Tampilkan postingan dengan label Sejarah CIREBON. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah CIREBON. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 November 2023

Sejarah Catur (16): Pertandingan Catur Era Pendudukan Jepang - Perang Kemerdekaan; Perang Papan Catur, Republiken vs Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Ada satu fase sejarah catur di Indonesia yang tidak penting-penting amar, tetapi tetap menarik untuk diperhatikan. Itulah masa dimana terjadi perang di Indonesia. Sejak Maret 1942 era Pemerintah Hindia Belanda berakhir, dan sebagai penggantinya adalah era Pemerintah Militer Jepang di Indnesia. Namun demikian, dalam dunia catur di Indonesia tetap relevan sebagaimana ditulis penyair Inggris TS Eliot: ‘Masa depan datang dari masa lalu’. Catur tetaplah catur sebagaimana motto dalam catur: ‘gens una sumus’ (kita semua bersaudara).


Shogi atau catur Jepang adalah permainan papan Jepang dimainkan oleh dua orang di atas papan 9 lajur dan 9 baris yang berwarna sama. Permainan berasal dari India kuno caturangga (rumpun catur, janggi dari Korea, dan xiangqi dari Cina). Di seluruh dunia, shogi diperkirakan menempati urutan ketiga dalam jumlah pemain setelah catur dan xiangqi. Ciri khas shogi yang sangat membedakannya dari catur adalah sistem memainkan kembali buah lawan yang sudah ditangkap. Walaupun sudah naik pangkat, buah yang tertangkap akan kembali ke pangkat semula. Buah lawan yang tertangkap menjadi milik pihak yang menangkap, dan dapat diletakkan kembali di atas papan untuk memerangi mantan majikan. Kedua belah sisi yang bermain dibedakan menjadi sente dan gote. Pemain sente memainkan langkah pertama, diikuti pemain gote, begitu seterusnya secara bergantian hingga selesai. Sama halnya dengan catur, permainan ini dimenangkan setelah mematikan raja lawan (mencapai posisi skak mat). Dalam istilah shogi, skak mat disebut tsumi. Dengan adanya sistem memainkan kembali buah lawan yang sudah ditangkap, kemungkinan remis adalah sangat kecil. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah pertandingan catur selama pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan Indonesia? Seperti disebut dunia catur di Indonesia selama pendudukan Jepang kurang terinformasikan. Bagaimana dengan pada masa perang kemerdekaan Indonesia? Republiken vs pecatur Belanda. Lalu bagaimana sejarah pertandingan catur selama pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Selasa, 16 Mei 2023

Sejarah Cirebon (46): Saleh Afiff, Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia; Lulusan Universitas California di Berkeley


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Nama Saleh Afiff sudah barang tentu tidak dikenal hanya di Cirebon, karena lahir di Cirebon. Saleh Afiff juga dikenal di seluruh Indonesia. Saleh Afiff tidak hanya alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan lulusan Universitas California di Berkeley, juga dosen di almamaternya dan pejabat tinggi setingkat Menteri. Namun mengapa sejarah Saleh Afiff hanya sebatas satu paragraph saja. Padahal Prof Saleh Afiff adalah ayah dari teman saya.   

 

Prof. Dr. Saleh Afiff lahir tanggal 31 Oktober 1930 di Cirebon adalah Menteri Koordinator Bidang Ekonomi dan Keuangan Indonesia pada Kabinet Pembangunan VI (1993–1998). Afiff merupakan lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1959. Dia juga pernah menjadi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara merangkap wakil ketua Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional pada Kabinet Pembangunan V. Lulusan Universitas California di Berkeley, Amerika Serikat pada tahun 1967 ini terakhir menjadi pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Prof. Dr. Saleh Afiff meninggal28 Juni 2005 di Jakarta, meninggalkan seorang istri, tiga orang anak dan cucu. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Saleh Afiff, alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia? Seperti disebut di atas, narasi sejarahnya hanya secuil, satu paragraph, padahal Saleh Afiff dari Cirebon bukan orang biasa. Saleh Afiff adalah lulusan Universitas California di Berkeley. Universitas hebat di Amerika Serikat. Lalu bagaimana sejarah Saleh Afiff, alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia? Lalu bagaimana sejarah Saleh Afiff, alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (45):NKRI negara kesatuan Republik Indonesia; Status wilayah Cirebon semasa Republik Indonesia Serikat (RIS)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Apa keutamaan NKRI? Yang jelas RIS hanya seumur jagung. Pasca prioklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 bentuk negara yang ditetapkan adalah Republik Indonesia. Namun kehadiran Belanda kembali mengacaukan RI sehingga pada akhirnya menjadi RIS yang mulai berlakuk 27 Desember 1949. Namun satu persatu negara-negara federal membubarkan diri dan bergabung kembali ke RI. Presiden Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS dibubarkan. Lalu pada tanggal 17 diproklamasikan NKRI (kembali ke bentuk semula: RI).    

 

Kirab Merah Putih di Cirebon jadi upaya jaga keutuhan NKRI. Senin, 6 Maret 2023. Cirebon (ANTARA). Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis mengatakan Kirab Merah Putih yang diikuti semua unsur, seperti masyarakat, pemerintah, TNI, Polri, dan lainnya di daerah tersebut, menjadi salah satu upaya bersama dalam menjaga keutuhan NKRI. "Kami sebagai generasi penerus memohon bimbingannya (kepada Wantimpres RI Habib Luthfi bin Yahya, red.), agar mampu menjaga nasionalisme dan NKRI," kata dia di Cirebon, Jawa Barat, Senin. Menurut dia, keterlibatan seluruh kalangan dalam kirab tersebut menjadi bukti nyata bahwa kehormatan dan jati diri bangsa serta negara Indonesia tidak pernah goyah. Ia mengemukakan bahwa dalam memahami Indonesia, terlebih dahulu perlu mengetahui sejarah perjalanan dan kesepakatan bangsa, khususnya konsensus dasar serta nilai-nilai kebangsaan. "Sebab, kita semua harus termotivasi untuk tidak menjadikan nasionalisme hanya sebagai slogan, tetapi dilaksanakan dalam tindakan sehari-hari," ujarnya. Azis juga menyampaikan terima kasih atas kehadiran, bimbingan, dan nasihat dari Anggota Wantimpres RI Habib Luthfi bin Yahya yang menjadi panutan serta teladan semua kalangan. Menurutnya, Habib Luthfi bin Yahya juga tidak pernah bosan menyerukan "NKRI Harga Mati" pada banyak kesempatan, sehingga harus menjadi teladan semua kalangan untuk terus menjaga NKRI. (https://jabar.antaranews.com/) 

