*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini
Klik Disini
Hanya
ada dua orang Indonesia (baca: pribumi) di Hindia Belanda yang disebut pionir,
yakni: Raden Saleh dan Willem Iskander. Raden Saleh tahun 1836 berangkat ke
Eropa untuk belajar seni lukis modern, sedangkan Willem Iskander tahun 1857
berangkat ke Eropa untuk belajar ilmu keguruan.
|
Batu nisan di makam Raden Saleh di Bondongan (foto 1935) |
Raden Saleh
kelahiran Semarang, Afdeeling Semarang berangkat studi pada tahun 1836 pada
usia 12 tahun. Willem Iskander kelahiran Pidoli, Afdeeling Mandailing berangkat
studi pada tahun 1857 pada usia 17 tahun. Perjalanan dari Batavia ke Amsterdam,
Belanda saat itu ditempuh cukup lama melalui Afrika Selatan (terusan Suez baru
dibuka tahun 1869).Kelak, Raden Saleh bermukim di Buitenzorg dan beristri wanita Buitenzorg. Raden Saleh meninggal di Buitenzorg. Sedangkan Willem Iskander kembali ke Belanda tahun 1874 dengan membawa tiga guru muda: Adi Sasmita dari Preanger, Raden Soerono dari Soerakarta dan Barnas Loebis dari Tapanoeli. Namun dalam masa studi keempat guru tersebut meninggal satu per satu di Belanda. Willem Iskander adalah kakek buyut dari Drh. Anwar Nasoetion di Buitenzorg (ayah dari Prof. Andi Hakim Nasoetion)
Raden
Saleh setelah selesai pelajarannya tentang seni lukis di Belanda, tahun 1839
Raden Saleh dilaporkan ikut pameran lukisan di Jerman, Austria, Paris dan
Italia (Overijsselsche courant, 29-10-1839), Sejak itu, nama Raden Saleh semakin
popular di kalangan para pelukis. Raden Saleh setelah memiliki kesempatan melukis
di Eropa dan berpameran di Eropa kembali ke tanah air tahun 1851. Raden Saleh
di Menteng membangun villa mewah yang sekaligus galerinya.