*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini
Bahasa
nusantara adalah bahasa-bahasa asli yang ada di berbagai pulau. Kepulauan
Maluku, dalam hal ini provinsi Maluku terdapat banyak bahasa asli.
Bahasa-bahasa asli terbentuk di zaman kuno. Bahasa sendiri adalah warisan,
suatu kekayaan nusantara yang perlu dilestarikan. Namun kini banyak diantara
bahasa-bahasa di provinsi Maluku yang sudah punah dan yang terancam punah.
Lantas mengapa bahasa punah?
Selama ini tercatat sebanyak 726 bahasa daerah
di Indonesia. Sebanyak 48 bahasa terdapat di provinsi Maluku. Hingga saat ini ada
14 bahasa yang telah punah di Indonesia dan satu bahasa lagi nyaris punah
karena penggunanya tinggal satu orang. Sebanyak tujuh bahasa di provinsi Maluku
yakni Kayeli, Palumata, Moksela, Hukumina (kabupaten Buru), bahasa Piru (kabupaten
Seram Bagian Barat), Hoti, Hukumina, Hulung, Serua, Te'un, Palumata, Loun,
Moksela, Naka'ela, dan Nila (kabupaten Maluku Tengah). Disebutkan bahasa yang
terancam punah terdapat di Kabupaten Buru sebanyak dua bahasa, kabupaten Maluku
Tenggara (satu bahasa), kabupaten Seram Bagian Barat (satu bahasa) dan kabupaten Seram
Bagian Timur (enam bahasa). Selain di provinsin Maluku, ada dua bahasa punah di
Maluku Utara (Ternateno dan Ibu) dan dua bahasa di Papua, (Saponi dan Mapia).
Hingga saat ini di Indonesia hanya 13 bahasa yang penuturnya di atas satu juta
jiwa yakni Aceh, Batak, Minangkabau, Rejang, Lampung, Sunda, Jawa, Madura, Bali,
Sasak, Makassar, Bugis dan Melayu.
Lantas
bagaimana sejarah bahasa-bahasa asli di provinsi Maluku? Seperti disebut di atas bahasa yang punah di
Indonesia paling banyak di provinsi Maluku. Lalu bagaimana bahasa-bahasa asli
di provinsi Maluku punah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.