Rabu, 18 Juni 2025

Sejarah Mahasiswa Cina (2): O Siau Dhai Kelahiran Jogja, Yatim dan Miskin; Meraih Gelar Doktor Kedokteran 1910 Amsterdam


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa Cina di blog ini Klik Disini

Sejauh yang diketahui, tidak ada yang pernah menulis sejarah O Siau Dhai. Mengapa? Satu yang jelas setelah Oei Jan Lee mendapat gelar doktor dalam bidang hukum di Belanda (1889), orang kedua adalah bernama O Siau Dhai. Sementara itu, Tan Tjoen Liang yang pernah satu kelas dengan Oei Jan Lee di sekolah menengah KW III School Batavia, di Belanda hanya sampai untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Delft dan menjadi insinyur teknik mesin pada tahun 1894.


Di internet jika mencari nama O Siau Dhai, hanya ditemukan dalam dua laman yang berada di Belanda (https://www.openarchieven.nl). Dalam laman pertama dicatat Siau Dhai O lahir tanggal 8 Agustus 1881 di Djokjokarta. Pada laman kedua dicatat O Siau Dhai pada usia 43 tahun menikah dengan Catherine le Roij (usia 33 tahun). Dalam catatan tersebut ayah dari O Siau Dhai bernama Tiang Po O dan ibunya bernama Bang Nio Liem. Sementara itu jika ditanya AI, disebut nama Tiang Po O mirip nama Tan Tiang Po. Nama Tan Tiang Po di laman Wikipedia disevbut sebagai Luitenant der Chinezen (1846–1912)di tanah partikelir (particuliere land) di Batoe-Tjepper. Okelah, Tiang Po O dan Tan Tiang Po adalah satu hal. Hal yang penting invgin diketahui adalah O Siau Dhai. 

Lantas bagaimana sejarah  O Siau Dhai kelahiran Jogjakarta? Seperti disebut di atas, O Siau Dhai setelah lulus dokter melanjutkan studi lagi. Dokter O Siau Dhai meraih gelar doktor di bidang kedokteran tahun 1910 di Amsterdam. Lalu bagaimana sejarah  O Siau Dhai kelahiran Jogjakarta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 17 Juni 2025

Sejarah Mahasiswa Cina (1): Oei Jan Lee, Putra Kapitan Cina Asal Bandaneira; Orang Indonesia Pertama Raih Doktor di Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Mahasiswa Cina di blog ini Klik Disini

Di dalam buku berjudul Orang Indonesia jang Terkemoeka di Djawa yang terbit pada tahun 1944 tentulah tidak ada nama orang Cina. Mengapa? Fakta bahwa pada masa Pemerintah Hindia Belanda orang Cina dengan identitas diri sebagai orang Tionghoa sudah menjadi orang Indonesia. Satu yang jelas orang Cina umumnya menentang kehadiran Jepang di Indonesia (sebab sebelumnya Jepang menginvasi Tiongkok di Mansuria). Okelah. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, dalam serial artikel ini akan mendeskripsikan orang-orang Cina terpeladjar di Indonesia pada masa Pemerintah Hindia Belanda.


Sejarah Bangsa Cina di Kepulauan Banda. Isra Amin Ali. Regering Reglement tahun 1854. Di era itu juga, dalam tata kota Neira, Belanda membagi 3 area besar yaitu : 1. Dutch Colonial Town,  kawasan ini merupakan pemukiman pejabat serta warga berkebangsaan Belanda - terletak di Desa Dwiwarna, 2. Chinesse Quarter, kawasan ini terletak di Desa Nusantara, dan 3. Arabian Quarter, kawasan ini terletak di Desa Kampung Baru. Untuk mempermudah koordinasi dan kontrol atas aktivitas yang dilakukan,  maka pemerintah Kolonial Belanda mengangkat pemimpin di masing-masing komunitas Cina dan Arab yang dikenal dengan istilah "Kapitein ".  Pada awal abad ke-20 di Banda Neira yang menjadi Kapitan Cina marga Kok sedangkan Kapitan Arab adalah Syech Said bin Abdullah Baadilla. Sebagai informasi tambahan bahwa Sarjana Hukum pertama dari Hindia Belanda yang mengenyam pendidikan di Universitas Leiden adalah Oei Jan Lee seorang keturunan Tionghoa yang berasal dari Banda Neira.  Oei Jan Lee lahir di Banda Neira pada tahun 1863, ayahnya seorang Letnan Cina yang membantu Kapitan Cina.  Setamat pendidikan dasar di sekolah Belanda di Banda Neira beliau melanjutkan pendidikan dan pelatihan swasta di Banda untuk persiapan masuk HBS (sekolah menengah Belanda) di Batavia (https://www.kompasiana.com). 

Lantas bagaimana sejarah Oei Jan Lee, putra Kapitan Cina asal Bandaneira? Seperti disebut di atas, Oei Jan Lee adalah orang Indonesia pertama meraih gelar doktor di bidang hukum di Belanda. Bagaimana bisa? Lalu bagaimana sejarah Oei Jan Lee, putra Kapitan Cina asal Bandaneira? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Sekali lagi, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 06 Juni 2025

Sejarah Pendidikan (22): Kekuatan Bahasa Indonesia Mengentaskan Bahasa Belanda di Indonesia, Bagaimana Bisa? Tata Bahasa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini

Ada yang berpendapat bahwa negara satu-satunya di dunia yang tidak mewariskan bahasa kolonial adalah Indonesia. Satu yang jelas di masa lampau, saat orang Belanda memperkenalkan bahasa Belanda di Indonesia (baca: Hindia), orang Belanda juga mengadopsi bahasa Melayu (dwibahasa). Yang lebih jelas lagi, ketika bahasa Melayu bertransformasi menjadi Bahasa Indonesia, bahasa Belanda mulai mendapat saingan yang akhirnya Bahasa Indonesia mampu menyingkirkan bahasa Belanda.


