*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini
Dalam artikel sebelumnya sudah dideskripsikan
sekolah kedokteran (Docter Djawa Svhool menjadi SYOVIA) dan sekolah guru (kweekschool
menjadi normaalschool). Sekolah pamong Hoofden School kemudian menjadi OSVIA.
Dalam hal ini setiap era memiliki kebutuhannya sendiri-sendiri. Sekolah pamong
dibutuhkan untuk kebutuhan pemerintahan di tingkat local (penduduk pribumi).
Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) sekolah pendidikan bagi calon pegawai-pegawai bumiputra pada zaman Hindia Belanda. Setelah lulus mereka dipekerjakan dalam pemerintahan kolonial sebagai pamong praja atau ambtenaar. Sekolah ini dimasukkan ke dalam sekolah ketrampilan tingkat menengah dan mempelajari soal-soal administrasi pemerintahan. Masa belajarnya lima tahun, tetapi tahun 1908 masa belajar ditambah menjadi tujuh tahun. Pada umumnya murid yang diterima di sekolah ini berusia 12-16 tahun. Sebelumnya sekolah OSVIA bernama Hoofden School (sekolah para pemimpin). Sekarang OSVIA bertransformasi menjadi Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Hoofden School tersebar di Jawa, masing-masing di Bandung, Magelang, dan Probolinggo. Pada tahun 1900 sekolah-sekolah ini mengalami reorganisasi dan diberi nama baru, yakni OSVIA. Di Bandung, sebagian muridnya berasal dari Jawa Barat. OSVIA Magelang, menarik siswa-siswa dari Jawa Tengah, sedangkan OSVIA Probolinggo bagi siswa dari Jawa Timur. Pada tahun 1900, OSVIA membuka cabang lagi di tiga tempat, yakni Serang, Madiun, dan Blitar. Pembukaan cabang itu dilakukan karena jumlah murid OSVIA meningkat dua kali lipat. Pada tahun 1918, OSVIA membuka cabang di Bukittinggi, Sumatra Barat. Pada tahun 1927 seluruh cabang OSVIA digabungkan menjadi MOSVIA (Middelbare Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren) berpusat di Magelang. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah sekolah pamong OSVIA di Bandoeng, Magelang, Probolinggo, Serang, Madioen, Blitar dan Fort de Kock? Seperti disebut di atas sekolajh pamong ini disebut Hoofden School yang kemudian menjadi sekolah OSVIA. Untuk meningkatkan kualitas sekolah pamong kemudian dibentuk sekolah MOSVIA. Lalu bagaimana sejarah sekolah pamong OSVIA di Bandoeng, Magelang, Probolinggo, Serang, Madioen, Blitar dan Fort de Kock? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.