*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Organisasi mahasiswa telah memainkan peran yang sangat berarti dalam tiga fase: (1) Gerakan keabangsaan dalam pembentukan Indonesia hingga merdeka (1908-1945). Organisasi mahasiswa juga terus aktif mempertahankan kemerdekaan Indonesia (1947-1949). Organisasi mahasiswa tetap aktif mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa (1952-1953). Tiga fase ini bersifat continuum.
Organisasi mahasiswa telah memainkan peran yang sangat berarti dalam tiga fase: (1) Gerakan keabangsaan dalam pembentukan Indonesia hingga merdeka (1908-1945). Organisasi mahasiswa juga terus aktif mempertahankan kemerdekaan Indonesia (1947-1949). Organisasi mahasiswa tetap aktif mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa (1952-1953). Tiga fase ini bersifat continuum.
Sejarah Organisasi Mahasiswa Indonesia, 1908-1952 |
Kesinambungan organisasi-organisasi mahasiswa
sejak pembentukannya yang pertama menunjukkan peran mahsiswa cukup besar mulai
dari membangunan kesadaran bebangsa, aktif dalam pergerakan politik hingga ikut
berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan. Bagaimana organisasi-organisasi
mahasiswa ini terbentuk menarik untuk diketahui. Tentu saja juga menarik untuk
mengetahui mengapa semua inisiator organisasi mahasiswa (Soetan Casajangan,
Lafran Pane, Ida Nasution dan Januar Hakim Harahap) berasal dari Kota Padang
Sidempuan (Tapanuli Selatan)? Untuk tidak lupa sejarah organisasi mahasiswa
Indonesia, mari kita telusuri sumber-sumber (tertulis) tempo doeloe.
Stambuk Organisasi Mahasiswa Indonesia (1908-1953) |
Indische Vereeniging di Leiden, 1908 (Radjioen Harahap)
dan Sumatranen Bond di Utrecht, 1917 (Sorip Tagor Harahap)
Organisasi Boedi Oetomo pada awal
pendiriannya yang dimotori oleh mahasiswa-mahasiswa STOVIA seperti Soetomo
(junior) adalah organisasi kebangsaan berhaluan nasional. Namun menjelang
kongres pertama Boedi Oetomo yang akan diadakan di Jogjakarta pada tanggal 3-4
Oktober 1908 terkooptasi oleh para orang tua (senior). Celakanya, para senior
yang umumnya golongan bupati dan pangeran membelokkan haluan Boedi Oetomo
menjadi organisasi kebangsaan berhaluan kedaerahan (hanya terbatas di satu
garis budaya: Jawa. Madura, Bali dan Lombok sebagaimana dinyatakan dalam
statuta/ADART). Radjioenn Harahap gelar Soetan Casajangan, mahasiswa di Belanda
gerah terhadap pembelokan organisasi Boedi Otomo tersebut. Organisasi mahasiswa
Boedi Oetomo bergeser menjadi organisasi non mahasiswa (umum).
Organisasi (umum) Boedi Oetomo merujuk pada organisasi
(umum) Medan Perdamaian yang telah didirikan oleh Dja Endar Moeda pada tahun
1900 di Padang. Organisasi Medan Perdamaian saat kongres Boedi Oetomo di
Jogjakarta masih eksis di berbagai kota di Sumatra. Format kedua organisasi
umum ini sama, yang membedakan organisasi umum Medan Perdamaian berhaluan
nasional (tidak hanya di Sumatra). Pada tahun 1902 presiden Medan Perdamaian
Dja Endar Moeda mengumpulkan uang sebanyak f14.00 yang lalu dikirim ke Semarang
untuk membantu peningkatan pendidikan pribumi. Saleh Harahap gelar Dja Endar
Moeda adalah kakak kelas Soetan Casajangan di sekolah guru (kweekschool) Padang
Sidempoean. Dja Endar Moeda lulus tahun 1884, Soetan Casajangan lulus tahun
1887. Setelah menjadi guru lebih dari 10 tahun di Padang Sidempoean, Soetan
Casajangan melanjutkan studi ke Belanda tahun 1905.
Soetan Casajangan mengumpulkan semua
mahasiswa pribumi (baca: Indonesia) di rumahnya di Leiden pada tanggal 25
Oktober 1908. Soetan Casajangan meminta semua mahasiswa memupuk persatuan untuk
tujuan nasional. Hasilnya disepakati membentuk organisasi kebangsaaan yang
berhaluan nasional. Organisasi tersebut diberi nama Indische Vereeniging
(Perhimpoenan Hindia). Lalu peserta rapat secara aklamasi menunjuk Soetan
Casajangan menjadi presiden organiasasi mahasiswa Indische Vereeniging.