Bahasa Belanda sempat digunakan sebagai bahasa resmi di Nusantara ketika Belanda menjajah sebagian wilayah kepulauan ini. Bahasa Belanda bukan merupakan bahasa resmi lagi sejak Jepang masuk ke Indonesia pada 1942 serta di Papua setelah diserahkan ke Indonesia pada 1963. Bukan berarti setelah kemerdekaan Indonesia, bahasa Belanda tidak lagi digunakan dan dipelajari di Indonesia. Bahasa Belanda merupakan sebuah bahasa sumber atau rujukan yang sangat penting di Indonesia; beberapa dokumen penting pemerintahan tertulis dalam bahasa Belanda. Para penutur fasih bahasa ini sekarang umumnya orang-orang tua saja, terutama di Jawa dan Bali. Mereka pernah mempelajari bahasa ini di sekolah dan masih menggunakannya, terutama pada reuni atau untuk berbincang dengan para wisatawan Belanda. Universitas Indonesia di Jakarta sudah beberapa dasawarsa memiliki "Seksi Belanda". Selain itu, bahasa Belanda juga dapat dipelajari di universitas lain di Indonesia. Biasanya berhubungan dengan kajian hukum, sebab hukum Indonesia sebagian berdasarkan hukum Belanda, dan banyak dokumen dari masa penjajahan masih berlaku. Di samping itu, banyak sumber rujukan sejarah, linguistik, filologi, kedokteran, teologi Kristen, misiologi banyak yang ditulis dalam bahasa Belanda (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kekuatan Bahasa Indonesia dan menghilangnya bahasa Belanda di Indonesia? Seperti disebut di atas, bahasa Belanda pernah eksis di Indonesia semasa Pemerintah Hindia Belanda, namun seiring dengan munculnya Bahasa Indonesia, bahasa Belanda terancam dan kemudian benar-benar terancam lalu punah setelah kemerdekaan Indonesia. Lalu bagaimana sejarah kekuatan Bahasa Indonesia dan menghilangnya bahasa Belanda di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 03 Juni 2025

Sejarah Pendidikan (21): Asrama Mahasiswa Jalan Pegangsaan Timoer No 17 di Batavia; Gedong Repoeblik di Pegangsaan Timoer 56


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini

Hotel DoubleTree di jalan Pegangsaan Timur No.17 Cikini awalnya adalah suatu asrama yang ditujukan untuk mahasiswa. Itu bermula pada tahun 1927. Masih di jalan yang sama dengan nomor 56 adalah Gedong Repoeblik yang menjadi tempat dimana Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dua tempat ini tentu saja masih menarik untuk diperhatikan.


Ramai Faradj Martak, Ini Dokumentasi Rumah Proklamasi Dibeli Pemerintah RI. Rakhmad Hidayatulloh Permana – detikNews. Kamis, 18 Agu 2022. Jakarta: Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengklaim rumah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 yang menjadi lokasi pembacaan proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan hibah dari Faradj Martak. Padahal rumah tersebut dibeli oleh pemerintah Indonesia dari pemilik orang Belanda. Sebagaimana diketahui, narasi berbeda dari sejarah nasional pada umumnya ini dibagikan oleh akun @ly***. Akun tersebut mengunggah video Ustaz Adi Hidayat (UAH) yang berbicara tentang andil pengusaha keturunan Yaman bernama Syekh Faradj Martak dalam detik-detik proklamasi. Faradj Martak diklaim sebagai pemilik rumah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 itu. UAH mengklaim Faradj Martak menghibahkan rumah tersebut demi kepentingan kemerdekaan Indonesia. Namun klaim ini terbantahkan oleh pemberitaan pada tahun-tahun itu. Sejarawan Ravando Lie memiliki koleksi potongan berita koran Sin Po yang mendokumentasikan riwayat kepemilikan rumah ini. Koran tersebut bertitimangsa 5 Juli 1948. "Itu Sin Po 5 Juli 1948 untuk tanggal pastinya," ujar Ravando kepada detikcom (https://news.detik.com/)

Lantas bagaimana sejarah Asrama Mahasiswa di jalan Pegangsaan Timoer No 17 di Batavia? Seperti disebut di atas, asrama masa ke masa tersebut kini telah menjadi Hotel DoubleTree. Tentu saja juga menarik memperhatikan Gedong Repoeblik jalan Pegangsaan Timoer 56. Lalu bagaimana sejarah Asrama Mahasiswa di jalan Pegangsaan Timoer No 17 di Batavia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 31 Mei 2025

Sejarah Menjadi Indonesia (808): Menulis Ulang Sejarah di Indonesia; Judul Mencari Dipilih Data versus Data Membentuk Judul


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Sejarah harus ditulis. Lalu mengapa menulis ulang sejarah? Pertanyaan ini menjadi isu yang masih terus bergulir hingga hari ini. Ini bermula beredarnya Kerangka Konsep Penulisan "Sejarah Indonesia" (Draft masih dalam penyempurnaan) setebal 30 halaman yang dikeluarkan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia bertanggal 16 Januari 2025. Penulis dari Kerangka Konsep Penulisan "Sejarah Indonesia" tersebut adalah Susanto Zuhdi, Singgih Tri Sulistiyono, dan Jajat Burhanudin.  


Historical revisionism: In historiography, historical revisionism is the reinterpretation of a historical account. It usually involves challenging the orthodox (established, accepted or traditional) scholarly views or narratives regarding a historical event, timespan, or phenomenon by introducing contrary evidence or reinterpreting the motivations and decisions of the people involved. Revision of the historical record can reflect new discoveries of fact, evidence, and interpretation as they come to light. The process of historical revision is a common, necessary, and usually uncontroversial process which develops and refines the historical record to make it more complete and accurate. One form of historical revisionism involves a reversal of older moral judgments. Revision in this fashion is a more controversial topic, and can include denial or distortion of the historical record yielding an illegitimate form of historical revisionism known as historical negationism (involving, for example, distrust of genuine documents or records or deliberate manipulation of statistical data to draw predetermined conclusions). This type of historical revisionism can present a re-interpretation of the moral meaning of the historical record. Negationists use the term "revisionism" to portray their efforts as legitimate historical inquiry; this is especially the case when "revisionism" relates to Holocaust denial. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah menulis ulang Sejarah Indonesia? Seperti disebut di atas, menulis ulang sejarah adalah suatu yang lazim. Lalu masalahnya apa? Yang jelas dalam menulis ulang ada dua pendekatan yang bertentangan: judul mencari data atau data membentuk judul. Lalu bagaimana sejarah menulis ulang Sejarah Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 27 Mei 2025

Sejarah Bahasa (314): Asal Usul dari Nama Singkong; Gadung Tanaman Asli Nusantara, Ubi Kayu, Ketela Pohon Berasal dari Brasil?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Singkong merujuk pada ubi kayu atau ketela pohon (Manihot esculenta, sinonim: Manihot utilissima) adalah perdu tropis dan subtropis tahunan dari suku Euphorbiaceae. Tanaman ini juga disebut kaspe, ubi sampa, atau ubi prancis. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) pada sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 dari Brasil.


Gadung (Dioscorea hispida) adalah tumbuhan berumbi suku uwi-uwian (Dioscoreaceae) umumnya dipakai tanaman pangan. Gadung menghasilkan umbi dapat dimakan, tetapi mengandung racun dapat mengakibatkan pusing dan muntah apabila kurang benar pengolahannya. Produk gadung yang paling dikenal adalah dalam bentuk keripik. Umbinya dapat pula dijadikan arak (difermentasi) sehingga di Malaysia dikenal pula sebagai ubi arak, selain taring pelandok. Di Indonesia, tumbuhan ini memiliki nama seperti janèng (Ac.), janiang (Min.), bitule (Gor.), gadu (Bm.), gadung (Bl., Jw., Btw., Sd.), ghâddhung (Mdr.) iwi (Smb.), kapak (Sas.), salapa (Bgs.) dan sikapa (Mak.). Untuk membedakan antar-spesies dalam suku uwi-uwian, dapat dibedakan berdasarkan arah lilitan batang, bentuk batang, ada tidaknya duri pada batang, bentuk dan jumlah helaian daun, ada tidaknya buah di atas. Tumbuhan gadung berbatang merambat dan memanjat, panjang 5–20 m. Arah rambatannya selalu berputar ke kiri (melawan arah jarum jam, jika dilihat dari atas). Gadung merambat pada tumbuhan berbatang keras (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah asal usul nama Singkong? Seperti disebut di atas singkong adalah tanaman perdu tropis yang didatangkan dari Brasil. Sementara itu gadung adalah tanam asli Nusantara. Singkong sendiri adalah ubi kayu atau ketela pohon. Lalu bagaimana sejarah asal usul nama singkong? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 24 Mei 2025

Sejarah Pendidikan (20): Doktor Indonesia Tidak Kalah dari Belanda; Doktor Indonesia Lebih Banyak dari Jumlah Doktor Belanda?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini gelar doktor (Ph.D) di Indonesia adalah suatu yang biasa. Bagaimana dengan di masa lalu? Doktor sendiri dalam hal ini adalah gelar akademik tertinggi yang dapat dicapai oleh siswa/mahasiswa. Narasi masa kini menyebut Hoesein Djajadinigrat sebagai orang Indonesia pertama yang berhasil meraih gelar doktor (https://www.detik.com/). Itu satu hal. Hal lainnya adalah apakah doktor Indonesia tidak kalah dengan doktor Belanda dan apakah doktor Indonesia lebih banyak dari doktor Belanda? Mari kita telusuri.


Inilah Lima Dokter Hebat Indonesia Pada Zaman Penjajahan Belanda oleh Hans Pols. National Geographic Indonesia. 23-05-2019: ‘Selama 90 tahun (1852-1942) Geneeskundig Tijdschrift voor Nederlandsch Indie merupakan jurnal kedokteran terpenting di Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia meluncurkan buku yang ditulis oleh dokter Belanda dan sejarawan medis, salah satunya saya sendiri. Dokter-dokter Indonesia beberapa di antaranya pernah belajar di Belanda. Berikut ini lima dokter pada era kolonial yang paling terkemuka: 1. Sardjito; lulus STOVIA, 1915; menyelesaikan skripsi di Universitas Leiden; pada 1924 meraih gelar Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas John Hopkins Amerika Serikat. 2. Sarwono Prawirohardjo; lulus STOVIA, 1929; delapan tahun kemudian lulus dari Batavia Medical School; 1950 ditetapkan profesor di FKUI; ketua pertama LIPI. 3. Sutomo Tjokronegoro; lulus di Batavia Medical School, 1935. 4. Raden Djenal Asikin Widjaja Koesoema; lulus STOVIA, 1914; meraih gelar kedokteran di Universitas Amsterdam, 1925, sebagai profesor di FKUI, 1950. 5. Achmad Mochtar; lulus STOVIA, 1916, menerima gelar kedokteran dari Universitas Amsterdam, 1927; Direktur Lembaga Eijkman era Jepang di Indonesia’ (https://nationalgeographic.grid.id/)

Lantas bagaimana sejarah doktor Indonesia tidak kalah dengan doktor Belanda? Seperti disebut di atas doktor adalah gelar akademik tertinggi yang dapat dicapai oleh siswa/mahasiswa termasuk orang Indonesia. Ada kesan jumlah doktor Indonesia hanya segelintir ketimbang doktor Belanda. Lalu bagaimana sejarah doktor Indonesia tidak kalah dengan doktor Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 16 Mei 2025

Sejarah Pendidikan (19): Medan Perdamaian di Padang, Budi Utomo di Batavia, Indische Vereeniging di Leiden; Kebangkitan Bangsa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini

Pada artikel sebelum ini tentang Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Artikel ini tentang Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959 ditetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Pendidikan Nasional dan tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Namun pada tahun 1961 tanggal Hari Pendidikan Nasional diubah menjadi 2 Mei. Apakah dalam hal ini tanggal Hari Kebangkitan Nasional juga diubah?


Sejarah Singkat Hari Kebangkitan Nasional. Hari Kebangkitan Nasional diperingati setiap tanggal 20 Mei, sama dengan tanggal lahirnya organisasi Boedi Oetomo. Organisasi ini diprakarsai oleh para mahasiswa School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputra atas dorongan dari Dr. Wahidin Sudirohusodo (1857-1917), seorang dokter alumninya. Boedi Oetomo menginspirasi organisasi lainnya, salah satunya Sarekat Islam yang telah berdiri sejak 1911. Sarekat Islam, yang aktif di luar Jawa dan bahkan di luar Hindia Belanda, kemudian melebarkan sayap dan memperjuangkan kemerdekaan. Di tahun yang sama, Indische Partij didirikan sebagai organisasi pertama yang secara tegas menuntut kemerdekaan Hindia. Abad ke-20 menjadi momen penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pada masa ini, muncul kesadaran akan jati diri sebagai satu bangsa dalam pengertian modern. Rasa kebangsaan ini merupakan hasil persebaran semangat kebangkitan nasional yang dimulai sejak masa pergerakan Boedi Oetomo
(https://www.detik.com/edu).

Lantas bagaimana sejarah kebangkitan bangsa? Seperti disebut di atas, pada masa ini tanggal 20 Mei diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Sebutan nasional dalam hal ini penting karena dibedakan dengan kebangkitan daerah. Tanggal 20 Mei sebagai tanggal pendirian Boedi Oetomo di Batavia di jadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Organisasi Boedi Oetomo sendiri adalah organisasi bersifat kedaerahan, sedangkan organisasi Medan Perdamaian di Padang dan organisasi Perhimpoenan Hindia (Indische Vereeniging) di Leiden bersifat nasional. Lalu bagaimana sejarah kebangkitan bangsa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 15 Mei 2025

Sejarah Pendidikan (18): Hari Pendidikan 25 November Menjadi 2 Mei;Hari Guru Diubah Jadi Hari Kelahiran Ki Hadjar Dewantara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini

Dalam sejarah pendidikan di Indonesia ada satu hari dalam satu tahun diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Berdasarkan Keputusan Presiden tanggal 16 Desember 1959, ditetapkan Hari Pendidikan pada tanggal 25 November. Namun dalam perkembangannya, tanggal tersebut dianulir dan kemudian diganti menjadi tanggal 2 Mei (Keputusan Presiden No. 67 tanggal 17 Februari 1961). Apa yang sedang terjadi? Apakah dalam menentukan hari pendidikan nasional begitu sepele atau sangat rumit?


Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara, pahlawan nasional. Ki Hadjar Dewantara lahir dari keluarga kaya Indonesia selama era kolonialisme Belanda, ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan. Hari nasional ini ditetapkan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa setelah kembali ke Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan setelah kemerdekaan Indonesia. Filosofinya, tut wuri handayani ("di belakang memberi dorongan"), digunakan sebagai semboyan dalam dunia pendidikan Indonesia. Ia wafat pada tanggal 26 April 1959. Untuk menghormati jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional
(Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Hari Pendidikan 25 November menjadi 2 Mei? Seperti disebut di atas, awalnya hari pendidikan nasional selama ini jatuh pada tanggal 25 November yang kemudian ditetapkan pemerintah pada tahun 1959, tetapi kemudian diubah menjadi tanggal 2 Mei pada tahun 1961. Dalam hal ini hari kelahiran organisasi guru menjadi hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara. Lalu bagaimana sejarah Hari Pendidikan 25 November menjadi 2 Mei? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 04 Mei 2025

Sejarah Diaspora (16): INDONESIA dalam Pameran di Berbagai Negara Sejak 1883; Pavilium Indonesia World Expo Osaka 2025


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Diaspora dalam blog ini Klik Disini

Pada saat ini Indonesia berpartisipasi dalam World Expo Osaka 2025, yang sedang berlangsung di Osaka, Jepang dari 13 April hingga 13 Oktober 2025. Pavilium Indonesia mendapat apresiasi cukup tinggi. Bagaimana dengan di masa lampau? Kesertaan Indonesia dalam pameran internasional kali pertama tahun 1883 di Amsterdam dan 1893 di Chicago.


World Expo Osaka 2025, yang juga dikenal sebagai Osaka–Kansai Banpaku, adalah pameran dunia yang sedang berlangsung di Osaka, Jepang dari 13 April hingga 13 Oktober 2025. Tema utama pameran ini adalah "Merancang Masyarakat Masa Depan untuk Kehidupan Kita". Expo ini akan menampilkan inovasi dan teknologi dari berbagai negara, serta menawarkan berbagai pengalaman budaya, seni, dan kuliner. Pameran diselenggarakan di pulau buatan Yumeshima, sekitar 10 kilometer dari pusat kota Osaka. Lebih dari 150 negara dan organisasi internasional berpartisipasi dengan menampilkan paviliun unik mereka. Expo 2025 bertujuan untuk berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan visi Masyarakat 5.0 Jepang. Indonesia berpartisipasi di Expo 2025 dengan paviliun yang menampilkan berbagai aspek budaya, alam, dan teknologi Indonesia. Selain pameran teknologi, Expo juga menawarkan berbagai pengalaman budaya, seni, dan kuliner dari seluruh dunia
(Wikipedia). 

Lantas bagaimana sejarah Indonesia dalam pameran di berbagai negara? Seperti disebut di atas, yang pertama kesertaan Indonesia pada tahun 1883 di Amsterdam. Tentu saja yang terakhir terinformasikan dalam World Expo Osaka, Japan 2025 dimana pavilium Indonesia sangat diapresiasi. Lalu bagaimana sejarah Indonesia dalam pameran di berbagai negara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 02 Mei 2025

Sejarah Pendidikan (17): RA Kartini, Hari Kartini, Bagaimana dengan Hari Kartono? Habis Hari Gelap Terbitlah Hari Terang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini

Dalam rangka peringatan Hari Pendidikan Nasional hari ini, beberapa dekade yang lalu pada tanggal 2 Mei 1964 ditetapkan Raden Ajeng Kartini (RA Kartini) sebagai pahlawan nasional dan tanggal lahirnya ditetapkan sebagai Hari Kartini. RA Kartini lahir 21 April 1879. Pada 1922, oleh Empat Saudara, Door Duisternis Tot Licht disajikan dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang; Boeah Pikiran. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka. Armijn Pane, salah seorang sastrawan pelopor Pujangga Baru, tercatat sebagai salah seorang penerjemah surat-surat Kartini ke dalam Habis Gelap Terbitlah Terang. Ia pun juga disebut-sebut sebagai Empat Saudara.


Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini. Pemerintahan Orde Lama Soekarno mendeklarasikan 21 April sebagai Hari Kartini untuk mengingatkan perempuan bahwa mereka harus berpartisipasi dalam "wacana negara hegemonik pembangunan". Namun, setelah tahun 1965, pemerintahan Orde Baru Soeharto mengubah citra Kartini dari emansipator wanita radikal menjadi citra yang menggambarkannya sebagai istri yang patuh dan putri yang patuh, "sebagai hanya seorang wanita berpakaian kebaya yang bisa memasak. Pada kesempatan itu, yang dikenal sebagai Hari Ibu Kartini, "gadis-gadis muda harus mengenakan jaket ketat yang pas, kemeja batik, gaya rambut yang rumit, dan perhiasan berornamen ke sekolah, yang seharusnya meniru pakaian Kartini tetapi dalam kenyataannya, mengenakan pakaian ciptaan, dan ansambel yang lebih ketat daripada yang pernah dia lakukan" (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah RA Kartini, hari Kartini, bagaimana dengan hari Kartono? Seperti disebut di atas, Raden Ajeng Kartini (RA Kartini) lahir 21 April 1879 yang pada tanggal 2 Mei 1964 ditetapkan hari kelahiran RA Kartini sebagai Hari Kartini. Bagaimana dengan hari Kartono? Habis hari gelap terbitlah hari terang. Lalu bagaimana sejarah RA Kartini, hari Kartini, bagaimana dengan hari Kartono? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 12 April 2025

Sejarah Pendidikan (16):Majalah Pendidikan Insulinde di Padang dan Bintang Hindia di Belanda; Soeloeh Pengadjar di Probolinggo


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini

Dalam rangka Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS) tanggal 2 Mei, seharunyas tidak lupa mengingat sejarah majalah pendidikan Indonesia. Penetapan tanggal tersebut didasarkan pada kelahiran Ki Hadjar Dewantara pendiri sekolah Taman Siswa. Ki Hadjar Dewantara pendiri sekolah Taman Siswa menjadi Menteri Pendidikan Indonesia pertama yang kemudian digantikan oleh Dr Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia. 


Bintang Hindia terbit pertama kali di Batavia pada 1903. Koran ini terbit empat bulan sekali. Menurut buku Seabad Pers Kebangsaan, 1907–2007, Bintang Hindia hadir untuk mengkonstruksi kesadaran pribumi atau untuk kemajuan pribumi. Hal tersebut tak bisa dilepaskan dari semangat para pendirinya yang mendukung politik etis. Abdul Rivai, seorang tokoh zaman pergerakan, tercatat sebagai redaktur. Koran ini terdiri atas 16 halaman. Koran ini merupakan koran pertama dengan perwajahan dan tataletak paling artistik pada zamannya. Hal tersebut karena Bintang Hindia memuat foto-foto yang berhubungan dengan kemajuan dan kemolekan tanha Hindia Belanda. Pemuatan foto hampir mengambil 60 persen halaman. Sepanjang 1922-1923, misalnya. Bintang Hindia memuat foto-foto tentang negeri Belanda seperti salju, teknologi, atau pribumi-pribumi yang sekolah di Belanda (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah majalah pendidikan Insulinde di Padang dan Bintang Hindia di Belanda? Seperti disebut di atas, dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional, seharunyas tidak lupa mengingat sejarah majalah pendidikan Indonesia. Sebab ada dua majalah pendidikan Indonesia yang telah diterbitkan jauh sebelum Ki Hadjar Dewantara mendirikan sekolah Taman Siswa. Lalu bagaimana sejarah majalah pendidikan Insulinde di Padang dan Bintang Hindia di Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 10 Maret 2025

Sejarah Bisnis Indonesia (2): Hubungan Bisnis Belanda, Indonesia, Jepang Tempo Dulu; Cinta Pertama Jadi Benci Tapi Rindu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Diaspora dalam blog ini Klik Disini

Ada satu masa dimana antara Jepang dan Belanda putus hubungan. Itu terjadi saat militer Jepang menduduki Jawa dan Pemerintah Hindia Belanda menyerah pada tanggal 8 Maret 1942. Sejak itu, Belanda tidak pernah menandingi Jepang (bahkan hingga sekarang). Fakta bahwa orang Belanda-lah yang membimbing Jepang sejak awal dalam mencapai ke tingkat kemajuan barat (Eropa).

 

Hubungan antara Jepang dan Belanda bermula pada 1609, ketika hubungan dagang formal pertama diadakan. Orang-orang Jepang yang penasaran melihat orang Belanda di Nagasakiya di Edo. Ketika hubungan dagang formal diadakan pada 1609 melalui permintaan dari orang Inggris William Adams, Belanda mendapatkan hak-hak dagang dan mendirikan pos perdagangan Perusahaan Hindia Belanda di Hirado. Ketika Kebangkitan Shimabara pada 1637 terjadi, dimana Kristen Jepang memulai pemberontakan melawan keshogunan Tokugawa, peristiwa tersebut dihancurkan dengan bantuan Belanda. Akibatnya, seluruh negara-negara Kristen yang menjadi pemberontak pergi, meninggalkan Belanda menjadi satu-satunya mitra dagang dari Barat. Di antara negara-negara yang pergi adalah Portugal yang memiliki pos perdagangan di pelabulan Nagasaki di sebuah pulau artifisial yang bernama Dejima. Rangaku, artinya "Mempelajari Belanda", merupakan pengetahuan yang dikembangkan oleh Jepang dalam kontak-kontaknya dengan pos Belanda di Dejima. Dalam prinsip Rangaku ini, Jepang dapat mempelajari revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi di Belanda dan Eropa pada waktu itu, membantu modernisasi yang radikal dan cepat di Jepang menyusul terbukanya negara tersebut untuk perdagangan asing pada 1854 (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah hubungan bisnis Belanda, Indonesia dan Jepang tempo doeloe? Seperti disebut di atas, hubungan Belanda dan Jepang sejak awal begitu baik dan itu bermula dari Indonesia, tetapi pada akhirnya hubungan keduanya putus pada tahun 1942. Ibarat cinta pertama jadi benci tapi rindu. Lalu bagaimana sejarah hubungan bisnis Belanda, Indonesia dan Jepang tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 08 Maret 2025

Sejarah Diaspora (15): Orang Indonesia di Papua Nugini dan Timor Leste; Portugis dan Jerman, Australia, Jepang, Amerika, Cina


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Diaspora dalam blog ini Klik Disini

Sejarah diaspora Indonesia di Timor Leste sebenarnya sudah cukup jelas karena hanya berbagi daratan dengan (provinsi) Nusa Tenggara Timur. Eks koloni Portugis diintegrasikan sebagai suatu provinsi ke Indonesia tahun 1975 dan kemudian pada tahun 2002 yang disebut provinsi Timor Timur melepaskan diri dengan membentuk negara Timor Leste. Namun entah bagaimana bentuk dan pola warna bendera Timor Leste memiliki kemiripan dengan Papua Nugini. Bendera kedua negara tersebut (empat warna: merah, hitam, kuning, putih) tidak ada yang mirip dengan negara di Asia Tenggara maupun di Pasifik.


Papua Nugini (Papua New Guinea), negara terletak di bagian timur pulau Papua, ibu kota di Port Moresby. Negara memiliki 850 bahasa asli. Sebagian besar penduduk di dalam perkampungan tradisional dan menjalankan sistem pertanian sederhana. Sekitar 300 tahun lalu, ubi jalar masuk Pulau Papua, yang telah diperkenalkan ke Maluku dari Amerika Selatan oleh Portugis. Orang Eropa pertama mengetahui pulau ini penjelajah Spanyol dan Portugis pada abad ke-16 (1526 dan 1527 oleh Jorge de Menezes). Nama negara mendapat nama dari nama pulau dan nama "New Guinea" dari Nueva Guinea oleh penjelajah Spanyol, Yñigo Ortiz de Retez, 1545 mencatat ada kemiripan orang-orang Papua dengan orang di sepanjang pesisir Guinea, Afrika. Wilayah ini dikuasai Jerman tahun 1884 sebagai Nugini Jerman. Setelah Perang Dunia I, Australia diberi mandat untuk memerintah bekas Nugini Jerman oleh Liga Bangsa-Bangsa. Papua Nugini memperoleh kemerdekaannya tanpa peperangan dari Australia pada 16 September 1975 (Wikipedia). 

Lantas bagaimana sejarah orang Indonesia di Timor Leste dan Papua Nugini? Seperti disebut di atas kedua negara tersebut berbagi daratan dengan Indonesia di pulau Papua dan pulau Timor. Sejarah kedua negera tersebut tidak hanya tehubung dengan Indonesia, juga sejak masa lalu sejak era Portugis dimana muncul nagara-negara lainnya seperti Jerman, Australia, Jepang, Amerika Serikat dan Cina. Lalu bagaimana sejarah orang Indonesia di Timor Leste dan Papua Nugini? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 06 Maret 2025

Sejarah Diaspora (14): Orang Indonesia di Asia Tenggara; Filipina Thailand Singapura Vietnam K'boja Laos MalaysiaBurmaBrunai


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Diaspora dalam blog ini Klik Disini

Diaspora Indonesia di wilayah Asia Tenggara (ASEAN), secara budaya sebenarnya kurang tepat. Karena secara historis orang Indonesia sendiri sebagai bagian utama dari Asia Tenggara. Namun diaspora masa kini, yang dihubungkan dengan batas-batas negara, pengertian diaspora Indonesia menjadi mereduksi yang orang Indonesia di Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura, Burma dan Brunai. Untuk negara Timor Leste dan Papua Nugini dideskripsikan dalam artikel tersendiri.


Pada saat ini populasi wilayah Asia Tenggara (ASEAN) diperkirakan mencapai 680 juta jiwa. Indonesia memiliki jumlah penduduk terbanyak sebanyak 277 juta jiwa. Persentasinya sebesar 41 persen dari semua populasi  ASEAN. Populasi terbanyak kedua adalah Filipina sebanyak 117 juta jiwa. Lengkapnya adalah Vietnam sebanyak 98 juta jiwa; Thailand (71 juta jiwa); Myanmar (54 juta); Malaysia (34 juta); Kamboja (16 juta); Laos (7 juta); Singapura (6 juta); Timor-Leste (1.3 juta); Brunei Darussalam (0,45 juta jiwa). Sementara itu, pegguna Bahasa Indonesia di Indonesia sebanyak 269 juta ditambah sebanyak 5,2 juta di Asia Tenggara, 2,4 juta di wilayah Asia-Pasifik dan Afrika, dan 2 juta orang di wilayah Amerika dan Eropa. Asal usul Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu. Pengguna bahasa Melayu di Asia Tenggara sekitar 30 juta yang meliputi Malaysia, Singapura, Brunai dan Indonesia. Di Filipina pengguna bahasa Filipino sekitar 45 juta. Bahasa Filipino adalah standar dari bahasa Tagalog, dimana pengguna bahasa Tagalog sendiri sebanyak 28 Juta. Pengguna bahasa Thai di Thailand sekitar 55 juta dan pengguna bahasa Vietnam di Vietnam sekitar 70 juta. 

Lantas bagaimana sejarah orang Indonesia di Asia Tenggara? Seperti disebut di atas, dulunya wilayah Asia Tenggara dapat dikelompokkan sebagai wilayah tersendiri yang dibedakan dengan dengan Asia Selatan, Asia Timur, Australia dan Pasifik. Wilayah Asia Tenggara terdiri dari Indonesia,  Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos, Malaysia, Singapura, Burma dan Brunai plus Timor Leste dan Papua Nugini. Lalu bagaimana sejarah orang Indonesia di Asia Tenggara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 04 Maret 2025

Sejarah Diaspora (13): Orang Indonesia di Asia Selatan Sejak Kapan? Sri Lanka India Pakistan Banglades Maladewa Bhutan Nepal


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Diaspora dalam blog ini Klik Disini

Asia Selatan adalah wilayah geografis yang dibedakan dengan Asia Barat, Asia Timur dan Asia Tenggara. Indonesia berada di wilayah Asia Tenggara. Pada masa ini, negara-negara di wilayah Asia Selatan terdiri dari Afganistan, Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa, Nepal, Pakistan dan Sri Lanka. Lalu bagaimana dengan sejarah orang Indonesia di negara-negara tersebut? 


Asia Selatan atau Hindia Muka adalah sebuah wilayah geopolitik di bagian selatan benua Asia yang terdiri dari daerah-daerah di anak benua India dan sekitarnya. Wilayah ini dibatasi oleh Asia Barat, Tengah, Timur, dan Tenggara. Seluruh wilayah tersebut, kecuali Tibet dan Teritori Britania, tergabung dalam South Asian Association for Regional Cooperation bersama Afghanistan. Subwilayah Asia Selatan di PBB mencakup wilayah di atas ditambah Afganistan dan Iran. Iran memang kadang dimasukkan ke Asia Selatan, walaupun kadang juga disebut Asia Barat. Selain itu, Myanmar juga kadang digolongkan ke Asia Selatan. Kawasan ini mempunyai sejarah yang panjang. Peradaban kuno berkembang di sekitar Lembah Sungai Indus. Masa sebelum abad ke-18 merupakan masa keemasan kawasan ini, saat Kekaisaran Mughal berkuasa di sebelah utara. Penguasa kolonial Eropa kemudian memimpin penjelajahan kawasan ini, awalnya Portugis dan Belanda, namun kemudian Kekaisaran Britania dan Prancis. Sebagian besar dari Asia Selatan memperoleh kemerdekaan dari Eropa pada akhir 1940-an (Wikipedia). 

Lantas bagaimana sejarah orang Indonesia di Asia Selatan, sejak kapan? Seperti disebut di atas Asia Selatan adalah wilayah yang luas yang meliputi negara-negara Sri Lanka, India, Pakistan, Banglades dan Maladewa, Bhutan, Nepal dan Afganistan. Laluntas bagaimana sejarah orang Indonesia di Asia Selatan, sejak kapan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 03 Maret 2025

Sejarah Diaspora (12): Orang Indonesia Ada di Tiongkok? Hubungan Tradisional Antara Pantai Timur Tiongkok dan Bumi Nusantara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Diaspora dalam blog ini Klik Disini

Tiongkok terhubung dengan Indonesia (baca: nusantara) sejak masa lampau di zaman kuno. Catatan Tiongkok dinasti Han pada abad ke-2 menunjukkan kehadiran utusan (duta besar) dari Laut Selatan (yang diduga dari Sumatra) ke Peking. Nama-nama tempat di Sumatra dicatat dalam kronik Tiongkok pada abad ke-6. Besar dugaan orang nusantara lebih dulu ke Tiongkok daripada orang Tiongkok ke nusantara. Mengapa?


Intip Kampung Indonesia di China, Penghuninya Setia Lestarikan Budaya Nusantara. Annastasya Rizqa. Okezone. Travel. 10 Agustus 2023. Di China ada Kampung Indonesia dan penghuninya orang-orang dari Nusantara. Letaknya di Kota Yingde, Donghua, Provinsi Guangdong. Penduduknya rata-rata masyarakat Indonesia berdarah Tionghoa yang "kembali" ke China setelah peristiwa berdarah yang disponsori Badan Intelijen Amerika Serikat atau CIA pada 1965 di Indonesia. Mereka ke China dan melanjutkan hidup dengan membentuk permukiman bernama Kampung Indonesia. “Jadi mereka orang-orang Indonesia keturunan Tionghoa yang lahir dan besar di Indonesia, kemudian kembali ke sini karena berbagai alasan,” kata Rudy Chen. Dalam video yang diunggah Rudy Chen, mnereka sudah menetap di China sejak tahun 60-an. Mereka semua masih fasih berbahasa Indonesia. Mereka memperkenalkan diri menggunakan bahasa Indonesia ada yang berasal dari Malang, Cianjur hingga Aceh. Wu Jiannan dari Aceh masih hapal menyanyikan lagu Indonesia Raya. Wu Jiannan dari Indonesia ke China menempuh perjalanan jalur laut selama 7 hari 7 malam tahun 1967. Mereka juga masih membudayakan kuliner seperi kue dadar, klepon hingga kue lapis (https://travel.okezone.com). 

Lantas bagaimana sejarah orang Indonesia di Tiongkok? Seperti disebut di atas, dalam hubungan migrasi timbal balik modern, hubungan tradisional antara pantai timur Tiongkok dan Indonesia di Nusantara sudah terbentuk sejak zaman kuno. Lalu bagaimana sejarah orang Indonesia di Tiongkok? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 01 Maret 2025

Sejarah Diaspora (11): Sejak Kapan Orang Indonesia Bermula di Rusia? Hubungan Indonesia dan Rusia Sudah Terbentuk Lama


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Diaspora dalam blog ini Klik Disini

Rusia pada masa ini, pada masa lalu lebih dikenal dengan nama Uni Soviet ibu kota di Moskow. Negara federasi ini dibentuk pada tahun 1922 dengan satu partai (Komunis), tetapi pada tahun 1919 pecah yang kemudian terbentuk menjadi 15 negara, termasuk Ukraina. Rusia pada masa ini identic dengan nama kota Moskow. Dalam konteks ini seberapa penting hubungan orang Indonesia dengan orang Rusia di masa lalu hingga di masa ini? 


Seberapa banyak orang Indonesia di Rusia pada masa ini umumnya adalah mahasiswa. Jumlah mahasiswa Indonesia yang kuliah di Rusia meningkat dari waktu ke waktu. Dengan perkiraan kasar berdasarkan berbagai sumberu, pada tahun 2013 sebanyak 165 mahasiswa. Pada tahun 2019 diperkirakan sebanyak 650 mahasiswa; tahun 2022 sebanyak 700 mahasiswa. Peningkatan ini terjadi karena adanya beasiswa yang diberikan pemerintah Rusia. Sebagian besar jumlah mahasiswa Indonesia tersebut kuliah di Moskow. Selain mahasiswa juga ada yang bekerja di Rusia. Berdasarkan catatan KPU tahun 2019 jumlah pemilih terdafatr di Rusia sekitar 1022 orang. Sementara itu jumlah orang Rusia yang bermukim di Indonesia ada sekitar 1000 orang pada tahun 2024. Ke dalam daftar ini tidak termasuk turis yang Rusia yang jumlahnya terus meningkat dari waktu ke waktu terutama dengan destinasi Bali.

Lantas bagaimana sejarah orang Indonesia di Rusia, sejak kapan bermula? Seperti disebut di atas, Rusia masa kini, dulunya dikenal Uni Soviet. Hubungan antara Indonesia dan Rusia sudah terbentuk lama, sejak 1950. Bagaimana dengan hubungan antar orangnya? Lalu bagaimana sejarah orang Indonesia di Rusia, sejak kapan bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 27 Februari 2025

Sejarah Diaspora (10): Orang Indonesia di Arab dan Haji ke Mekkah; Agama Islam dan Sejak Kapan Orang Arab Ada di Indonesia?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Diaspora dalam blog ini Klik Disini

Banyak migran Indonesia di Arab Saudi. Berdasarkan Sensus 2022 terdapat sebanyak 175.00 orang Indonesia di Arab Saudi. Akan tetapi jumlah ini relative kecil jika dibandingkan dengan negara-negara lain, bahkan Filipina sekalipun. Jumlahnya bahkan jauh lebih sedikit jika dibandingkan hanya dengan kuato haji Indonesia tahun 2025 yang mencapai sebanyak 221.000 orang. Bagaimana di masa lalu? 


Empat Tokoh Besar di Arab Saudi Keturunan Indonesia. Kamis, 27 Februari 2020. Sejak abad ke-19 warga Indonesia telah di Tanah Haram Makkah dan Madinah, untuk haji, juga menuntut ilmu, kemudian mereka ada menetap. Mantan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Gatot Abdullah Mansyur meyakini 50% penduduk Makkah merupakan keturunan Indonesia. Umumnya tinggal di daerah Hijaz (Makkah, Jeddah dan Madinah), kini mulai tersebar ke Riyadh dan Sharqiya. Warga Saudi keturunan Nusantara di antaranya; Syaikh Abdul Hamid Al Khatib, putra Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Duta Besar untuk Pakistan di era Raja Abdul Aziz, memimpin delegasi pada upacara serah terima kekuasaan Belanda ke Indonesia. Syaikh Anis Thahir, Guru Besar ilmu hadits di Universitas Islam Madinah, sekaligus pengajar di Masjid Nabawi. Muhammad Shalih Bantan, Menteri Haji dan Umrah sejak tahun 2016 sampai sekarang, ahli IT yang dipercaya Raja Salman untuk menerapkan e-Hajj. Syaikh Muhammad Yasin Al Fadani, memiliki kunyah, Abu Al-Faid, dengan nama lengkap Muhammad Yassin Bin Muhammad Issa Al-Fadani, lahir di Makkah, salah satu ulama terkemuka di Arab Saudi (https://saudinesia.id). 

Lantas bagaimana sejarah orang Indonesia di Arab dan perjalanan haji ke Mekkah? Seperti disebut di atas, orang Indonesia banyak di Arab Saudi hingga masa ini, bahkan sejak di masa lampau. Sementara itu, sejak awal agama Islam sudah ada orang Arab di Indonesia. Lalu bagaimana sejarah orang Indonesia di Arab dan perjalanan haji ke Mekkah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.