Penulis blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Salam kenal Pak, informasinya komplit sekali.
BalasHapusSaya yang tinggal di Depok sejak tahun 1981 (SMP-SMA masih di Jakarta, jadi kaum kommuter)tidak tau banyak ttg informasi ini.
Boleh kami kerjasama dengan bapak? depokgo.com
BalasHapuspunten kang, slam kenal. sudilah kiranya meluangkan waktu bercerita sama kita para generasi muda Depok sambil menyeruput kopi dan menghisap kretek :D
BalasHapussalam. menarik sekali isi blognya. salam kenal.
BalasHapussaya sedang ada penelitian, bagaimana cara mengenal bapak lebih jauh? apa ada kontak email/WA yang disediakan?
terima kasih
judasmyp@gmail.com
Wow, ternyata banyak perspektif sejarah yang diangkat dalam artikel-artikel di blog ini, pembahasannya pun mudah dipahami.. saya sedang melakukan penelitian terkait sejarah gedoran depok, bagaimana bila ingin mengenal bapak lebih dekat? Apa apa email/no.telp yg disediakan?
BalasHapusdepeprayogo@gmail.com
Untuk semua para pembaca, terimakasih telah mengunjungi blog Poestaha Depok. Alamat email dapat dilihat di laman 'Read Me'.
BalasHapusSelamat belajar sejarah
Salam dari Depok
akhir mh
Selain sejarah, apakah bapak suka dengan Cagar Budaya?
BalasHapussebelum nya terima kasih ,, saya sedang menuliskan penelitian tentang sejarah depok ,, sangat membantu dan saya juga warga depok,
BalasHapusLimpah Trimakasih kpda Bapak.
BalasHapusSaya Sangat Terbantu.
Salam hangat dan salam kenal, saya mahasiswa arsitektur universitas Tarumanagara sedang mengulik sejarah kawasan Tapos mengenai diruntuhkannya gedung Belanda di dekat kantor kelurahan Tapos. Kalau boleh tahu, apa nama bangunan Belanda tersebut ya?
BalasHapusDua bangunan yang diidentifikasi pada Peta 1901 tersebut adalah pabrik kopi (koffiepelmolen) dan landhuis (rumah pemilik land). Diantara dua bangunan ini yang bertahan lama adalah landhuis (karena dibangun untuk rumah pemilik land). Jika membandingkan peta masa kini di dekat kelurahan Tapos diduga adalah landhuis. Jadi, apakah yang saudara maksud landhuis tersebut?
HapusDemikian
Terimakasih
sore pak, sya mau tanya tentang danau siais, knpa gak ada sejarah yg menceritakan danau tersebut, padahal peradaban sudah ada disana sebelum belanda ke nusantara,daerah yg dekat disana ada batoe rombi,saya udah temukan daerah ini beserta situs2nya tapi bukti sya belum akurat jadi masih ragu,maklumlah pak biayanya dari kantong pribadi jd masih banyak kendala.
BalasHapustrims
Bung Bobby, Batu Rombi tempo dulu adalah salah satu kampong di dekat danau Siais.Saya sudah lama memperhatikan itu. Terus semangat Bung menelitinya, Mungkin berguna untuk pengetahuan. Kampong ini saya duga lebih tua dari kampong Batu Mondom dan kampong Muara Opu. Teorinya begini: Danau Siais pada jaman lampau danau yang begitu dekat dengan laut. Lalu kaitkan dengan candi di Siaboe. Itu berarti pada era Boedha-Hindoe kuno. Saat itu Batu Mundom adalah salah satu pulau di tengah laut. Akibat proses sedimentasi jangka panjang karena pengaruh sungai Batang Toru, pulau Batu Mundom menyatu dengan daratan (Siais). Besar dugaan penamaan sungai Batang Toru merujuk pada jalan air di daerah rawa atau rodang(sedimentasi)menuju laut dari sungai asli (sungai pegunungan). Teluk Tapanoeli boleh jadi adalah sisa lautan (teluk kuno). Idem dito dengan kampong Singkuang (proses sedimentasi dari aliran sungai Batang Gadis).
HapusSelamat meneliti
ya bisa jadi pak,soalnya beberapa kilometer lewat danau sudah ditemukan rawa dari aek rambe hingga laut,tapi sebagian telah ditanami sawit.
BalasHapusapakah sama pak dari segi linguistik batu rombi dwngan batu rompe. karena sya temukan juga batu bersusun yang telah berserakan disana,dan ada juga kuburan tua berbentuk batu bersusun bertingkat dgn nisan batu lonjong,tapi satu sudah dibongkar oleh yg katanya keturunannya dan dibiarkan seadanya.maka dari itu sya berniat melestarikannya.
sampai saat ini kami masih memburu titik pusat peradaban masa lampau disana sampai kami 4 hari 4malam dihutan belantara.
mohon dukungannya ya pak.
trimsa
Bung Bobby Gunawan, kampong Batu Rombi sudah dicatat ahli geografi Belanda Prof PJ Veth di dalam buku eksiklopedia yang diterbitkan pada tahun 1860. Soal padanannya dengan Batu Rompe mungkin sama. Boleh jadi orang-orang Belanda salah mengeja atau sebaliknya nama rombi bergeser menjadi rompe. Namun nama kampong ini setua mana perlu diperdalam. Oleh saya kurang tahu bagaimana deskripsi kawasan kampong ini, saya tidak bisa memberi pendapat lebih. Yang jelas di kawasan yang lebih luas terdapat nama-nama kuno (berasal dari India) seperti sungai Angkola (kerajaan Cola), gunung Malea (Himalaya) dsb,Candi di Siaboe di daerah aliran sungai Batang Angkola diduga dibangun sekitar abad ke-8 (sejaman dengan Borobudur).
HapusSelamat meneliti sejarah
kl boleh tau judul lengkap bukunya apa pak? dimana sya bisa dapatkan bukunya? dan apakah ada yg versi indonesia?
BalasHapusBukunya berjudul Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indie. Buku ini terbilang buku klasik, setahu saya tidak ada terjemahannya. Dalam buku ini PJ Veth mencatat sebagai berikut: ‘Batoe Rombi, dorp op Sumatra's Westkust, Residentie Tapanoeli’. Meski dicatat singkat, nama kampong ini paling tidak dianggapnya penting. Untuk sekadar catatan: wilayah Batu Rombi dan sekitar pada awal pembentukan pemerintahan tahun 1840, disatukan dalam satu koeria tersendiri yang berpusat di Siondop. Saya menduga wilayah ini (kini kecamatan Siais atau Angkola Selatan) adalah wilayah kuno, sebab wilayah ini dilalui jalur kuno dari Baros ke Padang Lawas (sebelum dibentuk jalur baru pada tahun 1850an melalui Hoetarimbaroe-Padang Sidempoean. Pada tahun 1839 jalur dari teluk Tapanoeli ke Padang Lawas melalui Loemoet, Hoeraba, Sigoemoeroe, Sisoendong, terus ke Siondop lalu Pidjorkoling dan Batangonang di pusat percandian di Padang Lawas. Pada tahun 1850an di wilayah ini masih banyak ditemukan populasi gajah dan badak (besar dugaan juga habitat Orang Oetan yang kini bergeser ke hutan Batangtoru). Dalam konteks inilah diduga PJ Veth menganggap nama-nama Batu Rombi, Siondop, Simaronop sebagai tempat yang penting dalam peta geografi. Yang juga perlu diperhatikan bahwa jika kita percaya bahwa nama sungai Angkola (merujuk pada nama di India) sudah eksis sejak era Boedha-Hindoe (abad ke-8 di Simangambat dan S-aroe-matinggi, hilir sungai Angkola serta abad ke-10 di Binanga, Padang Lawas hulu sungai B-aroe-moen; aroe bahasa India selatan adalah sungai) maka hulu sungai Angkola berada tidak jauh dari danau Siais. Nama-nama Batu Rombi, Siondop dsb berada di daerah aliran sungai Angkola di hulu).
HapusDemikian, semoga membantu
Selamat belajar sejarah (kuno)
sekedar berbagi info.
BalasHapuscoba pak ketik boreya di google maps,kita akan menuju ke india,disana ada daerah brambe,soso,tiga,poseya,burju,durmadaga,medanta dan masih banyak lagi kata2 yg tidak asing ditelinga kita.
kembali ke kata boreya,didaerah aliran batang gadis ada daerah namanya boraya condong dan ada situs disana yg cukup membuat saya tercengang yaitu menurut keterangan sumber yg terpercaya,ada swbuah patung berbentuk org yg bertapa ditengah goa,dan ada teras dibawah tebing lengkap dengan meja dan bangku tapi swmua dari batu yg dipahat.dan semua berada di sepanjang aliran sungai batang gadis. dalam waktu dekat saya mau ekskapasi kesana.tinggal nunggu waktu yg tepat.
trims
juga ada daerah sisai,marga,tempoo,malai,jolo,kutua,ithe,hatibandha,lathikata(lathi=lidah).
BalasHapussemuanya berdekatan dengan daerah boreya.coba cek pak
Mantap, lanjut terus Bung Bobby. Saya sudah cek googlemapnya. Saya juga lihat di situ nama Morang. Tentang nama ini saya teringat nama Morang di Aek Godang (pintu ke Padang Lawas). Pada waktu ekspedisi botani yang dilakukan Charles Miller tahun 1772, rute yang mereka lalui dari pulau Pontjang di teluk Tapanoeli masuk melalui kampong Lomoet terus ke Tapalong, Hoeta Lamboeng dan kemudian ke Hoetaimbaroe terus ke Simasom (lereng gunung Loeboek Raja) terus ke Morang dan berakhir di Batangonang (sekitar percandian Padang Lawas). Saat pulang, Miller tidak ke Loemot tetapi menyusuri sungai Batangtoroe hingga ke laut. Lalu pada ekspedisi militer Belanda tahun 1838 dari teluk Tapanoeli via Siegoemoeor terus ke Pitjarkoling dan terus ke Botangaonang hingga ke Portibi (Pertiwi, bahasa India kuno=dunia) di pusat percandian Padang Lawas. Saya menduga jalur Siondop dan jalur Simasom-Morang adalah jalur kuno menuju pusat percandian di Padang Lawas (jalur lamanya dari Siondop, Pitjarkoling ke Saroematinggi dan candi Simangambat, pertemuan sungai Batangangkola dan sungai Batanggadis di dekat gunung Malea). Nama Boraya di daerah aliran sungai Batanggadis itu pada posisi sekitar apa ya. Saya ingin melihat relasinya dengan posisi muara sungai Batanggadis pada zaman kuno dimana (posisi muara sungai Batangtoroe di zaman kuno berada di Sangkoenoer; tidak jauh dari danau Siais).
HapusTerus semangat Bung
didalam buku mendez pinto "the voyager and adventures ferdinand mendez pinto" yg baru saya download buku aslinya. sangat banyak menceritakan kingdom of aaru dan menyinggung river of panetican. salah satu kalimatnya dihalaman 27 seperti ini:
BalasHapus"so than i imbarqnad my self in teusday morning the fifth of oktober 1539. and used such speed, that on purse sunday following i arrived at the river of panetican, upon which the city of aaru is scituated."
menurut bapak kingdom of aaru ini yang menjadi kerajaan barumun? berarti tepatnya kerajaan apa namanya diindonesia?
river of panetican menurut bapak sungai apa namanya sekarang?
dan juga ada sering juga disinggung kingdom of pan,itu kerajaan mana pak?
mohon penjelasannya ya pak...
Bung Bobby, saya kira bagus membaca buku Mendes Pinto, buku itu cukup banyak memberi deskripsi pada era Portugis, termasuk soal kerajaan Aroe. Buku Mendes Pinto dapat dijadikan sebagai titik awal sejarah Nusantara secara tekstual.
HapusTentang Kerajaan Aroe saya sudah pernah menulisnya di blog ini pada serial artikel Sejarah Kota Medan No 13 dan No 77. Menurut analisis saya, kerajaan Aroe itu berada di daerah aliran sungai Barumun. Seperti disebut Mendes Pinto dia tiba pada hari kelima (in teusday morning the fifth of oktober 1539), itu dimulai dari Malaka (pusat Portugis) dan kemudian menyusuri sungai Barumun hingga ke pedalaman (jarak waktu ini sangat masuk akal), sementara river of panetican saya duga sebagai sungai (batang) Pane yang yang sekarang (cabang dari sungai Barumun), sedangkan the city of Aaru sekitar Portibi yang sekarang (tempat dimana kini ditemukan Candi Bahal). Candi Bahal sendiri diperkirakan dibangun pada tahun 1100 (era Boedha-Hindoe).
Kerajaan Aroe ini adalah kerajaan yang terbentuk di kawasan ini yang namanya (Aroe) merujuk pada nama sungai (sungai Baroemoen). Catatan: orang Portugis menulis nama Aru atau Aroe dengan de Aroe yang disingkat d’Aroe atau Daroe. Sedangkan aroe (dari Baroemoen) adalah sungai dari bahasa India beragama Hindoe (di Ceylon beragama Boedha). Nama tempat Aroematinggi atau Saroematinggi (pada awal era Belanda) merujuk pada sungai (di hilir sungai Angkola di Sayurmatinggi yang sekarang).
Nama Kingdom of Pan mungkin nama yang Kingdom yang lain di Semenanjung Malaya. Di dalam sejarah Indonesia Kingdom of Aroe ini disebut Kerajaan Aru (yang berseberangan dengan Kota Malaka) yang mana diantara dua tempat ini di tengah laut di selat Malakan terdapat nama pulau (Aroe).
Nama Kingdom Pan sendiri diduga berada di pantai timur Semenanjung Malaya (Kelantan yang sekarang).
Bung Bobby di dalam buku itu juga disebut Kerajaan Aroe ini juga tentaranya berasal dari Indragiri, Djambi, Borneo (Brunai) dan Luzon (Manila).
Saya hingga kini juga masih memperluas perhatian tentang keberadaan Kerajaan Aroe ini sepanjang garis perdagangan Borneo, Luzon, Manado hingga Ternate dan Banda (Kepulauan Aroe) dan apa hubungannya dengan Boegis (gelar Aroe). Bagaimana muncul etnik Batak di Filipina (pulau Palawan) diduga terjadi pada era Kerajaan Aroe ini.
Tadi pagi saya menulis serial artikel Sejarah Riau No 19 saya mencoba mengeksplorasi relasi posisi geografis Kerajaan Aroe (di Aroe, Pane atau Portibi) di sungai Baroemoen dengan candi Simangambat dan candi Muara Takus (yang diduga berawal dari danau Siais).
NB:
Di dalam buku Mendes Pinto juga disebut Kerajaan Aroe ini diperkuat oleh orang-orang Moor (beragama Islam). Orang-orang Moor berasal dari Afrika Utara di Laut Mediterania. Pendahulu (predecessor) sebelum kedatangan orang-orang Portugis. Nama Moor sekarang dihubungkan dengan Negara Morocco (Maroko). Orang-orang Moor di era Belanda terdapat dimana-mana sebagai pelaut dan pedagang yang tangguh. Bangsa Moro di Mindanao diduga terkait dengan orang Moor, demikian juga nama-nama pulau Moro di selat Malaka (Riau), pulau Morotai (Ternate) dan Morowali di Sulawesi. Pulau Palawan pada peta-peta Portugis masih dicatat sebagai pulau Paragoa. Nama Goa sendiri berada di pantai barat India (pusat orang-orang Moor jaman dulu). Jika kita mundur lebih awal lagi nama gunung Malea berasal dari Himalaya (dekat candi Simangambat) dan nama Semenanjung Malaya berasal dari nama Himalaya. Nama Malaka ucapan orang Moor atau Portugis tentang Malaya (Malaya, Malay, Malayu, Melayu, Malaysia). Menurut sumber lain Kerajaan Aroe muncul pada tahun 1299 (suksesi koloni Boedha-Hindoe) dan Kerajaan Malaka baru muncul pada tahun 1383. Kerajaan Aroe pernah menyerang Kerajaan Malaka sebelum Portugis menduduki Malaka pada tahun 1511…..lalu Mendes Pinto berkunjung ke Kerajaan Aroe pada tahun 1539.
Demikian
Selamat belajar sejarah kuno
amh
Terima kasih Pak untuk infonya yang sangat luar biasa berharga. Saya selaku lulusan sejarah masih jauh pengetahuan tentang sejarah lokalnya dibanding Bapak. Saat ini saya sedang meneliti sejarah Jatinegara kaum khususnya Pangeran Sanghyang/Sangijang dan puteranya Kiai Aria Surawinata. Sejarahnya berkaitan erat dengan sejarah pergolakan Banten era Sultan Haji dan Sultan Ageng, terutama P. Purbaya. Saya ingin tanya selain Dagh Register dan TBG, sumber apa lagi yang relevan untuk peristiwa di Batavia etc 1660-1750? Kemudian dimana saya bisa mendapatkan teks lengkap ekspedisi Kapt. Winkler? Untuk TBG dan Dagh sendiri apakah tersedia online untuk topik ini?
BalasHapusAssalamu 'alaykum, Pak Akhir. Saya Irfan Lubis, juga tinggal di Depok. Kebetulan saya bekerja di sebuah perusahaan penerbitan. Kalau Pak Akhir mau menerbitkan tulisan-tulisan Bapak ke dalam bentuk buku, insya Allah saya bisa bantu, Pak, mulai dari editing bahasa, desain cover, sampai layout isinya. Untuk promosi dan penjualannya, Bapak bisa pakai sistem pre-order saja. Jika Bapak berminat, silakan kontak saya melalui email: irfan.lubis@gmail.com. Terima kasih banyak, Pak.
BalasHapusTerimakasih Bung Irfan telah berkunjung ke blog Poestaha Depok. Saya akan lanjutkan korespondensi ini ke email saja.
HapusSalam perkenalan pak.Tulisan di blog ini sangat membuka wawasan. Salam hormat
BalasHapusTerima kasih sudah berbagi artikel-artikel sejarahnya, Pak Akhir. Wah sepertinya Bapak punya banyak 'topi', mulai dari insinyur, ekonom, hingga sejarawan, hehe.
BalasHapusSalam kenal dari Bojongsari.
Sama seperti Saudara dan para pembaca lainnya di blog ini, sama-sama peminat sejarah (sama-sama bukan sejarawan). Mari, sama-sama kita dukung para ahli sejarah kita.
HapusSelamat Sore pak... Saya irham... saya sangat tertarik dengan informasi sejarah daerah Pondok Labu... Pak ... bisa kah saya mendapatkan informasi tentang sejarah kepemilikan tanah wilayah pondok labu...
BalasHapusBung Irham, sudah pernah ditulis artikelnya di blog ini. Jika ada pertanyaan lebih lanjut silahkan saja dialamatkan ke alamat email.
HapusLink:
Sejarah Jakarta (57): Sejarah Pasar Jumat di Land Simplicitas (Pondok Laboe dan Lebak Boeloes); Pusat Perdagangan di Westernweg
http://poestahadepok.blogspot.com/2019/06/sejarah-jakarta-57-sejarah-pasar-pondok.html
Luar biasa pak. Saya peminat sejarah namun bukan sejarawan, khususnya tentang seputar daerah saya Sumatra Westkust (S.W.K). Mohon ditulis lebih banyak pak. Tabik!
BalasHapusSaudara 'Ntonk', sebenarnya masih banyak draf artikel serial artikel Sejarah Kota Padang, Sejarah Bukittinggi dan Sejarah Air Bangis yang belum diuplod. Suatu saat nanti saya pasti kembali ke tiga serial itu, mungkin bersamaan dengan serial artikel Bengkulu dan Jambi (yang draf artikelnya sudah cukup banyak). Saya menulis hanya sekadar bersenang-senang, dan artikel yang difinishing hanya sesuai mood dan isunya saja, seperti sekarang moodnya Sejarah Menjadi Indonesia dan isu tentang Malaysia plus menjawab pertanyaan para pembaca dari berbagai daerah.
Hapusselamat pagi pak, saya afan.
BalasHapussaya tertarik dengan foto-foto dan peta yang dimuat pada tulisan
http://poestahadepok.blogspot.com/2017/07/sejarah-bogor-23-kereta-api-batavia.html
jika saya ingin menggunakan foto-foto dan peta tersebut, bagaimana prosedurnya? terimakasih banyak atas informasi dan bantuannya
email saya: afanmu@gmail.com
Bung Afan, foto-foto dan peta-peta boleh saja diambil, sebut sumbernya dari KITLV (karena semua di dalam blog ini diambil dari situ, kecuali foto/peta disebut khusus). Untuk guntingan koran sebut sumbernya dari surat kabar yang saya cantumkan. Jika sumbernya ditambahkan Poestaha Depok tidak ada salahnya.
Hapusterimakasih Pak Akhir MH atas informasi dan sarannya.
HapusSelamat malam pak saya mau tanya. Mungkin bapak punya informasi tentangan bangunan sekolah saya dulu di Depok. Tepatnya SDN Depok 2. Kalo dari cerita orangtua saya, bangunan SD saya dulunya dioperasikan sebagai bangunan rumah sakit di era Hindia Belanda. Ada informasinya kah pak? Terimakasih.
BalasHapus