Jumat, 12 September 2025

Sejarah Belanda di Indonesia (3): Diaspora Belanda; M van Buren Presiden Amerika, W van Outhoorn Gubernur Jenderal di Hindia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Balanda di Indonesia di blog ini Klik Disini

Selain di Indonesia, sejarah Belanda juga ada di Amerika. Salah satu keturunan (diaspora) orang Belanda yang menjadi Presiden Amerika Serikat (1837-1841) adalah Martin van Buren. Lahir 5 Desember 1782 di Kinderhook, New York dan menjadi Presiden Amerika pertama yang lahir setelah Amerika Serikat merdeka. Jauh di masa lampau Willem van Outhoorn lahir di Larike, Leihitu Barat, Maluku Tengah 4 Mei 1635 menjadi Gubernur Jenderal Hindia ke-16 (1684–1691).

 

Daftar Negara yang Pernah Dipimpin Orang Berdarah Indonesia. Merdeka.com. Jumat, 25 April 2025. Federasi Mikronesia: Peter M. Christian, Presiden Federasi Mikronesia periode 2015-2019, memiliki darah Maluku. Kanada: Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau diketahui juga memiliki keterkaitan dengan Indonesia. Nenek buyutnya dari pihak ibu berasal dari Padang, Sumatera Barat (keturunan Nias). Meski berasal dari Padang, secara suku bangsa, ia tidak memiliki darah dengan Indonesia secara langsung. Singapura: Yusof Ishak, presiden pertama Singapura (1965-1970), memiliki akar yang kuat di Indonesia. Kedua orang tuanya merupakan warga negara Indonesia asli. Ayahnya dari Minangkabau, Sumatera Barat, dan ibunya dari Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Malaysia: Perdana Menteri Malaysia keenam Najib Razak diketahui memiliki darah langsung dari Indonesia. Najib Razak memiliki darah keturunan Indonesia dari sang ayah yang berasal dari Makassar dan ibunya dari Bima, NTB. Najib Razak memiliki leluhur yang berasal dari suku Bugis, yang merupakan salah satu suku besar di Sulawesi Selatan, Indonesia. Suriname: Raymond Sapoen. mendaftar sebagai kandidat Presiden Suriname pada 2015

Lantas bagaimana sejarah Martin van Buren Presiden Amerika, Willem van Outhoorn Gubernur Jenderal Hindia Timur? Seperti disebut di atas, keduanya adalah orang Amerika Serikat dan orang Indonesia keturunan Belanda yang menjadi pemimpin pemerintahan. Lalu bagaimana sejarah Martin van Buren Presiden Amerika, Willem van Outhoorn Gubernur Jenderal Hindia Timur? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Keturunan Belanda; M van Buren Presiden Amerika, W van Outhoorn Gubernur Jenderal Hindia Timur

Sejak kemerdekaan Amerika (Serikat) pada tahun 1776, yang menjabat Presiden Amerika semuanya keturunan England (English, Scottish, Wels, Irish atau campurannya). Lantas bagaimana dengan orang Amerika keturunan Eropa laiannya? Satu yang jelas, orang Amerika berperang melawan colonial Inggris yang kemudian menyatakan kemerdekaannya pada tahun 1776. Sejak itu, Inggris membuat koloni baru di Australia (wilayah yang selama ini diasosiasikan dengan orang Belanda (di Hindia).


Sudah diketahui umum bahwa Negara Bagian New York, yang kini menjadi salah satu bagian terpenting Konfederasi Amerika Serikat Utara, berakar dari bangsa Belanda, dan di sanalah mereka meletakkan fondasi beberapa kota yang, di negara kita, mencapai kemakmuran terbesarnya (lihat Dagblad van 's Gravenhage, 15-02-1828). Disebutkan lebih lanjut, berdasarkan Perdamaian Breda, yang disepakati pada tahun 1667, negara tersebut, yang saat itu dikenal sebagai New Netherland, bukan seluruh kota atau wilayah jajahannya, diserahkan kepada Britania Raya, dan tidak pernah kembali ke tangan kita, kecuali untuk sementara. Sementara itu, sebagian besar orang Belanda yang berada di sana pada saat penyerahan permukiman tersebut tetap mendiami tanah tempat mereka memiliki wilayah jajahan, dan keturunan mereka masih ada di negara kita. Keturunan mereka masih memiliki tanda-tanda asal usul yang paling jelas, baik dari nama mereka, bahasa Belanda yang masih digunakan oleh banyak orang, agama (Reformasi) yang mereka anut, dan terutama keterikatan khusus mereka dengan Tanah Air. Bukti luar biasa akan hal ini baru-baru ini kami temukan di dua surat kabar di kota Albany, Amerika Serikat, yang sebelumnya bernama Fort Oranje. 

Pada tahun 1827 Menteri luar biasa dan Menteri negara Belanda, Bangeman Huygens ditempatkan di Amerika (lihat Dagblad van 's Gravenhage, 15-02-1828). Di Albany, diadakan jamuan makan untuk menghormati Huygens ini dipimpin oleh Herman Biceker, dibantu oleh dua wakil, Martin van Buren dan Pieter Gausevoort.


Selain Huygens, tamu yang hadir adalah Gubernur dan Wakil Gubernur Negara Bagian New York, Kanselir Kota New York, para hakim, para jenderal, Hakim Agung Kota Albany, dan lainnya. Di antara toast yang dipersembahkan, tercatat hal berikut: "Tanah leluhur kita; yang darahnya, yang tertumpah dengan berlimpah, telah melindungi kemerdekaan mereka lebih dari kanal, danau, dan banjir di negeri ini". Lalu disambut dengan: “Tamu terhormat kami. Kami menyambutnya sebagai perwakilan yang cakap dan tercerahkan dari tanah asal kami". Setelah bersulang, Huygens berdiri dan menyapa hadirin dengan bahasa Belanda.

Albany terletak di wilayah (negara bagian) New York. Seperti disebut di atas, wilayah New York berakar dari orang Belanda di masa lalu. Kota terbesar di wilayah ini New York City. Albany pada masa ini diketahui sebagai ibu kota wilayah (negara bagian) New York. Saat kunjungan Menteri Belanda ke Amerika (1927), wakil kepala distrik Albany adalah Martin van Buren, seorang keturunan (asli) Belanda. Entah bagaimana, setelah terpilihnya Presiden Amerika yang baru (Anfrew Jackson) 1929, Martin van Buren diangkat sebagai Menteri Luar Negeri.


Groninger courant, 31-03-1829: ‘Surat-surat dari New York, tertanggal 23 bulan lalu, menyatakan bahwa Kongres menyatakan pada tanggal 1 bahwa Jenderal Andrew Jackson terpilih secara sah sebagai Presiden Amerika Serikat dan C Calhoun sebagai Wakil Presiden. Masa jabatan kepresidenannya dimulai pada tanggal 4 Maret dan berlangsung selama empat tahun. Ia konon telah memilih Martin van Buren, Menteri Luar Negeri; SD Ingham, Menteri Keuangan; John H Eaton, Menteri Perang; John Branch, Menteri Angkatan Laut; J Berrien, Jaksa Agung; dan M'Lean, Kepala Kantor Pos’. 

Pada tahun 1832 Menteri Martin van Buren dari Ingggris berkunjung ke Belanda (lihat Algemeen Handelsblad, 16-05-1832). Disebutkan Yang Mulia Martin van Buren, Menteri Amerika Serikat untuk Kerajaan Inggris, beserta rombongan telah tiba dan turun di Hotel den Doelen, Doelenstraat. Sementara itu Bangeman Huijgens masih menjadi Menteri Belanda di Amerika Serikat. Hubungan Jenderal Andrew Jackson sebagai Presiden Amerika Serikat dan C Calhoun sebagai Wakil Presiden retak. Terhitung sejak 28 Desember 1832 posisi Wakil Presiden Amerika Serikat kosong. Apakah hal itu retak karena C Calhoun berambisi untuk menjadi kandidat Presiden yang akan dilaksanakan pada awal tahun 1833 ini? Andrew Jackson terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat dengan wakilnya Martin van Buren.

 

Journal de La Haye, 17-01-1833: ‘Pesan Presiden dan manifesto Carolina Selatan telah meninggalkan kesan yang mendalam di benak publik. Republik ini diyakini telah melewati masa mudanya. Sebuah generasi baru telah muncul. Semua tokoh revolusi telah gugur, dan selama delapan atau sepuluh tahun ke depan, perjuangan partai-partai, sikap berbagai negara bagian, dan tindakan pemerintah akan jauh lebih menarik daripada sejak revolusi. Semangat inovasi terlihat di mana-mana; percakapan di kalangan lebih jujur, lebih nyata, dan lebih revolusioner daripada sebelumnya. Usulan Presiden untuk mengurangi tarif barang manufaktur asing telah membuat jengkel para produsen di dalam negeri. Sementara itu, terpilihnya kembali Presiden dengan mayoritas suara telah memberinya keuntungan yang tidak akan dimenangkan oleh produsen di Timur. Kemungkinan besar Kongres tidak akan mengubah tarif selama sidang ini, tetapi akan menunda pembahasannya hingga tahun depan. Di antara motif rahasia Carolina Selatan untuk bangkit melawan tarif ini, kita harus memperhitungkan niat untuk mengorganisir sebuah partai melawan Martin Van Buren, yang mengincar kursi kepresidenan pada tahun 1836. Ia baru saja terpilih sebagai wakil presiden; ia memiliki kepercayaan dan persahabatan penuh dengan Jenderal Jackson; bisa dibilang, ia adalah pewaris takhta, kandidat penerus, dan posisinya memberinya keuntungan besar atas semua lawannya. Lawan utamanya adalah Calhoun, seorang pria berpengaruh besar di Carolina Selatan, yang setelah berselisih dua tahun lalu dengan Jenderal Jackson, kehilangan jabatan yang kini dipegang oleh van Buren. Untuk melawan van Buren, Calhoun membangkitkan perlawanan keras pertama di Carolina terhadap tarif; tetapi, setelah menggugah pikiran, diragukan apakah ia dapat menenangkan mereka. Para pemimpin oposisi pada awalnya tidak menginginkan pembubaran Uni; tetapi setelah badai menerjang, mungkin sulit untuk menghentikan kehancurannya. Seluruh angkatan bersenjata Amerika Serikat hanya berjumlah 6.000 orang, tersebar di seluruh negeri, tetapi kekuatan pemerintahan umum tidak terletak pada angkatan bersenjata, melainkan pada rakyat, pada para pendukung sistem saat ini, dan di South Carolina sendiri, ada sebuah partai yang terdiri dari 5 hingga 6.000 orang yang dikenal sebagai partai Union, yang telah memutuskan untuk membela pemerintahan umum dan hukum-hukumnya dengan risiko dan bahaya mereka sendiri’. 

C Calhoun tidak menjadi kandidat dalam pemilihan presiden. Namun tampaknya C Calhoun akan berjuang keras untuk pemilihan berikutnya untuk melawan Martin van Buren. Satu yang masih tersisa dalam pemilihan presiden yang baru terpilih adalah perbedaan pendapat dengan negara bagian Carolina Selatan belum terselesaikan. Seperti disebut di atas, C Calhoun adalah tokoh paling berpengaruh di Carolina Selatan.


Journal de La Haye, 15-03-1833: ‘Kita membaca dari surat kabar New York tanggal 16 Februari bahwa dari dua pertanyaan besar yang menarik perhatian umum dalam ketegangan, pemilihan Presiden dan pertanyaan tentang tarif, hanya satu yang telah diselesaikan. Itu adalah pemilihan Presiden yang telah diputuskan untuk mendukung Jenderal Jackson. Berikut adalah bagaimana suara didistribusikan di antara berbagai kandidat. Untuk Andrew Jackson, dari Tennessee, 219; Henry Clay, dari Kentucky, 49; John Floyd, dari Virginia, 11; William Wirt, dari Maryland, 7. Martin van Buren pada saat yang sama terpilih sebagai Wakil Presiden dengan mayoritas 140 suara atas Sargeant, dari Negara Bagian Pennsylvania, yang memperoleh suara terbanyak setelahnya. Pertanyaan tentang tarif berada dalam status quo. Tarif baru yang diusulkan oleh pemerintah belum diterima oleh Kongres. Di sisi lain, Clay, dari Kentucky, mengajukan kepada Senat sebuah tarif, yang merupakan karyanya, yang memperoleh pembacaan pertama dan kedua, dan yang, pada tanggal 13 Februari, dirujuk ke sebuah komite’. 

Amerika Serikat bermasalah dengan Prancis. Sebagaimana diketahui Prancis masih sangat kuat berkoloni di wilayah Canada (sebelah utara Amerika Serikat). Sementara itu nama Martin van Buren semakin menguat di Amerika (lihat Leeuwarder courant, 23-06-1835). Disebutkan dalam laporan dari New York pada tanggal 2 Mei, diketahui bahwa Martin van Buren memiliki peluang besar untuk terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat.


Opregte Haarlemsche Courant, 13-08-1835: ‘Koran pagi tingkat menteri hari ini melaporkan sebuah surat dari Baltimore tertanggal 5 Juli, yang tampaknya dimaksudkan untuk mengurangi kesan negatif yang mungkin ditimbulkan oleh sebuah catatan, yang dipublikasikan secara terbuka di Amerika Utara, dari Duta Besar Livingston kepada Menteri kami de Broglie, di negara ini. Dalam catatan ini, yang diserahkan oleh duta besar sesaat sebelum keberangkatannya dari sini, disebutkan bahwa tuntutan pemerintah Prancis untuk pembayaran 25 juta, terkait dengan penyediaan informasi mengenai sikap mengancam yang diambil oleh presiden Amerika, tidak akan dipenuhi. Surat yang dimaksud terutama menyatakan bahwa, meskipun Presiden Jackson tidak akan mudah dibujuk untuk mengabulkan pembayaran tersebut, penyelesaian damai atas masalah ini kemungkinan besar dapat dicapai jika van Buren terpilih untuk posisi tersebut menggantikan jenderal yang disebutkan di atas, yang akan segera mengundurkan diri sebagai presiden. Reporter tingkat menteri menambahkan bahwa bagaimanapun juga, kepatuhan dari Amerika Utara hanya dapat diharapkan jika Prancis, karena situasi internal dan eksternalnya, tidak terhalang untuk memastikan penghormatan yang semestinya’.


Karir Martin van Buren tampaknya bersifat garis lurus. Awal karir politik sebagai wakil kepala di district Albany, kemudian menjadi Menteri Luar Negeri, dan kini menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat. Bagaimana peluang Martin van Buren dalam pemilihan umum yang akan datang? Tampaknya semakin menguat dalam pemilihan pendahuluan di tingkat negara bagian.


Journal de La Haye, 04-10-1836: ‘tentang pemilihan umum, untuk menilai siapa dari Pemerintahan atau Oposisi, yang mungkin akan menang, saya akan mencoba menyampaikan pertanyaan ini kepada Anda, sebagaimana adanya saat ini, dengan cara yang benar dan tepat. Pada bulan November, beberapa Negara Bagian memilih atau menunjuk elektor yang akan memilih presiden. Setiap Negara bagian berhak menunjuk elektor sebanyak jumlah Benediktus dan perwakilannya di Kongres. Pada bulan Desember, di hari yang sama, para elektor ini memilih seorang presiden di negara bagian masing-masing dan mengirimkan hasilnya ke pusat pemerintahan umum, yang ditujukan kepada Presiden Senat. Pada bulan Februari, surat suara dibuka dan dihitung oleh Presiden Senat di hadapan kedua majelis Kongres. Mayoritas suara yang diberikan diperlukan untuk menyelenggarakan pemilihan presiden. Jika tidak ada yang memperoleh mayoritas ini, Dewan Perwakilan Rakyat melanjutkan pemilihan presiden Amerika Serikat melalui pemungutan suara, di antara tiga kandidat yang memperoleh suara terbanyak. Pemungutan suara harus dilakukan oleh negara bagian. Setiap negara bagian hanya berhak atas satu suara dan tidak lebih. Saat ini terdapat 26 negara bagian. Untuk menentukan pilihan, diperlukan 140 suara. Jika yang pertama, diperlukan 14 negara bagian. Poin terakhir dalam Konstitusi ini adalah yang terkuat: 77 anggota. Ke-12 negara bagian lainnya berhak atas 5 suara di Kongres; namun, jika ke-14 negara bagian bersatu, mereka memiliki secara konstitusional, hak untuk memilih Presiden—Arkansas, New Hampshire, Alabama, Connecticut, New Jersey dan Indiana. Untuk 12 negara bagian lainnya adalah: Maine, Massachusetts, Pennsylvania, Maryland, Virginia, Carolina Selatan, Georgia, Kentucky, Tennessee, dan Ohio. Dalam hal ini, saya berpendapat bahwa Martin Van Buren akan terpilih, jika seorang presiden terpilih. Hal itu mungkin, tetapi tidak. Kemungkinan besar 14 negara bagian tidak akan bersatu untuk memilih salah satu kandidat. Jika ini hasilnya, setelah 4 Maret, Wakil Presiden yang baru akan menjadi Presiden untuk empat tahun berikutnya. Tampaknya ada sedikit keraguan mengenai suara dari 24 negara bagian. Orang-orang yang tidak memihak dan berpengetahuan luas percaya bahwa Maine, New Hampshire, Rhode Island, Connecticut, New York, New Jersey, Georgia, Michigan, Illinoi, Missouri, dan Arkansas akan memilih 105 elektor untuk Martin van Buren; bahwa Vermont, Delaware, South Carolina, Ohio, Kentucky, dan Indiana akan memilih 3 elektor untuk William Harrison; bahwa Maryland, North Carolina, Tennessee, Alabama, Mississippi, dan Louisiana akan memilih 56 elektor untuk L. White; dan Massachusetts akan memilih 14 elektor untuk Daniel Webster. Hal ini membuat Virginia dan Pennsylvania belum menentukan pilihan. Namun, kemungkinan besar Virginia akan memberikan 23 suara untuk Martin Van Buren dan Pennsylvania 30 suara untuk Harrison. Dengan demikian, suara yang mendukung Van Buren akan berjumlah 100.000, sama banyaknya dengan suara seluruh Oposisi yang berjumlah 100. Jika 166 suara ini dapat difokuskan pada satu individu, individu tersebut tentu akan terpilih; tetapi sejauh ini belum ada sentimen semacam itu yang merasuki jajaran Oposisi. Tidak ada insentif bagi pendukung White maupun pendukung Harrison untuk menyerahkan kandidat favorit mereka, dan saya sangat meragukan hal itu akan terjadi; jika tidak, Martin Van Buren akan menjadi Presiden. Pernyataan ini merupakan hasil dari banyak penelitian dan refleksi. Memang, benturan di antara para penentang kandidat ini mungkin masih dapat diperbaiki. harapannya saat ini, sebelum para elektor dipilih’.
 

Nama Martin van Buren tidak hanya semakin mengerucut dalam pemilihan presiden Amerika yang akan datang, juga namanya semakin banyak dibicarakan di Eropa terutama di Prancis, tentu saja di tanah leluhurnya di Belanda. Bagi Prancis sangatlah menarik untuk memperhatikan karir Martin van Buren ini. Boleh jadi itu, karena Martin van Buren bukan keturunan Inggris yang selama ini selalu menghiasi wajah presiden Amerika. Sebagaimana diketahui, selama ini selalu saja ada sentiment satu sama lain antara orang Prancis dengan orang Inggris.

 

Pada tahun 1795 Prancis (Napoleon) menduduki Belanda. Hindia Timur khususnya di Jawa yang berada di bawah kekuasaan VOC/Belanda, kemudian jatuh berada di bawah bayang-bayang Prancis. Saat inilah kemudian VOC melemah yang kemudian dinyatakan bangkrut pada tahun 1799. Kerajaan Belanda di bawah pengaruh Prancis mengakuisisi semua property VOC yang selanjutnya dibentuk Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1800. Pada masa Gubernur Jenderal Daendels, Jawa jatuh ke tangan Inggris pada tahun 1811. Orang-orang Belanda di Jawa kemudian dievakuasi kapal-kapal Amerika ke Eropa. Namun setelah kekalahan Prancis dari Inggris, Pemerintah Hindia Belanda kembali dipulihkan pada tahun 1816. Sejak ini hubungan antara Belanda dan Inggris semakin mesra. Hubungan mesra inilah yang diduga juga mewarnai hubungan antara orang-orang keturunan Belanda dan orang-orang keturunan Inggris di Amerika Serikat. Dalam konteks inilah diduga mengapa orang-orang Prancis di Eropa maupun di Canada terus memperhatikan karir Martin van Buren. Catatan: kapal-kapal Amerika sejak kemerdekaan Amerika (1776) sudah banyak yang bolak-balik antara Batavia dengan Boston, Philadelphia. 

Seorang jurnalis Prancis menulis profil Martin van Buren yang dimuat dalam surat kabar Prancis Journal de La Haye edisi 14-12-1836. Disebutkan Martin Van Buren lahir di Kinderhoek, sebuah kota kecil di tepi North Ripper, sekitar dua puluh mil di bawah Albany, pada tanggal 5 Desember 1782. Ia adalah anak tertua dari lima bersaudara, yang semuanya masih hidup; dan ayahnya, Abraham Van Buren, asal Belanda, baru saja meninggal beberapa tahun sebelumnya.


Martin Van Buren memulai studi hukum pada usia empat belas tahun di bawah bimbingan François Sylvester, seorang pengacara; karena ia belum menerima gelar akademis, ia diwajibkan bekerja selama tujuh tahun di bawah perintah seorang praktisi: ini adalah aturan pada saat itu. Setelah menghabiskan enam tahun dengan Sylvester, Van Buren muda menyelesaikan studinya dengan Van Ness, seorang pengacara terkemuka dari New York; dan pada tahun 1803, segera setelah ia mencapai usia 21 tahun, ia diterima menjadi pengacara di Mahkamah Agung. Merupakan kebiasaan bagi mahasiswa hukum, selama tahun-tahun terakhir masa studi mereka, untuk mengajukan pembelaan di hadapan pengadilan yang lebih rendah (Pengadilan Kehakiman); sehingga Martin Van Buren memiliki lebih dari sekali kesempatan untuk menguji kemampuannya. Ia diyakinkan bahwa, sebelum berusia enam belas tahun, ia menangani kasus yang sangat penting melawan salah satu pengacara paling terkenal di kota itu, dan bahwa ia beruntung menang. Ia begitu kecil sehingga ia terpaksa turun dari meja untuk berbicara kepada para juri. Sejak itu, ia tidak bertumbuh; ia hampir tidak terlihat ketika memimpin Senat; wajahnya yang kecil dan bulat, dahinya yang botak, seluruh tubuhnya yang lemah menghilang di balik kursi yang sangat besar. Sejak tahun-tahun pertama magangnya, Martin Van-Buren mulai berperan aktif dalam urusan politik. Ia selalu menghadiri pertemuan-pertemuan Partai Demokrat, dan sering ditugaskan untuk menyusun resolusi dan pidato. Pada usia delapan belas tahun, ia dikirim oleh Partai Republik di kota asalnya ke sebuah konvensi delegasi, yang diselenggarakan untuk mencalonkan kandidat legislatif negara bagian. Demikianlah awal karier Martin Van Buren, baik sebagai pengacara maupun politisi. Pendidikannya masih jauh dari sempurna; ia kurang menguasai bahasa-bahasa ilmiah, apalagi bahasa-bahasa yang digunakan di Eropa saat ini; ilmu fisika dan moral hampir tidak dikenalnya. Namun, di sisi lain, ia telah dengan cermat mengembangkan seni berbicara dan mekanisme bisnis, sehingga bahkan kekurangan pendidikannya pada akhirnya bermanfaat baginya: ia tidak menyia-nyiakan waktunya untuk studi yang mungkin tidak banyak bermanfaat baginya. Pada saat Martin Van Buren memulai kariernya sebagai pengacara, pemerintahan Union telah jatuh ke tangan Partai Demokrat setelah perjuangan panjang; tetapi kemungkinan besar kekuasaannya tidak akan bertahan lama. Di negara bagian New York, dan khususnya di Columbia County, Partai Federal telah lama memegang kendali kekuasaan. Para pemilik tanah kaya Kinderhoek, berdasarkan hak prerogatif, memiliki pengaruh yang hampir sama kuatnya dengan pengaruh para penguasa feodal di dunia lama terhadap para petani dan emigran baru mereka. Sebagian besar keluarga ini adalah kaum federalis, dan memang seharusnya demikian, dan memandang dengan penuh iri setiap upaya yang dapat dilakukan untuk memperluas hak-hak rakyat; terutama mereka menunjukkan permusuhan yang tak tergoyahkan terhadap para pejuang demokrasi. Namun, energi dan bakat yang ditunjukkan Martin Van Buren, yang masih sangat muda, menarik perhatian mereka; mereka ingin mengikatnya ke partai mereka. Terkadang mereka memuji keunggulan pribadinya. Hasilnya akan berpihak padanya. Terkadang mereka melukiskan masa depan partai yang telah ia rangkul dengan warna-warna paling gelap. Semua sia-sia: pemuda itu tetap teguh pada keyakinan politik ayahnya, yang merupakan pemimpin revolusi dan seorang anti-federalis tahun 1788, salah satu pendukung tertua Jefferson. Namun, dengan menyerah untuk memenangkan hatinya, lawan-lawan politiknya tidak percaya mereka akan membiarkannya menjalankan sistemnya dengan damai. Reputasinya diserang, pribadinya dicemooh; prinsip-prinsipnya dinyatakan buruk, kejujurannya dipertanyakan, dan bahkan prinsip-prinsipnya direndahkan oleh mereka yang sebelumnya menjunjung tingginya. Singkatnya, Martin Van Buren, sejak awal kariernya, terpapar pada serangan-serangan yang terus-menerus dan ganas yang masih menyerangnya hingga saat ini. Perjuangan ini memberi lebih banyak ruang lingkup dan semangat bagi anugerah yang ia terima dari alam; dan pada tahun 1812, pada saat invasi Inggris, ia terpilih sebagai anggota senat provinsi: dari periode inilah kehidupan politiknya benar-benar berawal. Van Buren, meskipun saat itu merupakan anggota oposisi yang menghadapi bahaya yang mengancam, berpihak, dengan dukungan besar dari rekan-rekan politiknya, di bawah bendera Union, dan atas usulannya, Senat mengizinkan Gubernur New York untuk menempatkan seribu orang selama dua tahun di bawah kendali kekuasaan eksekutif. Setelah perdamaian, jabatan Jaksa Agung New York dianugerahkan kepadanya secara aklamasi. Dalam kapasitas ini, ia menyampaikan beberapa pidato yang sangat luar biasa, salah satunya, pidato yang menentang hukuman penjara karena utang. Diberkahi dengan pemahaman yang luas, kebijaksanaan yang halus, dan penilaian yang baik, tak seorang pun yang lebih cocok daripada Martin Van Buren untuk membahas beragam pertanyaan hukum dan fakta yang rumit yang sering muncul di pengadilan tinggi. Bakat dan kecerdasan yang telah ia buktikan selama menjalankan tugasnya, beberapa tahun kemudian mengangkatnya ke jabatan penting sebagai Gubernur Negara Bagian New York. Jenderal Jackson, setelah naik ke kursi kepresidenan, ingin dikelilingi oleh orang-orang cakap yang setia pada prinsip-prinsipnya, memanggil Gubernur New York dan mengangkatnya sebagai Menteri Luar Negeri. Namun setahun kemudian, sebagai hasil dari beberapa diskusi di kabinet, Martin Van Buren ditunjuk dengan kepentingan republik di Inggris, dan, pada saat pencalonan kedua Jenderal Jackson sebagai presiden, nama Van Buren muncul di bawah pelindung dan sahabatnya. Dia terpilih sebagai wakil presiden dengan mayoritas besar. Begitulah orang-orang yang saat ini menarik perhatian publik kepada diri mereka sendiri dan yang membahas dua kepentingan besar yang memecah belah Serikat.

Akhirnya Martin Van Buren terpilih sebagai Presiden Amerika (lihat Nederlandsche staatscourant, 07-01-1837). Disebutkan pemilihan Martin van Buren sebagai Presiden Amerika Serikat, setelah pengunduran diri Jenderal Jackson, selesai sepenuhnya pada tanggal 6 Desember. Meski demikian, intrik-intrik terus bergema sebelum pelantikan Martin Van Buren yang akan dijadwalkan pada 4 Maret 1837.


Nederlandsche staatscourant, 12-01-1837: ‘Menurut surat kabar Amerika Utara, yang terbit hingga 9 Desember, ketakutan yang cukup besar mulai melanda Negara Bagian Selatan Persemakmuran bahwa Martin Van Buren, setelah menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, akan mengingkari janjinya untuk tidak melakukan apa pun terhadap perbudakan orang Negro. Sebuah surat kabar dari Richmond, Virginia, dengan nada getir menegaskan bahwa, setelah kemenangan Van Buren, isu perbudakan akan kembali diangkat dengan tegas, dan bahwa proses Kongres akan segera mengungkapkan bahwa penentang perbudakan di majelis itu jauh lebih banyak dan lebih kuat daripada yang diyakini oleh orang Selatan yang baik hati, riang, dan tertipu. Gubernur Carolina Selatan bahkan bertindak lebih jauh lagi. Dalam pesan yang ia sampaikan kepada Badan Legislatif Negara Bagian tersebut pada tanggal 1 Desember, ia tidak menyembunyikan ketidakpercayaannya terhadap Presiden masa depan, dan mendesak dikeluarkannya sebuah deklarasi yang menyatakan bahwa Carolina Selatan dan semua Negara Bagian lain tempat budak-budak Negro ditahan akan menganggap diri mereka terbebas dari segala kewajiban konstitusional dan moral untuk terus berpartisipasi dalam Aliansi Amerika Utara segera setelah Kongres menghapuskan perbudakan di bagian mana pun di Republik. Kedengarannya aneh bahwa pesan yang sama mendesak pendirian sekolah-sekolah, "agar kaum muda [yaitu, kaum muda kulit putih] dapat sejak dini menyerap prinsip-prinsip cinta kebebasan." Menurut laporan terbaru dari Texas, pemerintahan negara bagian yang baru dibentuk yang memisahkan diri dari Meksiko kini telah dengan tegas menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan Persemakmuran Amerika Utara, dengan satu-satunya syarat bahwa Kongres tidak pernah memberlakukan apa pun yang melarang orang Texas yang menahan budak. Jika tawaran ini tidak diterima di Washington pada tanggal 4 Maret 1837, Texas pasti telah mendeklarasikan kemerdekaan. Sebuah Majelis Legislatif kini telah bersidang di wilayah itu, yang dibuka oleh Presiden dengan pidato yang penuh gerutuan, di akhir pidatonya ia menghunus pedangnya untuk meneguhkan pernyataan kesediaannya untuk menumpahkan tetes darah terakhir dalam perjuangan melawan orang-orang Meksiko’. 

Tunggu deskripsi lengkapnya

M van Buren Presiden Amerika, W van Outhoorn Gubernur Jenderal Hindia Timur: Hubungan Antara Amerika Serikat dan Indonesia

New York dan Jakarta, pada masa lalu dapat dikatakan sebagai kota kembar. Mengapa? Ini bermula dengan ekspedisi pertama Belanda dimulai pada tahun 1595 yang dipimpin Cornelis de Houtman. Pada bulan Juni 1596 tiba di Banten dan kemudian menyusul di Sonda Klapa. Sejak itu ekspedisi-ekspedisi Belanda ke Hindia Timur terus berlanjut hingga tahun 1605 Adminral an Hugen menaklukkan Portugis di Amboina. Kekuatan pelayaran Belanda di Hindia lambat laun semakin menguat sehingga Jan Pieter Joon Coen merasa perlu memindahkan pos perdagangan utama di Amboina ke Sonda Klapa (1618).


Setelah terbentuk hubungan kerjasama Belanda dengan Kerajaan Jakarta, pada tahun 1618 Jan Pieter Joon Coen membangun benteng di pulau Ontong Jawa (Fort Amsterdam), sedikit di hilir muara sungai Tangerang/Tjisadane. Gunanya untuk membentengi kerajaan Jakarta dari ancaman Kesultanan Banten. Upaya Banten untuk merebut kerajaan Jakarta, Jan Pieter Joon Coen mendahuluinya. Perjanjian baru dibuat. Pada tahun 1619 Belanda/VOC membangun benteng baru di hilir Soenda Klapa di sisi timur muara sungai Tjiliwong. Benteng ini kemudian disebut Kasteel Batavia.

Sukses VOC di Hindia Timur dengan membangun benteng Batavia memicu semangat Belanda untuk mendirikan Perusahaan Hindia Barat Belanda (Geoctrooieerde Westindische Compagnie -GWC) pada tahun 1621. GWC mulai membangun pemukiman permanen pertama mereka di Amerika Utara pada tahun 1624 dengan mendirikan koloni di pantai timur Amerika yang disebut Nieuw Netherland. Lalu pada tahun 1626, Peter Minuit membeli pulau Manhattan dari penduduk asli dan memulai pembangunan Fort Amsterdam untuk melindungi Nieuw Netherland (kini kota New York).

 

Dua kota utama pos perdagangan Belanda sudah terbentuk, satu di timur di Hindia (Batavia) dan satu di barat di Amerika (Nieuw Netherland). Batavia kini lebih dikenal Jakarta dan Nieuw Netherland kini lebih dikenal New York. Oleh karena itu Jakarta dan New York sejatinya dapat dikatakan kota kembar yang lahir pada masa yang sama.

Setelah Kasteel Batavia tahan uji (terutama setelah serangan Mataram tahun 1628), VOC di Hindia Timur semakin kuat. VOC kemudian berhasil mengusir Portugis dari Malaka dan Kamboja pada tahun 1641.Tamat sudah Portugis di Hindia Timur (hanya tersisa secuil di pulau Timor). Pada tahun 1657 VOC mengusir Spanyol dari perairan utara Maluku Utara dan semenanjung Manado dengan membangun benteng Amsterdam di muara sungai Tondano (cikal bakal kota Manado yang sekarang).


Sukses VOC mengusir Portugis dari Malaka (1641) menyebabkan navigasi pelayaran perdagangan Atjeh terdesak ke bagian utara (menjadi hanya di seputar wilayahnya di ujuang bagian utara Sumatra). Dalam konteks inilah kemudian pada taghun 1663 muncul inisiatif para pemimpin lokal di pantai barat Sumatra meminta kerja sama dengan VOC (di Batavia) untuk mengusir pengaruh (perdagangan) Atjeh di pantai barat Sumatra. Gayung bersambut. Boleh jadi karena VOC merasa masih ada utang terhadap Atjeh ketika pada tahun 1601 Cornelis de Houtman terbunuh di Atjeh. Lalu VOC mengirim ekspedisi militer ke pantai barat Sumatra dan pada tahun 1665 berhasil mengusir Atjeh. Lalu benteng-benteng VOC dibangun di Padang dan Pariaman (1665). Seperti kita lihat nanti, VOC membangun benteng di Baroes dan Singkel pada tahun 1668.

Sementara itu, pada tahun 1667 diadakan perjanjian di Breda antara pihak Belanda dan pihak Inggris. Berdasarkan Perdamaian Breda, yang disepakati pada tahun 1667, wilayah Nieuw Netherland di pantai timur Amerika diserahkan kepada Inggris. Ini menandai semakin melemahnya Belanda di pantai timur Amerika, sebaliknya Belanda semakin menguat di di Hindia Timur.

 

Dengan disudutkannya Atjeh ke bagian ujung Sumatra, musuh VOC yang potensial hanya tersisa Kerajaan Gowa. Sebagaimana persaingan antara Inggris dan Belanda di pantai timur Amerika, pada fase inilah masuk Inggris ke Banten dan Atjeh. Akhirnya VOC berhasil menaklukkan Gowa pada tahun 1669. Satu yang masih tersisa kekuatan pelayaran perdagangan di Hindia Timur adalah Banten (plus Atjeh) namun sudah mulai dipagari oleh Inggris.

Pada tahun 1682 terjadi perselisihan di internal Kesultanan Banten. Sang anak (putra mahkota) melirik dukungan VOC di Batavia untuk mengusir pengaruh Inggris di Banten yang selama ini mendukung sang ayah. Kapten Jonker yang dikirim ke Banten gagal. Gubernur Jenderal Hindia Timur mengirim Majoor St Martin ke Banten. St Martin pada tahun 1684 berhasil meredakan situasi di Banten (Inggris lalu gigit jari). Saat inilah muncul nama Willem van Outhoorn.


Willem van Outhoorn (atau disebut Oudthoorn) lahir pada 4 Mei 1635 di wilayah bernama Larike yang saat ini terletak di Pulau Ambon. Ayahnya adalah pegawai VOC yang menjabat sebagai koopman atau pengepul disana. Ia dikirim ke negara asalnya Belanda untuk belajar ilmu hukum di Universitas Leiden, dan lulus pada 28 November 1657. Pada tahun 1659 van Outhoorn kembali ke Hindia Belanda, bekerja sebagai onderkoopman (asisten pengepul). Pada tahun 1662, ia diangkat menjadi anggota Dewan Keadilan (Raad van Justitie) di Batavia. Pada tahun 1672, ia bekerja sebagai kurator jenderal (ontvanger-generaal), dan pada tahun 1673 dilantik menjadi wakil presiden Dewan Keadilan. Pada tahun 1678 ia menerima perintah untuk melaksanakan misi ke Bantam dan menjadi anggota Dewan Hindia. Dia menjabat sebagai konsul penuh dan dikuatkan oleh nota kesepahaman pada tahun 1681. Ia menjadi presiden Dewan Keadilan pada tahun 1682. Ia juga menjabat sebagai Kepala Sekolah Heemraden (College van Heemraden).

Setelah Inggris mati langkah di Hindi Timur, VOC memperkuat pertahanan di Sumatra. Pada tahun 1684 Gubernur Malaka mengirim satu ekspedisi ke pedalaman Sumatra di Minangkabau yang dipimpin Thomas Diaz. Sejak itu Inggris meakin melemah di Sumatra, namun Inggris semakin menguat di India. Sementara itu Inggris sulit masuk di Atjeh karena pengaruh Turki cukup kuat. Oleh karena itu Atjeh seakan menjadi terisolasi antara Belanda di selatan/timur dan Inggris di bagian utara/barat. Pada fase inilah Willem van Outhoorn kelahiran Ambon diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Timur.   


Pada 17 Desember 1690 van Outhoorn menerima perintah penunjukan sebagai Gubernur Jenderal Hindia Timur untuk menggantikan Johannes Camphuys yang mengundurkan diri. Ia memulai jabatan ini pada 24 September 1691. Masa Jabatannya tidak ditandai dengan peristiwa penting. Namun pada saat ia hampir mengundurkan diri, Sultan Mataram Amangkurat II meninggal dunia dan VOC tidak mengakui putranya sebagai pewaris takhta. Setelah itu pecahlah perang panjang saat itu. Dalam masa pemerintahannya, banyak usaha yang dilakukan untuk mempertahankan produksi kopi di Jawa. Awalnya panen kopi ini mengalami kegagalan karena adanya bencana banjir namun pada panen tahun selanjutnya mengalami sukses besar. Setelah sepuluh tahun memangku jabatan, Penguasa Tujuh Belas Provinsi Bersatu, Heren XVII mengabulkan permintaannya untuk berhenti dengan hormat dari tugasnya. Namun, pengabulan permintaan pengunduran diri tersebut diteken pada 15 Agustus 1704 sebelum van Outhoorn dapat menyelesaikan segala macam permasalahan mengenai jabatan Gubernur Jenderal kepada penggantinya Johan van Hoorn, yang juga menantunya.

Selama Willem van Outhoorn menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Timur (1691-1704) perhatian VOC lebih terkonsentrasi di Jawa. Sementara itu di Sumatra agak sedikit terabaikan sehingga Inggris memanfaatkan situasi dan kondisi yang lalu kemudian berhasil membuat koloni di wilayah Bengkulu (wilayah yang selama ini jauh dari jangkauan Banten dan Atjeh). Pada tahun 1714 Inggris membangun benteng Marlborogh di Bengkoelen.


Kehadiran Inggris di pantai barat Sumatra telah memicu Prancis untuk turut memperebutkan koloni. Pada tahun 1761 skuadron Prancis menempati Air Bangis (lihat Leydse courant, 26-06-1761). Sebelumnya, tahun 1760 Inggris mengambil pelabuhan Natal dari Perancis. Lalu kemudian pelabuhan Natal ini diduduki oleh 40 Eropa dan 60 orang pribumi. Pada tahun 1764 Air Bangis direbut dan dijadikan sebagai post perdangangan VOC. Tampaknya Prancis tidak beruntung di pantai barat Sumatra, hanya bisa sukses di Indochina. Setelah sukses di Natal, Inggris merebut Tapanoeli. Belanda di Air Bangis hanya sampai pada tahun 1774 karena sudah diusir Inggris. Praktis Belanda hanya tersisa di Pariaman, Padang, Indrapoera. Pada fase inilah James Scott, orang Inggris melakukan ekspedisi di Pasifik hingga pantai timur Australia. Pada tahun 1774 James Scott menerbitkan laporan ekspedisinya, yang didalamnya Scott merekomendasi agar (pantai timur) Australia dijadikan Inggris sebagai koloni baru. Mengapa? Inggris tengah terancam di Amerika. Seperti disebut di atas pada tahun 1776 Amerika menyatakan kemerdekaannya.

Tampaknya rekomendasi Scott direalisasikan pemerinta Kerajaan Inggris. Perdana Menteri Inggris kemudian pada tahun 1779 mengirim orang-orang tahanan ke Australia sebagai pendahulu koloni Inggris. VOC/Belanda yang berbasis di Batavia yang selama ini menganggap Australia sebagai wilayah perdagangannya, gigit jari, merasa Inggris merampas hak mereka di Australia. Tidak ada perjanjian damai yang dilakukan antara Inggris dan Belanda sebagaimana dulu tahun 1667 tentang penyerahan wilayah New York.


Seiring dengan pembukaan koloni baru di pantai timur Australia (Fort Jackson/Sydney), skuadron Inggris yang bermarkas di Madras direlokasi ke Bengkoelen pada tahun 1779. Inggris yang berbasis di Calcutta (India), tampaknya tidak hanya ingin mengamankan koloni baru di Australia (setelah Amerika lepas), tetapi juga Inggris ingin mengusir sepenuhnya VOC dari pantai barat Sumatra. Terbukti pada tahun 1781 Inggris telah menempatkan seorang residen mereka di Padang. Tamat sudah VOC di pantai barat Sumatra. Ruang gerak Inggris menjadi sermakin bebas antara India dengan Australia melalui pantai barat Sumatra. Posisi VOC di Jawa tengah dalam bayang-bayang ancaman.

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar