*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Ada dua jurnalis di Batavia tempo
doeloe pada era yang sama memiliki karakter berbeda tetapi sama-sama menonjol.
Dua jurnalis itu adalah Parada Harahap (pemimpin redaksi Bintang Hindia) dan
Kwee Kek Beng (pemimpiu redaksi Sin Po). Keduanya pernah sama-sama bagian dari
pengurus sarikat jurnalis di Batavia ang dibentuk tahun 1925 (sarikat jurnalis
pertama di Batavia). Dalam jajaran pengurus ini terdapat dua jurnalis muda
yakni Mohamad Tabrani dan WR Soepratman. Mohamad Tabrani adalah ketua Kongres
Pemuda yang pertama (1926). WR Soepratman adalah pencipta lagu Indonesia Raya.
Kwee Kek Beng (16 November 1900 – 31 Mei 1975) adalah
seorang sastrawan Betawi peranakan Tionghoa, wartawan kenamaan dan pemimpin
redaksi surat kabar Sin Po (Jakarta). Ia Memiliki empat orang anak, diantaranya
Kwee Hin Goan, yang menjadi Dokter di Belanda & Kwee Hin Houw yang juga
menjadi seorang jurnalis di Jerman. Tulisannya banyak mengagungkan nasionalisme
negeri leluhurnya, meskipun demikian karya-karyanya yang sangat khas
menggambarkan kehidupan masyarakat Betawi. Namun ia bisa akrab bergaul dengan
tokoh pergerakan nasional Indonesia. Ia sering kali menggunakan nama samaran
"Anak Jakarta atau Garem". Kek Beng memulai menulis sejak ia duduk di
HCK (Hollandsch Chineesche Kweekschool) di Jatinegara, Jakarta. Setelah lulus
(1922) ia menjadi guru di Bogor, tetapi tak lama kemudian ia pindah ke surat
kabar Bin Seng dan kemudian ke Sin Po. Kariernya terus menanjak sampai ia
menjadi pemimpin redaksi surat kabar Sin Po yang pernah menolak tulisannya. Kek
Beng termasuk wartawan peranakan yang dicari-cari Jepang. Namun ia berhasil
menyembunyikan diri di Bandung. Kek Beng akrab bergaul dengan para pemimpin
pergerakan nasional terutama dari kalangan Partai Nasional Indonesia. Sebagai
pemimpin redaksi ia mengizinkan pamuatan lagu Indonesia Raya dalam surat kabar
Sin Po, karena pengarang lagu tersebut (WR Supratman) juga wartawan di surat
kabar itu. Kek Beng menulis cukup banyak buku, tetapi yang terkenal adalah Doea
Poeloe Lima Taon Sebagai Wartawan (1948) tentang pengalamannya sebagai
wartawan. Ia sangat terpelajar, menulis 6 judul buku. Ia wartawan yang sangat
terkenal.
Lantas
bagaimana sejarah Kwee Kek
Beng?
Seperti disebut di atas, Kwee Kek
Beng adalah salah satu tokoh jurnalis di Batavia pada generasi awal. Lalu
bagaimana sejarah Kwee Kek Beng? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.