibidaninya tahun 1908 telah kembali ke kittah yang mana Boedi Oetomo pada tahun 1935 merger dengan Partai PBI yang membentuk Parindra.

Sementara Soekarno dan Mohamad Hatta di pengasingan, kembali muncul gerakan untuk menyatukan semua partai politik dalam satu payung yang disebut Gabungan Partai-Partai Indonesia (GAPI) pada tahun 1939. Ini semacam pengulangan ketika tahun 1927 dibentuk PPPKI. Pimpinan utama GAPI adalah MH Thamrin (Parindra) dan Amir Sjarifoeddin Harahap (Gerindo).

Pada tahun 1942 tamat sudah era kolonial Belanda, Ini sehubungan dengan pendudukan militer Jepang. Pada fase inilah Ir. Soerkarno dan Drs Mohamad Hatta dan Soetan Sjahrir dibebaskan. Namun sebalikknya, Amir Sjarifoeddin Harahap yang ditahan/dipenjarakan karena tidak kolaboratif dengan pemerintah pendudukan militer Jepang.

Pada tahun 1945 Jepang ditaklukkan Sekutu yang menyebabkan perubahan politik secara drastis di Indonesia. Ir. Soekarno dan Drs. Mohamad Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Singkat kata: peran mahasiswa dan organisasi mahasiswa telah turut aktif dalam perjuangan hingga akhirnya kemerdekaan Indonesia dapat diraih.

HMI di Jogjakarta, Februari 1947 (Laftan Pane) dan PMUI di Djakarta November 1947 (Ida Nasution)

Tunggu deskripsi lengkanya

Dewan Mahasiswa UI 1952: Wijdjojo Nitiisastro di Djakarta dan Januar Hakim Harahap di Bandung

Tunggu deskripsi lengkanya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar