*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Kekeliruan dalam (penulisan) narasi
sejarah yang cenderung terjadi akibat penggunaan Hukum Bilangan Besar dapat
diperbaiki sekalipun yang digunakan adalah Hukum Bilangan Kecil. Boedi Oetomo
awalnya didirikan dengan Hukum Bilangan Besar tetap terkooptasi oleh sejumlah
pihak yang sebenarnya minoritas. Namun kemudian yang terjadi adalah reaksi.
Saat inilah para pengurus Boedi Oetomo menyadari telah terjadi kekeliruan.
Boedi Oetomo harus melakukan reformasi besar-besaran (kembali ke kittah Mei
1908)..
Pengertian mengenai "tanah air
Indonesia" makin lama makin bisa diterima dan masuk ke dalam pemahaman
orang Jawa. Maka muncullah Indische Partij yang sudah lama dipersiapkan oleh
Douwes Dekker melalui aksi persnya. Perkumpulan ini bersifat politik dan
terbuka bagi semua orang Indonesia tanpa terkecuali. Baginya "tanah air
api udara" (Indonesia) adalah di atas segala-galanya. Kemarahan itu
mendorong Soewardi Suryaningrat (yang kemudian bernama Ki Hadjar Dewantara)
untuk menulis sebuah artikel "Als ik Nederlander was" (Seandainya
Saya Seorang Belanda), yang dimaksudkan sebagai suatu sindiran yang sangat
pedas terhadap pihak Belanda. Tulisan itu pula yang menjebloskan dirinya
bersama dua teman dan pembelanya, yaitu Douwes Dekker dan Tjipto
Mangoenkoesoemo ke penjara oleh Pemerintah Hindia Belanda (lihat: Boemi
Poetera). Namun, sejak itu Budi Utomo tampil sebagai motor politik dalam pergerakan
orang-orang pribumi. Berbeda dengan Goenawan Mangoenkoesoemo yang lebih
mengutamakan kebudayaan dari pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa Budi Utomo
adalah manifestasi dari perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi, orang-orang
Indonesia mengajarkan kepada bangsanya bahwa "nasionalisme Indonesia"
tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat politik. Dengan demikian,
nasionalisme terdapat pada orang Sumatra, Jawa, Sulawesi maupun Maluku.
Pendapat tersebut bertentangan dengan beberapa pendapat yang mengatakan bahwa
Budi Utomo hanya mengenal nasionalisme Jawa, sebagai alat untuk mempersatukan
orang Jawa dengan menolak suku bangsa lain. Demikian pula Sarekat Islam juga
tidak mengenal pengertian nasionalisme, tetapi hanya mempersyaratkan agama
Islam agar seseorang bisa menjadi anggota. (Wikipedia)
Lantas
bagaimana sejarah Boedi Oetomo berbalik arah dan mengikuti barisan perjuangan
nasional? Seperti disebut di atas, Boedi Oetomo yang awalnya bervisi nasional
tetapi kemudian bergeser menjadi bervisi kedaerah, namun dalam perkembanganya
mulai muncul suara-suara para reformis. Lalu bagaimana sejarah Boedi Oetomo
berbalik arah dan mengikuti barisan perjuangan nasional? Seperti kata ahli sejarah
tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.