*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Sejarah
awal pendidikan Angkola Mandailing kurang populer pada masa ini, Namun
sesungguhnya pada era Hindia Belanda sejarah pendidikan di Afdeeling Angkola
Mandailing (kini Tapanuli Bagian Selatan) cukup dikenal luas. Hal ini karena
Angkola Mandailing dan siswa-siswanya terbilang pionir dalam bidang pendidikan.
Bagaimana hal itu bisa terjadi? Pilar pendidikan adalah kesamaan hak diantara
penduduk, penggunaan aksara, angka literasi dan semangat belajar. Pada era
Hindia Belanda siswa-siswa Angkola Mandailing menuntut ilmu meski jauh hingga
ke Jawa dan Belanda.
Penggunaan aksara Latin sejatinya terbilang baru di
wilayah Tapanoeli, khususnya afdeeling Angkola Mandailing. Gagasan introduksi
pendidikan modern (aksara Latin) baru muncul tahun 1846 (lihat TJ Willer,
1846). Meski demikian, pendidikan tradisi dengan menggunakan aksara lokal
(aksara Batak) sudah berlangsung sejak zaman kuno (era Hindoe-Boedha).
Prasasti-prasasti pada candi-candi di Padang Lawas sudah menggunakan aksara
Batak. Demikian juga makam-makan tua yang ditemukan menggunakan aksara yang
sama. Willem Marsden, seorang penulis asal Inggris yang pernah berkunjung ke district
Angkola di dalam bukunya (1781) menyebut sesuatu yang fantastik bahwa lebih
dari separuh orang Angkola bisa membaca dan menulis, sesuatu angka literasi
yang tidak ditemukan pada semua bangsa-bangsa di Eropa. Lebih lanjut Marsden
mencatat bahwa mereka menulis di kulit pohon yang halus dengan menggunakan
tinta yang terbuat dari campuran arang dan getah damar. Pada permulaan cabang
Pemerintah Hindia Belanda di afdeeling Angkola Mandailing sudah terdapat enam
sekolah dasar pemerintah (tahun 1862). Jumlah ini terus bertambah, pada tahun
1870 dari 15 buah sekolah dasar pemerintah di Residentie Tapanoeli, sebanyak 12
buah berada di Afdeeling Angkola Mandailing. Lulusan sekolah Angkola Mandailing
pada tahun 1854 sudah ada dua orang yang studi ke Batavia (siswa luar Jawa
pertama studi ke Jawa) dan pada tahun 1857 satu orang studi ke Belanda (pribumi
pertama studi ke Belanda).
Lantas
bagaimana sejarah putra-putri Angkola Mandailing antar generasi studi ke Belanda?
Seperti disebut di atas, tradisi pendidikan modern di Angkola Mandailing adalah
kelanjutan dari tradisi pendidikan sejak jaman lampau. Lalu bagaimana sejarah putra-putri
Angkola Mandailing antar generasi studi ke Belanda? Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.