Lantas bagaimana sejarah NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia? Seperti disebut di atas, ada dimana satu masa RI diubah menjadi RIS. Lalu tidak lama kemudian kembali ke bentuk awal RI (NKRI). Dalam hal ini bagaimana status wilayah Cirebon semasa Republik Indonesia Serikat (RIS)? Lalu bagaimana sejarah NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 15 Mei 2023

Sejarah Cirebon (44): Perang Kemerdekaan Indonesia di Wilayah Cirebon; Linggarjati dan Perundingan Belanda dengan Republik


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Banyak kejadian sejarah di Cirebon semasa Indonesia berusaha mempertahankan kemerdekaan. Perlawanan fisik (darat dan laut) dan pertarungan politik (perundingan). Semua itu menjadi satu paket sejarah di Cirebon selama periode perang kemerdekaan Indonesia. Salah satu tempat khusus di wilayah residentie Cheribon semasa adalah Linggarjati di Afdeeling Koeningan (kini desa Linggarjari, kecamatan Cilimus, kabupaten Kuningan).


Mengenang Pertempuran di Laut Cirebon: KRI Gajah Mada 408 berhadapan dengan kapal perang Belanda. Republika.co.id. 28 Oct 2018. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945, Belanda masih berusaha kembali di bumi pertiwi. Karenanya, pertempuran antara pejuang Indonesia dengan tentara Belanda, terus terjadi di berbagai wilayah di pelosok nusantara. Salah satu pertempuran yang terjadi pascakemerdekaan Indonesia itu salah satunya berlangsung di perairan Cirebon, 5 Januari 1947 silam. Dengan peralatan seadanya, KRI Gajah Mada 408 dinahkodai Letnan Laut Samadikun, melawan kapal perang Belanda. Pertempuran yang tak berimbang itu akhirnya membuat KRI Gajah Mada 408 tenggelam ke dasar laut Cirebon. Bersamaan dengan tenggelamnya kapal, Letnan Laut Samadikun pun gugur. Pengingat aksi heroik dan pengorbanan para pahlawan telah gugur, akan dibangun Monumen KRI Gajah Mada 408. Pemancangan tiang pertama monumen itu dilakukan di perairan Cirebon, Jumat (26/10). Monumen itu dibangun di lokasi ditemukannya bangkai kapal KRI Gajah Mada 408, beberapa waktu yang lalu. (https://news.republika.co.id/)

Lantas bagaimana perang kemerdekaan Indonesia di wilayah Cirebon? Seperti disebut di atas, salah satu upaya untuk mempertahan kemerdekaan Indonesia di Cirebon adalah pertempuran laut. Bagaimana dengan Linggarjati dan perundingan Belanda/NICA dan Republik Indonesia. Lalu bagaimana perang kemerdekaan Indonesia di wilayah Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (43): Proklamasi di Jakarta Kemerdekaan Indonesia; Apakah di Cirebon Sudah Merdeka Sebelum Indonesia Merdeka


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Hikayat Proklamasi 15 Agustus di Cirebon. Dua hari menjelang 17 Agustus 1945, proklamasi kemerdekaan sudah dibacakan oleh dokter Sudarsono di Cirebon. Menurut salah satu versi sejarah, naskah proklamasi itu dibuat Sutan Sjahrir(https://news.detik.com/). Banyak orang tidak tahu. Narasi baru ini muncul akhir-akhir ini. Mengapa tidak dari dulu diceritakan di sekolah? Oklah. Narasi sejarah selalu ada versi-versinya. Penyelidikan sejarah selalu hasilnya mengejutkan. Ada yang bersifat sensational, propagandis dan tentu saja ada yang tetap benar-benar bersifat akademik (empiris).


Sejarah Hari Ini, 15 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Pertama Indonesia di Cirebon. Jakarta, Kompas.TV - Tak banyak orang tahu bahwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia sebenarnya telah dibacakan pada 15 Agustus 1945 di Cirebon. Pembacaan Proklamasi Indonesia di Alun-Alun Kejaksan, Kota Cirebon. Sutan Sjahrir dan dr Soedarsono sosok sentral proklamasi “pertama” Indonesia itu. Dr Soedarsono dokter di Rumah Sakit Oranje (kini RSD Gunung Jati), kader Pendidikan Nasional Indonesia (PNI) yang membacakan. Budayawan Cirebon Nurdin M Noor mengatakan, ia membacakan proklamasi kemerdekaan RI atas permintaan Sutan Sjahrir. "Cirebon dipilih karena saat itu dianggap masih aman dari penjajah Jepang,". Keputusan Sjahrir saat itu muncul berkat mendengar siaran radio BBC 14 Agustus 1945. Siaran itu melaporkan kekalahan Jepang pada Sekutu. Proklamasi setelah tanggal 15 Agustus menandakan Indonesia berkompromi dengan Jepang. Soekarno menolak usul Sjahrir. Sjahrir memaki-maki Soekarno dengan sebutan “pengecut”. Ia pun menggerakkan masyarakat Jakarta untuk menyambut proklamasi. Stasiun Gambir menjadi arena demonstrasi menyambut proklamasi. Sekelompok mahasiswa pengikut Sjahrir bahkan berusaha membajak stasiun radio Hoosoo Kyoku di Gambir untuk melakukan proklamasi. Upaya itu digagalkan Kempeitai. Sjahrir berinisiatif mengirim telegram pada Soedarsono permintaan memproklamasikan kemerdekaan di Cirebon. Ada dua versi teks proklamasi Cirebon ini. Versi pertama menyebut teks proklamasi buatan Sjahrir dan aktivis lainnya, seperti Soekarni, Chaerul Saleh, Eri Sudewo, Johan Nur dan Abu Bakar Lubis. Des Alwi, anak angkat Sjahrir mengaku hanya ingat sebaris teks proklamasi Cirebon itu. “Kami bangsa Indonesia dengan ini memproklamirkan kemedekaan Indonesia karena kami tak mau dijajah oleh siapa pun juga,” Versi kedua menyebut teks proklamasi Cirebon buatan Maroeto Nitimihardjo. Namun, hingga kini tidak ada yang tahu secara pasti isi teks proklamasi yang dibacakan dokter Soedarsono itu. Naskah proklamasi Cirebon itu sudah tak diketahui keberadaannya. (https://www.kompas.tv/) 

