Laman

Selasa, 31 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (624): Semua Orang di Indonesia adalah Indonesia, Semua Orang di Malaysia Sebut Melayu; Mengapa?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada masa kini, penduduk dari etnik Indonesia seperti Minangkabau, Angkola Mandailing, Banjar, Bugis dan Jawa serta Banjar, bagi Orang Indonesia tidak keberatan dianggap sebagai Orang Melayu, Namun semua orang Indonesia dianggap Melayu oleh Orang Malayu Malaysia tentulah mengundang reaksi. Fakta bahwa orang Jawa, orang Batak termasuk Angkola Mandailing jelas bukan orang Melayu. Sebab di Indonesia, meski berbeda-beda etnik mengakui sebagai Orang Indonesia. Dalam hal ini semua orang di Indonesia adalah Orang Indonesia, sebaliknya semua orang pribumi (di luar Cina, India dll) di Malaysia adalah Oranng Melayu. Mengapa begitu?

Masyarakat Melayu Malaysia adalah salah satu komponen dari bangsa Malaysia. Kebanyakan adalah penduduk setempat yang telah menghuni wilayah Semenanjung Tanah Melayu dan Pulau Borneo bagian barat laut. Masyarakat Melayu di Malaysia kebanyakan adalah sama dengan masyarakat Melayu yang berdiam di beberapa wilayah Indonesia, meskipun di beberapa wilayah merupakan kelompok tersendiri (misalnya di Sarawak, Sabah, Kedah, Terengganu atau Kelantan). Meskipun demikian, Undang-undang Dasar Malaysia memiliki batasan tersendiri mengenai kemelayuan di negara itu. Definisi Melayu adalah sebagai penduduk peribumi yang bertutur dalam bahasa Melayu, beragama Islam, dan yang menjalani tradisi dan adat-istiadat Melayu. Di Malaysia, penduduk pribumi dari keturunan suku-suku di Indonesia, seperti Minangkabau, Aceh, Bugis, Mandailing, Banjar, atau Jawa yang bertutur dalam bahasa Melayu, beragama Islam dan mengikuti adat-istiadat Melayu, semuanya dianggap sebagai orang Melayu (Anak Dagang) selain daripada Melayu Anak Jati yang berasal daripada Tanah Melayu itu sendiri. Bahkan orang bukan pribumi yang berkawin dengan orang Melayu dan memeluk agama Islam juga diterima sebagai orang Melayu. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah semua orang di Indonesia adalah Orang Indonesia, sebaliknya semua orang pribumi (di luar Cina, India dll) di Malaysia adalah Oranng Melayu? Seperti disebut di atas, sikap dan kebijakan pemerintah di Malaysia dan di Indonesia berbeda soal perihal kebangsaan. Lalu bagaimana sejarah semua orang di Indonesia adalah Orang Indonesia, sebaliknya semua orang pribumi (di luar Cina, India dll) di Malaysia adalah Oranng Melayu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah Menjadi Indonesia (623): Kedah di Semenanjung Malaya; Daya Pencarian Situs Zaman Kuno Era Semenanjung Chersonesus

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah Kedah, khususunyta Keah zaman kuno (Kedah Tua) sudah banyak ditulis. Dengan mengacu pada tulisan-tulisan itu, dalam artikel ini, dihubungkan dengan peta zaman kuno Ptolomeus abad ke-2. Peta zaman kuno itu disebut semenanjung Aurea Chersonesus. Sejumlah ahli telah meyakini peta semenanjung itu kini adalah Semenanjung Malaya (negara Malaysia).

