*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Bali dalam blog ini Klik Disini
Apakah ada sejarah kopi Bali? Ada, Bagaimana
sejarah kopi Bali? Nah, itu dia. Sejauh ini kurang terinformasikan. Okelah,
sambil seruput kopi, kita coba cari tahu. Seperti kata ahli sejarah tempo
doeloe, semuanya ada permulaan. Sebab menurut mereka, sejarah seharusnya
memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis,
setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri maupun para penikmat kopi akan
menciptakan imajinasinya sendiri.

Sejarah
kopi di Indonesia bermula sejak era VOC. Itu dimulai di Kedaoeng, daerah aliran
sungai Tangerang (sungai Tjisadane). Tokoh yang mengintroduksi kopi tersebut--yang
bibitnya dari Malabar, India—adalah Abraham van Riebeeck tahun 1710 (Gubernur
Jenderal VOC 1709-1713). Dari Kedaoeng kemudian menyebar ke Depok (land miliki
Cornelis Chastelein) lalu ke land Bodjong Gede (land milik Abraham van Riebeeck).
Sukses pertama kemudian dilanjutkan ke hulu sungai Tjisadane, sungai Tjiliwong,
Tjilengsie dan Tjitaroem hingga ke Priangan (Preanger(. Pada tahun 1724 bupati
Semarang sudah mulai menaman kopi di daerah aliran sungai Semarang (hingga
meluas ke Banaran).
Pada masa kini kopi Kintaani Bali cukup populer.
Lantas bagaianana itu bermula?
Yang jelas orang Bali sejak era VOC menolak menanam kopi. Apa sebab? Itu adalah
satu hal. Hal lain adalah bagaimana kopi Kintamani bisa muncul dan tetap
bertahan hingga ini hari? Pertanyaan-pertanyaan tersebut memicu kita untuk mencari
jawab. Seruput kopi tidak akan enak jika sejarah kopi yang diminum tidak
mengetahui sejarahnya. Sambil seruput kopi kita lacak ke sumbernya.