Pada tahun 1915 muncul organisasi pemuda Boedi Oetomo
yang kemudian dikenal sebagai Jong Java. Disebutkan dalam Jong Java termasuk
Soekarno. Uniknya, pendirian Jong Java berbeda dengan anjuran Dr. Soetomo yang
setahun sebelumnya (1914) berpidato di Boedi Oetomo cabang Batavia. Dalam rapat
umum di Boedi Oetomo di Batavia mengatakan kepada anggota Boedi Oetomo bahwa
kita tidak bisa hidup sendiri, banyak orang-orang di luar Jawa yang terpelajar
terutama orang-orang Tapanuli dan Minahasa. Kasus kuli Jawa di Deli tidak bisa
kita selesaikan sendiri. Dr. Soetomo sendiri baru pulang dari Deli sebagai
dokter pemerintah selama dua tahun (1912-1914). Pidato Dr. Soetomo ini
mengindikasikan bahwa dirinya masih tetap berhaluan nasional.
Organisasi Boedi Oetomo yang disokong penuh
oleh pemerintah menjadi sukses dalam menjalankan misinya. Boleh jadi itu
menjadi sebab munculnya organisasi pemuda Jong Java. Organisasi pemuda Jong
Java ini umumnya adalah pelajar dan mahasiswa. Satu hal yang muncul pembangunan
terkonsentrasi di Jawa, pembangunan di luar Jawa semakin tertinggal. Para
anggota Indische Vereeniging yang berasal dari Jawa mendukung kehadiran Jong
Java.
Memperhatikan situasi dan kondisi yang baru, Sorip Tagor
Harahap, mahasiswa kedokteran hewan di Utrecht mengundang semua mahasiswa asal
Sumatra pada bulan Januari 1917 di rumahnya. Ini mirip yang dilakukan oleh
Soetan Casajangan pada tahun 1908 di Leiden. Semua mahasiswa Sumatra sepakat
membentuk organisasi kebangsaan yang baru yang diberi nama Sumatra Sepakat.
Dalam rapat secara aklamasi menunjukkan Sorip Tagor sebagai ketua. Untuk wakil
ketua ditunjuk Dahlan Abdullah. Sebagai sekretaris merangkap bendahara adalah
Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia. Untuk pengawas terdiri dari empat
orang salah satu diantaranya Tan Malaka. Mereka yang menjadi pengurus ini kelak
sangat dikenal. Sorip Tagor Harahap kini lebih dikenal sebagai kakek dari Inez
Tagor, Risty Tagor dan Desria Tagor (istri Setya Novanto).
Meski Sumatra Sepakat sudah terbentuk, para
anggotanya tetap mendukung habis eksistensi Indische Vereeniging sebagai
organisasi satu-satunya yang berhaluan nasional. Untuk mengefektifkan tugas
nasional mahasiswa Sumatra di Belanda, para mahasiswa STOVIA asal Sumatra di
Batavia untuk menggantikan kedudukan Sumatra Sepakat dengan membentuk cabang di
Batavia yang disebut Jong Sumatra pada bulan November 1917. Indische
Vereeniging tetap terjaga. Jong Sumatra menjadi head to head dengan Jong Java
(jong-jong lainnya yang muncul kemudian). Ketua Jong Sumatra adalah T Mansoer
dan Wakil adalah Abdul Munir Nasution.
Pada tahun 1917 di Belanda diadakan kongres mahasiswa
Hindia Belanda. Kongres ini terdiri dari kelompok mahasiswa Indo (orang Belanda
kelahiran Hindia), kelompok mahasiswa Tionghoa dan kelaompok mahasiswa pribumi.
Ketua kongres adalah HJ van Mook (kelak dikenal sebagai Letnan Jenderal
NICA/Belanda). Mahasiswa pribumi yang tergabung dalam Indische Vereeniging
bersuara keras di dalam kongres ini. Sorip Tagor dan Dahlan Abdullah dari
Sumatra Sepakat/Indische Vereeniging menamakan diri sebagai Indonesier (orang
Indonesia). Ini untuk kali pertama muncul nama Indonesia di forum umum. Pada
tahun 1918 Dahlan Abdullah menjadi ketua Indische Vereeniging.