Kerajaan Kedah Tua merupakan salah satu kerajaan awal terkenal yang terletak di Semenanjung Tanah Melayu. Ia juga dikenali sebagai Kataha, Kadaram, Sai, Kalah, Kalah Bar dan Kalagram. Menurut catatan I-Tsing (Yijing, 635-715, sami di Dinasti Tang) dari negara China, Kedah Tua juga disebut sebagai Cheh-Cha / Chiecha dalam rekod Cina). Kerajaan Kedah Tua diasaskan pada abad ke 2. Pada peringkat awal, Sungai Mas merupakan pelabuhan utama tetapi kemudian dipindah ke Lembah Bujang. Masyarakat Kedah Tua menghasilkan barang perdagangan seperti rotan, damar, kayu cendana dan gading gajah. Kedah Tua dipengaruhi oleh agama Buddha dan seterusnya diikuti oleh agama Hindu, pengaruh Hindu-Buddha ini boleh dibuktikan melalui peninggalan candi yang terletak di Lembah Bujang. Gunung Jerai telah menjadi petunjuk atau panduan kepada pedagang luar untuk singgah di pelabuhan Lembah Bujang ataupun di Sungai Mas. Pelabuhan Kedah Tua telah menjadi tempat penukaran barang, tempat persinggahan dan tempat membaiki kapal pelayar dan pedagang dari Arab, India, Sri Lanka, Parsi dan Eropah sebelum mereka meneruskan perjalanan mereka ke Timur. Ia juga menjadi pusat perdagangan pelbagai hasil tempatan yang dikumpul oleh penduduk tempatan seperti bijih timah, emas, beras, lada hitam, gading, damar, rotan, tanduk dan sebagainya. Walaupun ia adalah sebuah kerajaan samudera tetapi juga menjadi pengeluar padi terkenal kerana dikurniakan tanah pamah yang rata dan luas. Kerajaan Kedah Tua mencapai zaman kegemilangan semasa pemerintahan Sultan al-Mutawakil (847-861). Ini dapat dibuktikan melalui penemuan wang perak pada zaman Sultan, manik yang dibawa dari negara India dan barangan kaca dari Timur Tengah. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Kedah di Semenanjung Malaya yang dapat dihubungkan dengan upaya pencarian situs zaman kuno era semenanjung Aurea Chersonesus? Seperti disebut di atas, banyak ahli yang menyatakan Kedah adalah pusat peradaban awal di Semenanjung dengan berdeirinya kerajaan tua di kawasan. Lalu bagaimana sejarah Kedah di Semenanjung Malaya yang dapat dihubungkan dengan upaya pencarian situs zaman kuno era semenanjung Aurea Chersonesus? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 30 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (622): Ras Rasial dan Rasialisme Sejak Era Hindia Belanda; Suku Agama Ras Antar Golongan (SARA)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Praktek rasial itu tetap hidup sepanjang masa bahkan hingga ini hari. Di satu sisi makna rasial terus bergeser di sisi lain para pendukung anti rasis telah berhasil menekan jumlah orang-orang rasis. Praktek rasial mengemukan sejak kehadiran orang Eropa di Hindia. Praktek rasial ini melekat lekat pada orang Belanda (agak berbeda dengan orang Portugis). Kerjasama orang Belanda dengan semua kerajaan/kesultanan penyakit menular ini berjangkit diantara orang kraton. Lalu muncul gerakan anti rasial. Orang-orang Belanda melawan perbudakan (praktek rasial diantara penduduk) tetapi orang Belanda masih membedakan dirinya dengan orang pribumi dalam berbagai aspek.

Rasialisme adalah suatu penekanan pada ras atau pertimbangan rasial. Kadang istilah ini merujuk pada suatu kepercayaan adanya dan pentingnya kategori rasial. Dalam ideologi separatis rasial, istilah ini digunakan untuk menekankan perbedaan sosial dan budaya antar ras. Walaupun istilah ini kadang digunakan sebagai kontras dari rasisme, istilah ini dapat juga digunakan sebagai sinonim rasisme. Penganut paham rasialisme, yang sering disebut rasialis, sering mengutip karya akademik kontroversial seperti Race, Evolution and Behavior karya J. Philippe Rushton, IQ and the Wealth of Nations karya Richard Lynn, serta The Bell Curve karya R.J. Herrnstein dan Charles Murray. Jika istilah rasisme umumnya merujuk pada sifat individu dan diskriminasi institusional, rasialisme biasanya merujuk pada suatu gerakan sosial atau politik yang mendukung teori rasisme. Pendukung rasialisme menyatakan bahwa rasisme melambangkan supremasi rasial dan karenanya memiliki maksud buruk, sedangkan rasialisme menunjukkan suatu ketertarikan kuat pada isu-isu ras tanpa konotasi-konotasi tersebut. Para rasialis menyatakan bahwa fokus mereka adalah pada kebanggaan ras, identitas politik, atau segregasi rasial. Organisasi seperti NAAWP (National Association for the Advancement of White People) di Amerika Serikat, berkeras mengenai perbedaan tersebut, dan mengklaim bahwa mereka justru menentang segala bentuk rasisme. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah ras, rasial dan rasialisme di Indonesia sejak era Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, praktek rasial itu tetap eksis dalam kadar yang berbeda-beda hingga ini hari. Lalu bagaimana sejarah ras, rasial dan rasialisme di Indonesia sejak era Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah Menjadi Indonesia (621): Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-en Volkenkunde; Kon.Ins.voor Taal, Land en Volken.(KITLV)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) adalah lembaga (kerajaan) Belanda yang dibentuk sejak era Hindia Belanda. KITLV ini masih eksis hingga ini hari. Lembaga ini pada era Republik Indonesia dibuka cabangnya di Jakarta (tetapi kini telah ditutup). Dalam hal ini apa keutamaan KITLV? Yang jelas nama lembaga ini bersamaan dengan terbitnya jurnal/majalah yang diterbitkan di Hindia Belanda yang diberi nama Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-en Volkenkunde.

 

Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Indonesia: "Lembaga Ilmu Bahasa, Negara dan Antropologi Kerajaan Belanda" dan Inggris: Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) atau sering disingkat KITLV adalah sebuah lembaga ilmiah yang didirikan pada tahun 1851. Tujuan utamanya ialah penelitian ilmu antropologi, ilmu bahasa, ilmu sosial, dan ilmu sejarah wilayah Asia Tenggara, Oseania dan Karibia. Wilayah-wilayah ini merupakan wilayah penelitian sebab di terletak bekas jajahan Belanda dan juga wilayah Kerajaan Belanda yaitu Indonesia, Suriname, Antillen Belanda, dan Aruba. Perpustakaan KITLV di Leiden, Belanda memiliki koleksi lengkap buku-buku, naskah-naskah manuskrip, dan bentuk dokumentasi lainnya. Majalah terkenal yang diterbitkan oleh KITLV adalah Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde. Jurnal ilmiah ini menerbitkan artikel-artikel tentang pengetahuan bahasa, antropologi dan geografi, terutamanya tentang Indonesia modern, dan sudah diterbitkan 161 tahun. Walaupun judul majalah itu dalam bahasa Belanda, kebanyakan artikel dikarang dalam bahasa internasional yaitu bahasa Inggris sekarang. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah jurnal/majalah Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-en Volkenkunde dan Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde? Seperti disebut di atas, keduanya lahir relatif bersamaan. Lalu bagaimana sejarah jurnal/majalah Tijdschrift voor Indische Taal-, Land-en Volkenkunde dan Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Minggu, 29 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (620): Semenanjung Chersonesus dan Pulau Taprobana Peta Era Ptolomeus Abad ke-2; Daratan Menyempit dan Kemudian Meluas

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Apakah Teori Sundaland terbukti? Jika tidak terbukti, Teori Sundaland telah membutatan mata kita untuk melihat bentuk yang lain tentang sebaran pulau-pulau di Indonesia. Dalam hal ini Teori Sundaland adalah satu hal. Hal yang lain yang ingin dibuktikan dalam artikel ini adalah Teori Semenanjung Chersonesus dan Teori Pulau Taprobana.

Dalam artikel ini Teori Sundaland ditolak. Sebaliknya dipromosikan Teori Semenanjung Chersonesus dan Teori Pulau Taprobana. Pada artikel lain dalam blog ini telah dibuktikan bahwa dimana posisi pulau Taprobana yang dibicarakan hampir dua ribu tahun sejak era Ptolomeus abad ke-2, sejatinya adalah pulau Kalimantan. Idem dito dengan Teori Pulaiu Taprobana, bahwa Teori Semenanjung Chersonesus masih terus diperdebatkan bahkan hingga ini hari. Seperti pada ertikel sebelum ini telah dideskripsikan bahwa pulau Jawa dan Sumatra pernah bersatu dengan daratan Asia (di wilayah Burma). Dalam artikel ini Teori Semenanjung Chersonesus membuktikan bahwa posisi GPSnya di masa lampau adalah Semenanjung Bangka (sebelum terbentuk Semenanjung Malaya). Teori Semenanjung Bangka telah diuraikan pada artikel lain dalam blog ini.