Lantas bagaimana sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia di Djakarta? Seperti disebut di atas banyak orang tidak tahu ada proklamasi kemerdekaan versi di Cirebon. Bagaimana dengan yang di Djakarta? Apakah Cirebon benar-benar sudah merdeka sebelum Indonesia merdeka? Lalu bagaimana sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia di Djakarta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 14 Mei 2023

Sejarah Cirebon (42): Pendudukan Jepang di Cirebon (1942-1945); Berawal di Pelabuhan Eretan dan Berakhir di Pelabuhan Cirebon


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah pendudukan militer Jepang di wilayah (residentie) Cheribon? Tentu saja sudah ada yang menulisnya. Sejarah pendudukan Jepang di Cirebon adalah salah bagian dari sejarah Cirebon sendiri. Oleh karena itu tidak ada salahnya sejarah pendudukan Jepang di wilayah Cirebon ditulis Kembali.


Cirebon Syu pada masa pendudukan Jepang (1942-1945). (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1979). Skiripsi. Abstrak. Daerah Cirebon termasuk wilayah Jawa Barat yang bila ditinjau dari segi ekonomi, sosial dan politik baik semenjak masa perjuangan mengusir penjajah maupun sampai Indonesia merdeka, daerah ini memiliki kondisi serta geo_grafis yang strategis. Daerah ini memakai dua bahasa daerah yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa Cirebon. Di masa pemerintahan kolonial Belanda juga di masa pendudukan Jepang, wilayah Cirebon dibagi ke dalam empat kabupaten yaitu: Kabupaten Cirebon - Kanupaten Indramayu - Kabupaten Majalengka - Kabupaten Kuningan. Kabupaten Cirebon dan Indramayu merupakan wilayah yang terletak di bagian pesisir. Ketika tentara Jepang mengadakan penyerbuan ke pulau Jawa, mereka mempergunakan desa pantai Eretan di Indramayu sebagai salah satu tempat mendarat. Kejadian ini di luar dugaan pemerintahan Hindia Belanda. Di dalam kota Cirebon terdapat tiga wilayah kesultanan. Daerah kesultanan itu dapat disebutkan sebagai (https://lib.ui.ac.id/) 

Lantas bagaimana sejarah pendudukan Jepang di wilayah Cirebon 1942-1945? Seperti disebut di atas sejarah pendudukan Jepang di Cirebon sudah banyak yang menulis. Namun sejarah tetaplah sejarah dan sejarah dapat ditulis ulang. Semua itu berawal di Pelabuhan Eretan dan berakhir di pelabuhan Cirebon. Lalu bagaimana sejarah pendudukan Jepang di wilayah Cirebon 1942-1945? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (41): Detik Akhir Belanda Cirebon; Sejarah Memang Ada Permulaan, Tapi Tidak Hanya Itu, Bahkan Babak Akhir


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Dalam penulisan narasi sejarah Indonesia di berbagai daerah sering lebih mengedepan sejarah permulaan saja. Memang sejarah harus ada permulaan, tapi tidak hanya sekadar itu. Ada beberapa masa, tetap rentang masa terpanjang pada era Pemerintah Hindia Belanda.Semuanya telah dinarasikan dalam serial artikel ini dalam berbagai topik. Namun sering sejarah akhir terlupakan. Pada artikel dideskripsikan detik berakhir Belanda di Cirebon


Setelah berstatus Gemeente Cirebon pada tahun 1906, kota ini baru dipimpin oleh seorang Burgermeester (wali kota) pada tahun 1920 dengan wali kota pertamanya adalah J.H. Johan. Kemudian dilanjutkan oleh R.A. Scotman pada tahun 1925. Pada tahun 1926 Gemeente Cirebon ditingkatkan statusnya oleh pemerintah Hindia Belanda menjadi stadgemeente, dengan otonomi yang lebih luas untuk mengatur pengembangan kotanya. Selanjutnya pada tahun 1928 dipilih J.M. van Oostrom Soede sebagai wali kota berikutnya. Pada masa pendudukan tentara Jepang ditunjuk Asikin Nataatmaja sebagai Shitjo (wali kota) yang memerintah antara tahun 1942-1943. Kemudian dilanjutkan oleh Muhiran Suria sampai tahun 1949, sebelum digantikan oleh Prinata Kusuma. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, pemerintah Kota Cirebon berusaha mengubah citra Kota Cirebon yang telah terbentuk pada masa kolonial Belanda dengan simbol dan identitas kota yang baru, berbeda dari sebelumnya. di mana kota ini dikenal dengan semboyannya per aspera ad astra (dari duri onak dan lumpur menuju bintang), kemudian diganti dengan motto yang digunakan saat ini. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah detik berakhir Belanda di Cirebon? Seperti disebut di atas narasi sejarah tidak hanya permulaan, bahkan ada masa demi masa yang sambung menyambung. Sejarah memang ada permulaan, tapi tidak hanya itu, bahkan ada babak akhir yang sering terabaikan. Lalu bagaimana sejarah detik berakhir Belanda di Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 13 Mei 2023

Sejarah Cirebon (40): Sepakbola di Cirebon, Kapan Bermula? Federasi Sepakbola Era Pemerintah Hindia Belanda (NIVU - PSSI)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Sejak kapan sepak bola bermula di Cirebon? Lalu kapan pertandingan sepak bola dimulai di Cirebon. Berdasarkan narasi sejarah sepak bola di Cirebon masa ini, diinformasikan Persatuan Sepakbola Indonesia Tjirebon (PSIT) didirikan tahun 1934. Pada era Pemerintah Hindia Belanda penyelenggaraan kompetisi antar kota di Jawa telah dimulai sejak 1914. Lalu bagaimana di kota Cheribon.


Persatuan Sepakbola Indonesia Tjirebon atau PSIT Cirebon adalah klub sepakbola yang berbasis di Kota Cirebon. Berdiri sekitar rahun 1934, merupakan tim perserikatan tertua di wilayah Cirebon sekitarnya dan salah satu yang tertua di pulau Jawa. Sudah menyelenggarakan liga klub lokal pada 1934/35 dengan juaranya Zwarte Ster yang sebelumnya merupakan klub lokal anggota dan salah satu pendiri Voetbalbond Cheribon en Omstreken (VCO) anggota federasi NIVU. Bergabung menjadi anggota PSSI pada tahun 1936, dan menjadi juara ketiga putaran final kompetisi PSSI tahun 1937 dibawah Persib Bandung dan Persis Solo, walau meraih poin sama dengan Persis namun PSIT kalah dalam selisih gol, pada pertandingan pertama tanggal 2 Mei di Bandung PSIT menang 2-1 atas PSIM, sedangkan pertandingan selanjutnya di Solo pada 15 dan 16 Mei meraih hasil imbang 1-1 dengan Persis dan kalah 1-2 melawan Persib. Salah satu tim penyumbang pemain Timnas PSSI pertama, saat menghadapi klub China selatan Nan Hwa di Semarang pada 7 Agustus 1937 (Skor 2-2), sebanyak 3 orang pemain yaitu Ahoed (bek kanan), Soetrisno (gelandang) dan Moestaram (penyerang). Moestaram mencatatkan sejarah sebagai pencetak gol pertama untuk Timnas PSSI di pertandingan internasional pertamanya (2 gol). Juara Kompetisi PSSI Komda Jabar Tahun 1977 mengalahkan Persib Bandung dan mewakili Jabar di putaran nasional. Namun PSIT saat ini berlaga di Liga 3 Jawa Barat. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah sepak bola di Cirebon, kapan bermula? Seperti disebut di atas, narasi sejarah sepak bola di Cirebon pada masa ini hanya diinformasikan sejak 1934. Bagaimana sebelumnya. Pada masa Pemwerintah Hindia Belanda ada dua federasi sepakbola (NIVU dan PSSI). Lalu bagaimana sejarah sepak bola di Cirebon, kapan bermula? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (39): Lapangan Terbang di Cirebon, Salah Satu Petama di Indonesia; Jalur Utama Batavia Kalijati Bandung 1917


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah lapangan terbang di Cirebon? Jangan ragu, lapangan terbang di Cirebon termasuk yang pertama di Indonesia, sejak introduksi pesawat terbang di Hindia Belanda. Namun dimana itu bermula? Penerbangan di Hindia berawal di lingkungan militer/angkatan laut lalu diikuti para penerbangan sipil yang menjadi awal mula penerbangan sipil di Indonesia. Pada masa ini lapangan terbang di Cirebon berada di Penggung


Bandar Udara Penggung atau Bandar Udara Cakrabuwana (Inggris: Penggung Airport) adalah sebuah bandar udara yang terletak di Jl. Jend. Sudirman Penggung, Harjamukti, Cirebon, Jawa Barat. Bandar udara ini sebelumnya bernama Bandar Udara Astanajapura karena terletak di Astanajapura. Bandara Astanajapura kemudian berubah menjadi Bandara Penggung karena bandara ini terletak di daerah Penggung Kota Cirebon. Bandar udara dengan panjang landasan pacu 1.300 M x 30 M dan luas 38.100 M2 (3,81 Ha) dengan permukaan aspal merupakan bandar udara kelas III yang dikelola oleh UPT Ditjen Hubud. Jenis pesawat terbesar yang bisa beroperasi di bandar udara ini adalah ATR 72 dan C-212. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah lapangan terbang di Cirebon, salah satu petama di Indonesia? Seperti disebut di atas, lapangan terbang dan kegiatan penerbangan di Hindia Belanda berkaitan. Dalam hubungan kebeadaan lapangan terbang di Cirebon termasuk yang pertama. jalur utama penerbangan sipil bermula antara Batavia dan Bandoeng via Kalidjati 1917. Lalu bagaimana sejarah lapangan terbang di Cirebon, salah satu petama di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 12 Mei 2023

Sejarah Cirebon (38): Gunung Meletus dan Gempa Bumi di Wilayah Cirebon; Apakah Pernah Terjadi Tsunami Pantai Utara Jawa?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Apakah pernah ada bencana gempa dan gunung meletus di wilayah Cirebon? Ada di masa lalu tetapi banyak yang tidak terinformasikan. Meski demikian, penduduk tetap harus waspada. Lalu, apakah pantai utara Jawa pernah mengalami tsunami? Ada tempo doeloe ada juga yang terinformasikan. Bagaimana di wilayah pantai Cirebon sendiri? Semoga jangan terjadi, tetapi dalam hal ini ada baiknya tetap perlu mempelajarinya apakah benar-benar tidak pernah terjadi.


Potensi Bencana Alam Kota Cirebon. Secara geografis, dengan ketinggian di atas permukaan laut ± 5 m bagian barat daya terdapat Gunung Ciremai yang termasuk gunung api strato Kuarter aktif, tipe A (gunung api magmatik yang masih aktif sejak tahun 1600). Potensi bencana alam yang mengancam termasuk yang berpotensi di Kota Cirebon yaitu gempa bumi dan letusan gunung api. Bencana gempa bumi pernah terjadi beberapa kali di Kota Cirebon salah satunya yaitu pada bulan Agustus 2019. BMKG mencatat, gempa berada di darat, 8 kilometer tenggara Kota Cirebon, dengan kedalaman 10 kilometer. Gempa ini dirasakan dengan skala MMI I dan II. Potensi bahaya bencana letusan Gunung Api Ciremai yang lokasinya berada di Kabupaten Kuningan juga perlu menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat Kota Cirebon, melihat lokasi Kota Cirebon yang dekat dengan Kabupaten Kuningan. Dengan mengetahui potensi bencana alam yang ada, diharapkan masyarakat Kota Cirebon dapat mengetahui apa yang harus dipersiapkan. Dengan begitu Kota Cirebon akan mampu menciptakan budaya sadar bencana melalui ketangguhan masyarakat yang siap untuk selamat. (https://bpbd.cirebonkota.go.id/) 

Lantas bagaimana sejarah gunung meletus dan gempa bumi di wilayah Cirebon? Seperti disebut di atas, meski jarang terjadi tetap harus waspada. Dalam hubungan ini apakah pernah terjadi tsunami di pantai utara Jawa? Bagaimana dengan di Cirebon? Lalu bagaimana sejarah gunung meletus dan gempa bumi di wilayah Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (37): Daerah Aliran Sungai, Adakah Candi di Cirebon? Kerajaan Pesisir versus Kerajaan di Wilayah Pedalaman


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada candi di wilayah (kabupaten/kota) Cirebon? Sejauh ini belum ada tanda-tanda penemuan. Namun bukan berarti tidak ada sama sekali situs kuno. Lalu bagaimana di wilayah yang lebih luas? Mulai ditemukan satu per satu. Di wilayah Kuningan ditemukan situs megalitik; di wilayah Ciamis ditemukan candi Ronggeng. Di wilayah Karawang ditemukan candi Batujaya. Dalam daftar ini juga ternmasuk tanda-tanda candi yang ditemukan di Majalengka (Parung Jaya), Sumedang (Bojong Menje, Rancaekek Sumedang/Bandung) dan di Indramayu (desa Sambimaya, kecamatan Juntinyuat).


Candi Ronggeng adalah satu-satunya candi yang terletak di Kabupaten Ciamis. Candi Ronggeng menjadi bagian dari sejarah daerah Kawali, Ciungwanara dan Kawasen. Letak Candi Ronggeng berada di bagian timur dari sungai Ci Seel. Penemuan Candi Ronggeng berawal dari penelitian dan penggalian arkeologi yang diadakan di daerah aliran sungai Ci Seel pada tahun 1976. Kegiatan ini berawal dari laporan penemuan yoni, nandi, dan batu-batu candi. Penelitian berlanjut lagi di tahun 1977, 1978, dan 1983 oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Struktur batu berbahan batu pasir ditemukan dalam penelitian tahun 1984 saat membuka kotak ekskavasi. Lokasi penemuannya rata-rata pada kedalaman 140 sentimeter di bawah permukaan tanah. Lokasi penemuan candi di area limpahan banjir sungai Ci Seel yang berjenis tanah aluvial. Dari temuan ini, ukuran Candi Ronggeng berukuran 8×8 M.  Bukti tertulis yang lengkap tentang Candi Ronggeng belum ditemukan selama penelitian tersebut. Data yang dikumpulkan tentang Candi Ronggeng masih potongan-potongan tulisan kecil yang tidak utuh. Candi Ronggeng diperkirakan dibangun pada masa raja bernama Prabu Wangsa Geni. Raja tersebut merupakan bawahan dari Prabu Siliwangi. Tulisan sejarah yang ada mencatat bahwa Candi Ronggeng mempunyai 2 arca yang disebut Arca Sapi Gumarang. Arca ini berbentuk sapi. Masing-masing berjenis kelamin jantan dan betina. Hanya satu arca yang ditemukan yaitu Arca Sapi Betina, sedangkan Arca sapi jantan masih dalam pencarian. Nama Candi Ronggeng berasal dari mitos masyarakat setempat yang sering mendengar bunyi gamelan dan penari ronggeng setiap malam Jumat Kliwon dari lokasi candi. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah daerah aliran sungai, adakah candi di wilayah Cirebon? Seperti disebut di atas, sejauh ini belum ada ditemukan tanda-tanda situs kuno di wilayah (kabupaten/kota) Cirebon. Akan tetapi sudah ada tanda candi di Majalengka dan Indramayu. Apakah tanda-tanda yang ada menggambarkan ada perbedaan wilayah kerajaan di pesisir versus kerajaan di wilayah pedalaman. Lalu bagaimana sejarah daerah aliran sungai, adakah candi di wilayah Cirebon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 11 Mei 2023

Sejarah Cirebon (36): Brebes Tempo Dulu; Sedekat Tegal Sejauh Cirebon dan Sedekat Pantai Utara Sejauh Pantai Selatan di Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Brebes dapat dikatakan pemekaran dari wilayah Tegal. Wilayah Brebes menjadi batas budaya Jawa dengan budaya Sunda. Sementara Wilayah Cirebon menjadi batas budaya Sunda dengan budaya Jawa. Hal itulah mengapa ada populasi berbahasa Jawa di wilayah Cirebon, dan sebaliknya ada populasi berbahasa Sunda di wilayah Brebes. Wilayah Cirebon dan Brebes di pantai utara memiliki hubungan ke pantai selatan Jawa.