Pada kongres pertama Sumatra Sepakat/Jong
Sumatra yang diadakan di Padang pada bulan Mei 1919 namanya lebih dikenal
sebagai Sumatranen Bond. Kongres Sumatranen Bond ini diketuai oleh Amir (salah
satu komisaris Jong Sumatra di Batavia). Sedangkan ketua pembina adalah Dr.
Abdul Hakim Nasution, anggota dewan kota (geementeraad) Padang (teman satu
kelas dengan Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo di STOVIA). Dalam kongres ini, delegasi
dari Tapanoeli dipimpin oleh Parada Harahap (editor surat kabar di Padang
Sidempoean Sinar Merdeka)..Delegasi dari kota Padang dipimpin oleh Mohamad
Hatta.
Selepas kongres Sumatra muncul gagasan baru dari sejumlah
anggota Sumatranen Bond yang berasal dari Tapanoeli untuk membentuk organisasi
sendiri agar lebih efektif untuk urusan di wilayah Tapanoeli yang disebut
Bataksche Bond (Jong Batak). Pembentukan organisasi ini pada bulan September
1919 mendapat sambutan yang baik dari orang-orang Tapanuli yang beragama
Kristen. Organisasi yang dipimpin oleh mahasiswa STOVIA Abdul Rasjid Siregar
ini sebagian dari anggotanya tetap berafiliasi dengan Sumatranen Bond (seperti
halnya di Belanda Sumatra Sepakat tetap berafiliasi dengan Indische
Vereeniging). Soetan Casajangan, Sorip Tagor dan Abdul Rasjid Siregar adalah
sama-sama kelahiran Padang Sidempoean. Pada tahun 1920 para senior mendukung
Bataksch Bond dengan mendirikan bank pribumi pertama di Pematang Siantara yang
diberi nama Bataksche Bank. Pengurus bank ini terdiri dari Dr. Moahamd Hamazah
Harahap (alumni Docter Djawa School/STOVIA; Dr. Alimoesa Harahap dan Soetan
Hasoendoetan).
Pada tahun 1922 Dr. Soetomo yang melanjutkan
studi ke Belanda terpilih menjadi ketua Indische Vereeniging. Dalam kepengurusan
Dr. Soetomo dan kawan-kawan nama Indische Vereeniging diubah menjadi
Indonesiasche Vereeniging. Lalu pada kepengurusan Mohamad Hatta dkk pada tahun
1924 Indische Vereeniging kembali diubah namanya menjadi Perhimpoenan
Indonesia.
Pada tahun 1927 di Batavia, Parada Harahap sekretaris
Sumatranen Bond menginisiasi semua organisasi kebangsaan bersatu dalam satu
payung organisasi. Lalu bulan September di rumah Mr. Husein Djajadiningrat
diadakan rapat yang dihadiri berbagai organisasi kebangsaan, seperti MH Thamrin
(Kaoem Betawi), perwakilan Pasoendan, Perhimpoenan Nasional Indonesia (Ir.
Soekarno) dan Dr. Soetomo (Studieclub Soerabaja/Perjimpoenan Bangsa Indonesia).
Rapat memutuskan dibentuk organisasi supra yang diberi nama Permoefakatan
Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaaan Indonesia (PPPKI). Ketua ditunjuk MH
Thamrin dan sekretaris Parada Harahap. Dalam pembentukan organisasi nasional
ini perwakilan Boedi Oetomo tidak hadir (boleh jadi karena statuta/ADART
menghalangi berpartisipasi). Agenda pertama PPPKI adalah membangun kantor/gedung
dan menyelenggarakan kongres pada bulan September 1928 (yang diintegrasikan
dengan kongres pemuda (junior) pada bulan Oktober 1928. Catatan: Husein
Djajadiningrat adalah dekan Rechthoogeschool yang tempo doeloe menjadi
sekretaris Indische Vereeniging pada era Soetan Casajangan di Belanda. Soetan Casajangan pada tahun 1927 adalah
direktur Normaal School (sekolah guru( di Meester Cornelis (kini Jatinegara).
Sebelum kongres PPPKI, organisasi kebangsaan
Perhimpoenan Nasional Indonesia yang dipimpin oleh Ir. Soekarno diubah menjadi
organisasi politik dengan nama Partai Nasional Indonesia (PNI). Ketua Kongres
PPPKI (senior) ditunjuk Dr. Soetomo. Sedangkan komite/panitia Kongres Pemuda
1928 diangkat Soegondo (PPPI), sebagai sekretaris adalah Mohamad Jamin (Jong
Sumatra/Sumatranen Bond) dan sebagai bendahara adalah Amir Sjarifoeddin Harahap
(Jong Batak/Bataksche Bond). Dalam kongres PPPKI turut diundang Mohamad Hatta
(ketua Perhimpoenan Indonesia di Belanda) tetapi karena berhalangan hadir lalu
mengutus delegasi Ali Sastroamidjojo.
