*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Prasasti
bukanlah prosa atau kumpulan puisi, tetapi ibarat buku pelajaran yang semakin
sering dibaca tidak hanya menjadi hafal tetapi semakin memahami makna isinya.
Lebih-lebih semakin banyak yang kita pelajari dari sumber buku lain. Membaca
ulang buku tentulah hasilnya tidak sia-sia, membaca ulang teks prasasti akan
semakin dipahami relasi satu dengan yang lainnya: tidak hanya di Sumatra juga
di wilayah lainnya. Di Sumatra ditemukan banyak prasasti, tetapi ada enam
prasasti yang berasal dari abad ke-7.
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan CJ
Batenburg 29 November 1920 di Kedukan Bukit, Palembang, Batu kecil ukuran 45×80cm,
aksara Pallawa, bahasa Melayu Kuno. Tahun
682 M. Prasasti Talang Tuo ditemukan LC Westenenk 17 November 1920 di
kaki Bukit Seguntang. Ukuran 50×80cm. Tahun 684 M, aksara Pallawa, bahasa
Melayu Kuno. Sarjana pertama membaca dan alihaksarakan prasasti adalah van
Ronkel dan Bosch. Prasasti Kota Kapur berupa tiang batu bersurat ditemukan
di pesisir barat pulau Bangka, di dusun Kota Kapur. Tahun 686 M. Aksara Pallawa
dan bahasa Melayu Kuno, Prasasti dilaporkan oleh JK van der Meulen Desember
1892, Orang pertama yang menganalisis prasasti ini adalah H Kern menganggap
"Śrīwijaya" adalah nama seorang raja. George Coedes kemudian mengungkapkan
Śrīwijaya nama kerajaan di Sumatra. Prasasti Karang Berahi ditemukan tahun
1904 oleh LM Berkhout di Batang Merangin. Batu andesit ukuran 90x90x10 cm. Bahasa
Melayu Kuno aksara Pallawa, tahun 680-an. Prasasti Telaga Batu 1
ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru. 3 Ilir, Palembang, tahun 1935. Di
sekitar lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2,
yang berisi tentang keberadaan suatu vihara. Pada tahun-tahun sebelumnya
ditemukan lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Batu andesit ukuran tinggi
118x148cm. Di bagian atas terdapat hiasan tujuh ekor kepala ular kobra, dan di
bagian bawah tengah terdapat semacam cerat (pancuran). Aksara Pallawa bahasa
Melayu Kuno. Prasasti Palas Pasemah ditemukan 1956 di Palas Pasemah, Lampung.
Aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. (Wikipedia).
Lantas
bagaimana sejarah di dalam teks prasasti di Sumatra yang berasal dari abad ke-7?
Seperti disebut di atas, teks prasasti-prasasti dibaca ulang. Semakin sering
dibaca semakin dipahami makna isinya. Apalagi semakin banyak teori yang
digunakan. Lalu bagaimana sejarah di dalam teks prasasti di Sumatra yang
berasal dari abad ke-7? Seperti
kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.