Brebes adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ada pendapat asal usul nama Brebes berasal dari "Bara" dan "Basah", bara berarti hamparan tanah luas dan basah berarti banyak mengandung air. Nama Brebes muncul era Mataram. Wilayah Tegal semula termasuk Pekalongan, Pemalang, dan Brebes. Pada tanggal 17 Januari 1678 di Jepara diadakan pertemuan Adipati Kerajaan Mataram, termasuk Arya Martalaya, Adipati Tegal dan Arya Martapura, Adipati Jepara. Kerjasama antara Amangkurat Admiral dengan Belanda dalam menumpas pemberontakan Trunajaya kedua adipati beda sikap. Setelah kematian dua adipate tanggal 18 Januari 1678, Sri Amangkurat II mengangkat Adipati/ Bupati sebagai pengganti. Untuk kabupaten Brebes di jadikan kabupaten mandiri dengan Adipati Arya Suralaya yang merupakan adik dari Arya Martalaya. Penduduk Kabupaten Brebes mayoritas menggunakan bahasa Jawa yang mempunyai ciri khas, dan terdapat sebagian penduduk juga berbahasa Sunda. Banyak nama tempat berasosiasi Sunda menunjukan sebagian barat wilayah bagian dari Sunda, di kecamatan Salem, Banjarharjo dan Bantarkawung, dan beberapa desa di Losari, Tanjung, Kersana, Ketanggungan dan Larangan. Bujangga Manik pendeta Hindu Sunda mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan Bali awal abad ke-16 yang) menyebut batas Kerajaan Sunda di timur adalah Ci Pamali (kini Kali Brebes/Kali Pemali tepat di kota Brebes) dan di selatan Ci Serayu (kini Kali Serayu). Brebes sebagian besar dataran rendah, di barat daya dataran tinggi (puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang), di tenggara (pegunungan bagian Gunung Slamet. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Brebes tempo doeloe? Seperti disebut di atas, Brebes dan Cirebon adalah batas budaya Jawa dan Sunda. Dalam hal ini Brebes sedekat Tegal dan sejauh Cirebon. Wilayah Brebes dan Cirebon di pantai utara Jawa memiliki hubugan sejauh pantai selatan Jawa. Lalu bagaimana sejarah Brebes tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (35):Subang Antara Batavia Cirebon - Antara Laut dan Bandung; Sungai Cipunagara, Antara Tjitarum dan Tjimanoek


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Sungai Citarum berhulu di Priangan Barat, tetapi hilirnya bukan di Subang. Sungai Citarum mengalir sampai jauh hingga Bekasi melalui Purwakarta dan Krawang. Sungai Cimanuk yang berhulu di Priangan Timur (Garut) juga tidak bermuara di Subang, tetapi di Indramajoe melalui Soemedang. Diantara dua sungai inilah terdapat sungai Cipunagara di Subang. Tome Pires (1515) hanya mengidentifikasi kampong/kota pelabuhan Karawang dan Cimanuk. Bagaimana dengan Cipunagara di Subang?


Subang adalah kabupaten di provinsi Jawa Barat. Kabupaten dilintasi jalur pantura dan jalur tol trans Jawa Cipali (Cikopo-Palimanan) namun ibu kota kabupaten di Subang jauh di pedalaman. Penduduk Subang umumnya Sunda. Wilayah pesisir Subang dan hilir sungai Cipunegara dekat wilayah Indramayu menggunakan bahasa Dermayon. Para peneliti, sedang meneliti situs Nyai Subanglarang, diduga asal-muasal nama "Subang". Era Hindoe Boedha wilayah Subang menjadi bagian dari 3 kerajaan: Tarumanagara, Galuh, Pajajaran. Terddapat peninggalan pecahan keramik Cina di Patenggeng (Kalijati). Awal masuknya Islam di wilayah Subang seorang tokoh ulama, Wangsa Goparana berasal dari Talaga, Majalengka. Sekitar tahun 1530, Wangsa Goparana membuka permukiman baru di Sagalaherang dan menyebarkan Agama Islam di Subang. Pasca runtuhnya Pajajaran, wilayah Subang rebutan Banten, Mataram, Sumedanglarang, VOC. Wilayah Subang dijadikan Gudang logistic saat Mataram menyerang VOC di Batavia. Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan Sunda, banyak tentara Sultan Agung menetap di wilayah Subang. Tahun 1771, saat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, di Subang, tepatnya di Pagaden, Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati memerintah secara turun-temurun. Pada era Inggris (1812) konsesi penguasaan lahan wilayah Subang diberikan kepada swasta Eropa dengan onderneming Pamanoekan en Tjiasemlanden. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Subang, antara Cirebon-Batavia dan antara laut dan Bandoeng? Seperti disebut di atas wilayah Subang adalah dimana sungai Cipunagara berhulu di Priangan Utara mengalir, antara sungai Tjitaroem dan sungai Tjimanoek dan bermuara ke laut. Lalu bagaimana sejarah Subang, antara Cirebon-Batavia dan antara laut dan Bandoeng? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 10 Mei 2023

Sejarah Cirebon (34):Ciamis Distrik Semasa di Residentie Tjeribon; Distrik Soekapoera Masuk Residentie Preanger Regentschappen


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini 

Wilayah Ciamis dapat dilihat dari dua sisi, pantai utara di Cheribon dan pantai selatan di Banjoemas. Kini gilirannya memperhatikan sejarah Ciamis daru wilayah pantai utara di Cheribon. Seperti halnya dari sisi selatan, mengapa penting sejarah Ciamis dari pantai utara. Satu yang pasti bahwa wilayah Ciamis cukup berada di wilayah residentie Cheribon (sebelum kemudian batas wilayah diubah yang menyebabkan Ciamis masuk residentie Preanger).


Kabupaten Ciamis dikenal Galuh adalah sebuah kabupaten di Jawa Barat, ibu kota di kecamatan Ciamis. Kabupaten ini berada di bagian tenggara Jawa Barat, berbatasan dengan Majalengka dan Kuningan di utara, Cilacap dan Kota Banjar di timur, Pangandaran di selatan, serta kota dan kabupaten Tasikmalaya di barat. Kecamatan Banjar ditingkatkan statusnya menjadi kota 2002. Pada tahun 2012 dilakukan pemekaran dengan membentuk kabupaten Pangandaran. Menurut sejarawan W.J Van der Meulen, Pusat Kerajaan Galuh di Kawali. Dalam Bahasa Sanskerta, kata "galuh" menunjukkan sejenis batu permata. Kabupaten Galuh Imbanagara berlokasi di Barunay beribukota di Imbanagara dan sejak 1812 Kabupaten Galuh berlokasi di Cibatu, beribukota di Ciamis. Dalam Prasasti Berangka tahun 910, Raja Dyah Balitung disebut sebagai "Rakai Galuh". Dalam Prasasti Siman berangka tahun 943 M, disebutkan bahwa "kadatwan rahyangta mdang bhumi mataram ingwatu galuh" menunjuk sebuah tempat di Watugaluh. Kemudian dalam sebuah Piagam Calcutta disebutkan bahwa para musuh penyerang Airlangga lari ke Galuh dan Barat, mereka dimusnahkan pada tahun 1031 M. Pada Carita Parahyangan, disebutkan bahwa Prabu Maharaja Linggabuanawisésa (1350-1357) berkedudukan di Kawali sebagai penguasa Kerajaan Sunda Galuh. Singkatnya: Pada tahun 1595, Kerajaan Galuh jatuh ke tangan Senapati dari Mataram. Invasi Mataram ke Galuh semakin diperkuat pada masa Sultan Agung. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Ciamis, suatu distrik semasa Residentie Tjeribon? Seperti disebut di atas wilayah Ciamis dalam sejarahnya penting dari sisi pantai selatan maupun pantai utara. Wilayah Ciamis masuk Residentie Cheribon dan distrik Soekapoera di Residentie Preanger Regentschappen. Lalu bagaimana sejarah Ciamis, suatu distrik semasa Residentie Tjeribon?  Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (33): Majalengka, Cheribon Berbagi Gunung Ciremai di Kuningan, Maja Lengka, Majalengka;Antara Tomo-Jatiwangi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah Majalengka? Maksudnya sejarah Majalengka semasih bagian Residentie Chirebon. Lebih tepatnya wilayah Majalengka tepat berada di belakang pantai wilayah Cheribon di pedalaman di lereng sebelah barat gunung Ciremai. Apakah nama Majalengka merujuk pada wilayahnya yang dihubungkan dengan Maja dan Lengka? Dalam sejarah Majalengka nama Carang Sambong (kini lebih dikenal Tomo) menjadi penting. Pada masa ini Tomo (kecamatan masuk kabupaten Sumedang) dan Jatiwangi (kecamatan masuk kabupaten Majalengka). O, iya, sebelum memahami lebih lanjut sejarah Majalengka, saya teringat dengan kawan sekampong Bata Oloan di Jatiwangi.


Majalengka sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat.ibu kota kabupaten berjarak 95 Km sebelah timur laut Kota Bandung dan 56 Km Kota Cirebon. Tahun 1819 dibentuk Karesidenan Cirebon terdiri Keregenaan (Kabupaten) Cirebon, Kuningan, Bengawan Wetan, Galuh (Ciamis Sekarang) dan Maja. Kabupaten Maja cikal bakal kabupaten Majalengka. Pembentukan Kabupaten Maja berdasarkan besluit Komisaris Gubernur Jendral Hindia Belanda No.23 tanggal 5 Januari 1819. Kabupaten Maja gabungan tiga distrik: Sindangkasih, Talaga, Rajagaluh. Kabupaten Maja ibu kota di kota kecamatan Maja sekarang. Bupati pertama Kabupaten Maja adalah RT Dendranegara. Kabupaten Maja mencakup wilayah Talaga, Maja, Sindangkasih, Rajagaluh, Palimanan dan Kedondong. Tanggal 11 Februari 1840, Staatsblad No.7 dan besluit Gubernur Jendral No.2 perpindahan ibu kota kabupaten ke wilayah Sindangkasih kemudian diberi nama 'Majalengka', kemudian nama kabupaten disesuaikan dengan nama ibu kota kabupaten yang baru, dari kabupaten Maja menjadi kabupaten Majalengka. Pemberian nama Majalengka atau dari mana asal usul Majalengka masih menjadi misteri. Dalam Buku Sejarah Majalengka (N Kartika) nama Majalengka diartikan dalam bahasa Jawa Kuno yaitu kata ‘Maja’ nama buah dan kata ‘Lengka’ yang berati pahit, jadi kata 'Majalengka' adalah nama lain dari kata Majapahit. Majalengka sebagai ibu kota kabupaten (Staatsblad, 1887 No. 159).
(Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Majalengka di wilayah Residentie Cheribon berbagi gunung Ciremai di Kuningan? Seperti disebut di atas wilayah Majelengka berada di lereng gunung Ciremai dan wilayah Kuning di lereng timur. Apakah nama Maja dan Lengka yang menjadi nama Majalengka? Lalu bagaimana sejarah Majalengka di wilayah Residentie Cheribon berbagi gunung Ciremai di Kuningan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 09 Mei 2023

Sejarah Cirebon (32): Kuningan Semasa Residentie Tjeribon;Gunung Ciremai Timur, Antara Pantai Utara dan Pantai Selatan Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah Kuningan? Tentu saja sudah banyak yang menulisnya. Lalu apa keutamaan wilayah Kuningan dalam sejarah. Nah itu dia. Tampaknya topik ini kurang terperhatikan. Fakta bahwa wilayah Kuningan yang berada di lereng sebelah timur gunung Ciremai tempo doeloe menjadi wilayah penting jalur ekonomi antara pantai utara dan pantai selatan Jawa. Tidak hanya itu wilayah Kuningan termasuk wilayah batas antara budaya Sunda di barat dan budaya Jawa di timur.


Kabupaten Kuningan adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Berjarak 150 km dari Kota Bandung dan 43 km dari Kota Cirebon, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Cirebon di utara, Kabupaten Brebes (Jawa Tengah) di timur, Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah) di Selatan, dan Kabupaten Majalengka di barat. Kabupaten ini dikenal karena merupakan merupakan tempat dilaksanakannya Perundingan Linggajati. Kuningan juga merupakan salah satu pintu gerbang masuk Jawa Barat dari sebelah timur, bersama dengan Kabupaten Ciamis, Cirebon, Kota Banjar dan Pangandaran. Kabupaten Kuningan bagian timur adalah dataran rendah, sedang di bagian barat berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ceremai (3.078 M) di perbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat. Permukaan tanah berbukit-bukit bagian Barat dan bagian Selatan ketinggian berkisar 700 M, dataran rendah seperti wilayah Kuningan bagian Timur ketinggian 120-222 M. Tanah Andosol di bagian barat Kuningan cocok untuk tembakau, bunga-bungaan, sayuran, buah-buahan, kopi, kina, teh, pinus dan apel, Tanah Alluvial di bagian timur Kecamatan Kuningan, Kecamatan Kadugede bagian utara, Kecamatan Lebakwangi bagian utara, Kecamatan Garawangi dan Kecamatan Cilimus cocok tanaman sawah, palawija dan perikanan. Tanah Podzolik di bagian selatan kecamatan Kadugede, bagian timur kecamatan Ciniru, bagian timur kecamatan Luragung, bagian selatan kecamatan Lebakwangi dan kecamatan Ciwaru cocok untuk ladang dan tanaman keras. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Kuningan semasa Residentie Tjeribon? Seperti disebut di atas wilayah Kuningan berada di pedalaman Cirebon di lereng gunung Ciremai sebelah timur. Wilayahnya Sebagian pegunungan dan Sebagian dataran rendah yang subur. Gunung Ciremai sebelah timur merupakan rute terpendek antara pantai utara dan pantai selatan Jawa. Lalu bagaimana sejarah Kuningan semasa Residentie Tjeribon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (31): Carang Sambong dan Parakan Moentjang Jalan Trans Java Sejak Daendels; Jalan Rute Baru via Bandoeng


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah Carang Sambong? Maksudnya tempat dimana? Pada masa ini banyak tempat dengan nama Karangsambung, tidak hanya di Cirebon, juga ada di Majalengka, Kebuman dan bahkan di Bekasi. Ada juga nama Karangsembung, suatu nama kecamatan di kabupaten Cirebon. Lalu yang mana Carang Sambong? Lupakan dulu. Mari kita mulai dari awal, nama Carang Sambong begitu terkenal di masa lampau di perbatasan Cirebon di pedalaman. Nama tempat Carang Sambong menjadi bagian penting dalam rencana pembangunan jalan pos trans-Java semasa Daendels.


Jalan Raya Pos (De Groote Postweg), disebut juga Jalan Daendels, adalah sebuah jalan pos sepanjang 1.000 kilometer (620 mi) di Jawa yang membentang dari Anyer di Banten hingga Panarukan di Jawa Timur. Jalan ini kini menjadi bagian dari Jalan Nasional Rute 1 (Cilegon-Jakarta, Cirebon-Panarukan). Jalan ini dibangun atas perintah dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels (m. 1808-1811). Pada awalnya, penggunanan jalan ini hanya untuk kebutuhan pos dan militer hingga akhirnya dibuka untuk umum pada tahun 1857. Selain itu, jalan ini juga tidak boleh dilewati oleh kendaraan milik orang Jawa yang harus menggunakan jalur khusus gerobak yang berada di sisi jalan. Jalan Raya Pos hanya dapat dilewati oleh kereta kuda Belanda yang dilengkapi oleh kusir dan kenek. Karena keterbatasan biaya, Daendels hanya meratakan jalan dari Batavia ke Buitenzorg (kini Bogor) dan membangun petak jalan di Preanger. Sisanya, yaitu jalan dari Cirebon hingga Surabaya dikerjakan oleh para bupati di daerahnya masing-masing. Pembangunan Jalan Raya Pos pertama dimulai dari Buitenzorg ke Karangsambung (kini Kecamatan Tomo di Sumedang) berdasarkan perintah Daendels pada 5 Mei 1808. Jalur ini direncanakan melalui Cisarua, Cianjur, Rajamandala, Bandung, Parakan Muncang, dan Sumedang. Secara teknis, jalur tersebut harus dibuat selebar 2 rijnlandse roeden (~7.5 meter) dan didirikan tiang di setiap 400 rijnlandse roeden (~1.5 kilometer) untuk menunjukkan jarak dan menandai batas distrik. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Carang Sambong, Parakan Moentjang dan jalan Trans Java sejak era Daendels? Seperti disebut di atas, nama Carang Sambong tempo doeloe begitu dikenal. Bagaimana masa kini? Pada masa ini Carang Sambong dengan nama Karangsambung hanya disebut bagian dari kecamatan Tomo di kabupaten Sumedang. Apakah kini hanya tinggal sekadar nama dusun? Nama Carang Sambong tempo doeloe tetap terkenan meski trans Java rute baru via Bandoeng. Lalu bagaimana sejarah Carang Sambong, Parakan Moentjang dan jalan Trans Java sejak era Daendels? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.