Pada fase ini Parada Harahap sangat sentral. Parada
Harahap adalah pemilik dan editor surat kabar Bintang Timoer yang terbit di
Batavia. Surat kabar bertiras paling tinggi di Batavia ini menjadi corong
PPPKI. Parada Harahap sangat dekat dengan Mohamad Hatta karena hadir dalam dua
kali kongres Sumatranen Bond di Padang pada tahun 1919 dan 1921. Sementara itu,
Parada Harahap juga sangat dekat dengan Ir. Soekarno yang ketika masih memimpin
Studieclub di bandoeng kerap mengirim tulisan ke surat kabar Bintang Timoer.
Oleh karena itulah, sebagai kepala kantor PPPKI di gang Kenari, Parada Harahap
memajang tiga foto, yakni Diponegoro (pemimpin masa lalu) dan pemimpin masa
depan Soekarno dan Mohamad Hatta.
Hasil Kongres PPPKI 1928 yang terpenting
adalah namanya telah diubah menjadi Permoefakatan Partai-Partai Kebangsaan
Indonesia (tetap disingkat PPPKI). Sedangkan hasil Kongres Pemuda terpenting
adalah keputusan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, Indonesia.
Pada tahun 1930 PNI dibubarkan karena Ir. Soekarno
ditangkap pasca Kongres PPPKI 1929 di Solo yang kemudian dibentuk Partai
Indonesia (Partindo) yang diketuai Mr Sartono dan Partai Pendidikan Nasional
Indonesia (Partai PNI) yang diketuai Mohamad Hatta. Sementara itu Perhimpoenan
Bangsa Indonesia di Soerabaja berubah menjadi Partai PBI yang dimotori oleh Dr
Soetomo dan Dr. Radjamin Nasution. Partindo cabang Batavia diketuai oleh Amir
Sjarifioeddin Harahap dan cabang Soerabaja diketuai oleh Mohamad Jamin.
Sementara itu, meski terbilang telat, Boedi
Oetomo secara perlahan-lahan mulai terbuka dan ikut melebur menyuarakan tujuan
nasional. Pada tahun 1935 Boedi Oetomo merger (fusi) dengan Partai PBI yang
kemudian membentuk partai baru yang disebut Partai Indonesia Raja (Parindra).
Ketua Parindra adalah Dr. Soetomo. Dalam Parindra juga terdapat nama-nama
terkenal seperti MH Thamrin dan Dr. Radjamin Nasution.
Dr. Soetomo tidak berumur panjang, meningal pada tahun
1938. Namun demikian Dr. Soetomo telah menyelesaikan tugasnya. Boedi Oetomo yan
dibidaninya tahun 1908 telah kembali ke kittah yang mana Boedi Oetomo pada
tahun 1935 merger dengan Partai PBI yang membentuk Parindra.
Sementara Soekarno dan Mohamad Hatta di
pengasingan, kembali muncul gerakan untuk menyatukan semua partai politik dalam
satu payung yang disebut Gabungan Partai-Partai Indonesia (GAPI) pada tahun
1939. Ini semacam pengulangan ketika tahun 1927 dibentuk PPPKI. Pimpinan utama
GAPI adalah MH Thamrin (Parindra) dan Amir Sjarifoeddin Harahap (Gerindo).
Pada tahun 1942 tamat sudah era kolonial Belanda, Ini
sehubungan dengan pendudukan militer Jepang. Pada fase inilah Ir. Soerkarno dan
Drs Mohamad Hatta dan Soetan Sjahrir dibebaskan. Namun sebalikknya, Amir
Sjarifoeddin Harahap yang ditahan/dipenjarakan karena tidak kolaboratif dengan
pemerintah pendudukan militer Jepang.
HMI di Jogjakarta, Februari 1947 (Laftan Pane) dan PMUI
di Djakarta November 1947 (Ida Nasution)
Tunggu deskripsi lengkanya
Dewan Mahasiswa UI 1952: Wijdjojo Nitiisastro di
Djakarta dan Januar Hakim Harahap di Bandung
Tunggu deskripsi lengkanya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar