*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini
Indonesia
pada zaman kuno dapat dikatakan sebagai Hindia Timur. Dalam hal ini yang
dimaksud duta besar Indonesia sejak zaman kuno. Hindia Timur yang dimaksud saat
itu meliputi pulau-pulau besar Indonesia pada masa ini seperti Sumatra dan Jawa
dan kerajaan-kerajaan yang terdapat di berbagai pulau tersebut. Duta besar
adalah seorang utusan raja ke negara lain atau untuk membicarakan yang terkait menjalin
hubungan politik dengan raja dari kerajaan lain tersebut. Fungsi dan peran duta
besar jarang dibicarakan dalam sejarah,

Umumnya dalam sejarah zaman kuno hanya
terbatas pada posisi dan peran raja dari suatu kerajaan. Raja dan kerajaan
umumnya hanya membicarakan penyerangan terhadap kerajaan lain atau tentang
suatu kerajaan yang diserang lalu rajanya terbunuh, Dalam hal ini fungsi dan
peran duta besar, sebagai utusan raja kepada raja lainnya dan juga tentang
fungsi dan peran duta besar yang ditempatkan di wilayah kerajaan lain. Satu
indikasi awal tentang keberadaan duta besar ini berasal dari abad ke-2.
Disebutkan dalam catatan Tiongkok dinasti Shu bahwa
Kerajaan
(dari) Yeh-tiao telah mengirim duta besar ke Tiongkok karena telah membuka pos
perdagangan di Annam (Yeh-shin). Kerajaan Yeh-tiao ini beberapa ahli sejarah
tempo doeloe menyebut sebagai Sumatra. Kerajaan Yeh-tiao ini diduga kuat sebagai
Kerajaan Aru di pertemuan sungai Batang Pane dan sungai Barumun di pantai timur
Sumatra. Sebagaimana diketahui Ptolomeus pada abad ke-2 telah mencatat tiga
tempat di wilayah Hiindia Timur yakni Sumatra bagian utara sebagai sentra
produksi kamper, Katigara (suatu pelabuhan yang kini berada di Kamboja) dan
pulau Taprobana (pulau Kalimantan).
Lantas
bagaimana sejarah duta besar di zaman kuno? Seperti disebut di atas bahwa topik
ini nyaris tidak diperhatikan dalam sejarah. Sebagaimana pada masa ini fungsi
dan peran duta besar begitu penting bagi suatu negara, narasi sejarah duta
besar Indonesia di zaman kuno ada baiknya diperhatikan lebih lanjut. Kita mulai
sari abad ke-2. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan.
Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita
telusuri sumber-sumber tempo doeloe..