*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Ada
satu masa dimana dua Republiken sama-sama menjabat Presiden pada waktu yang
sama. Ir Soekarno sebagai Presiden RIS (Republik Indonesia Serikat) dan Mr
Assaat sebagai Presiden RI (Republik Indonesia). Mengapa bisa begitu? Nah, itu
dia. Orang Indonesia saat itu terbelah. Sebagian pemimpin Indonesia ingin
memisahkan diri dari Republik Indonesia dan sebagian yang lain tetap ingin
Republik Indonesia eksis. Semua itu karena pecah belah Belanda (NICA). Ir
Soekarno dan Drs Mohammad Hatta sempat sebentar ‘mengingkari’ Republik
Indonesia dan menjadi Presiden dan Perdana Menteri RIS. Para Republiken sejati
di Jogjakarta ogah bersentuhan dengan negara-negara federal (yang memisahkan
diri dari Republik Indonesia). Oleh karena itu untu tetap mempertahankan
eksistensi Republik Indonesia di Djogjakarta dibentuk pemerintahan Republik
Indonesia (RI) yang mana Presidennya Mr Assaat, Perdana Menteri Dr Abdoel Halim
dan Wakil Perdana Menteri Abdoek Hakim Harahap.
Assaat gelar Datuk Mudo (18 September 1904 – 16 Juni
1976) adalah seorang politisi dan pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia merupakan
pemangku jabatan Presiden Republik Indonesia pada masa pemerintahan Republik
Indonesia di Yogyakarta. Ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri
Indonesia. Assaat menikah dengan Roesiah dari Sungai Puar, Agam di Rumah Gadang
Kapalo Koto pada tanggal 12 Juni 1949. Dari pernikahan ini ia dikaruniai dua
orang putra dan seorang putri. Assaat belajar di Perguruan Adabiah dan MULO
Padang, selanjutnya ke School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) Batavia.
Merasa tidak cocok menjadi seorang dokter, dia keluar dari STOVIA dan
melanjutkan ke AMS. Dari AMS, Assaat melanjutkan studinya ke Rechtshoogeschool
te Batavia. Ketika menjadi mahasiswa RHS, ia memulai berkecimpung dalam gerakan
kebangsaan, dalam gerakan pemuda dan politik. Saat itu Assaat giat dalam
organisasi pemuda Jong Sumatranen Bond. Karier politiknya makin menanjak dan
berhasil menjadi Pengurus Besar Perhimpunan Pemuda Indonesia. Ketika
Perhimpunan Pemuda Indonesia mempersatukan diri dalam Indonesia Muda ia
terpilih menjadi Bendahara Komisaris Besar Indonesia Muda. Dalam kedudukannya
sebagai mahasiswa, Assaat masuk ke kancah politik dengan bergabung dalam Partai
Indonesia atau Partindo. Dalam partai ini, Assaat bergabung dengan pemimpin
Partindo, seperti Adenan Kapau Gani, Adam Malik, Amir Sjarifoeddin dan beberapa
tokoh lainnya. Kegiatannya di bidang politik pergerakan kebangsaan, diketahui
oleh pengajar dan pihak Belanda, sehingga dia tidak diluluskan walau sudah
beberapa kali mengikuti ujian akhir. Tersinggung atas perlakuan itu, dia
memutuskan meninggalkan Indonesia pergi ke Belanda. Di Belanda dia memperoleh
gelar Meester in de Rechten (Mr) atau Sarjana Hukum. Sebagai seorang
non-kooperator terhadap penjajah Belanda, sekembalinya ke tanah air pada tahun
1939 Assaat berpraktik sebagai advokat hingga masuknya Jepang pada tahun 1942.
Di zaman Jepang ia diangkat sebagai Camat Gambir, kemudian Wedana Mangga Besar
di Jakarta (Wikipedia).
Lantas
bagaimana sejarah Pahlawan Indonesia Mr Assaat? Seperti disebut di atas, Mr
Assaat adalah Presiden Republik Indonesia pada saat yang sama Ir Soekarno
sebagai Presiden RIS (Republik Indonesia). Memang ada bedanya? Nah, itu dia.
Lalu bagaimana sejarah Mr Assaat? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.