Lantas bagaimana sejarah Semenanjung Chersonesus pada Era Ptolomeus abad ke-2? Seperti disebut di atas, ada dua peta masa lalu Semenanjung Chersonesu dan Pulau Taprobana masih mendapat perhatian hingga masa ini dimana posisi GPS-nya. Seperti dilihat nanti disimpulkab bahasa Semenanjung Chersonesus adalah Semenanjung Bangka (sebelum terbentuknya Semenanjung Malaya). Lalu bagaimana sejarah Semenanjung Chersonesus pada Era Ptolomeus abad ke-2? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah Menjadi Indonesia (619): Daratan Sumatra dan Pulau Jawa Pernah Bersatu? Situs Gunung Padang dan Situs Sangiran

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada yang berpikir sebelum ini, suatu masa di masa lampau daratan Sumatra bersatu dengan pulau Jawa? Sejauh ini penjelasannya hanya dihubungkan dengan Teori Sundaland. Namun bukan itu yang dimaksud, tetapi yang hanya terhubung antara Sumatra dan Jawa (tidak terhubung dengan Semenanjung dan Borneo). Dalam hal ini Sumatra disebut daratan, karena pulau Sumatra terhubung dengan daratan Asia. Dalam konteks daratan (Semenanjung) Sumatra inilah pulau Jawa dan pulau Sumatra pernah bersatu di masa lampau.

Faktor-faktor yang dianggap menjadi alasan pulau Sumatra dan pulau Jawa pernah bersatu: (1) Berada di garis cincin api dimana ditemukan gunung aktif; (2) Ditemukan sisa ras negroid di pulau-pulau Andaman dan pulau Jawa; (3) Populasi ras Melayu yang dominan; (4) flora dan fauna yang sama, terutama hewan besar seperti badak, dan banteng, gajah dan harimau sudah punah di Jawa); (5) pengaruh peradaban awal yang merata pada era Hindoe Boedha; (6) Bersentuhan dengan samudra Hindia; (7) aktivitas penduduk yang sangat intens di pedalaman. Dalam hubungan ini, pada masa lampau pulau Jawa terhubung daratan dengan pulau Bali (adanya gajah dan harimau di Bali tempo doeloe).

Lantas bagaimana sejarah daratan Sumatra dan pulau Jawa pernah bersatu? Seperti disebut di atas, banyak faktor yang memiliki pengaruh yang sama diantara dua pulau. Dalam hal ini Sumatra dan Jawa tidak pernah bersatu dengan Semenanjung dan Borneo. Lalu bagaimana sejarah daratan Sumatra dan pulau Jawa pernah bersatu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sabtu, 28 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (618):Kurikulum Pendidikan di Indonesia; Kurikulum Hindia Belanda hingga Era Republik Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia? Siapa yang peduli. Kita hanya mengenal kurukulum pendidikan Indonesia masa kini. Lalu bagaimana kurikulum pendidikan Indonesia di jaman doeloe? Sudah barang tentu kurikulum pendidikan Indonesia terbentuk pada era Pemerintah Hindia Belaanda.

Sejarah Pergantian Kurikulum di Indonesia (Kompas.com). Pemerintah sudah menerapkan berbagai model kurikulum pendidikan Indonesia sejak masa pasca kemerdekaan sampai saat ini. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) meluncurkan Kurikulum Merdeka yang disiapkan untuk tingkat sekolah menengah atas atau umum (SMA/SMU). Kurikulum itu mulai diterapkan pada Tahun Ajaran 2022/2023. Lewat kurikulum ini, siswa SMA (Sekolah Menengah Atas), SMA LB (Luar Biasa), dan Madrasah aliyah (MA), bisa memilih kombinasi mata pelajaran sesuai dengan minatnya. Selain itu, Kurikulum Merdeka tidak akan membuat sekat-sekat penjurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Bahasa yang selama diterapkan kepada para pelajar SMU. Berikut ini paparan singkat mengenai perjalanan dan perubahan kurikulum di Indonesia: 1. Kurikulum 1947 (Rentjana Pelajaran 1947) Kurikulum 1947 dibuat dua tahun setelah proklamasi kemerdekaan. Saat itu Indonesia masih bergolak karena agresi militer Belanda dan Sekutu serta terjadi sejumlah pemberontakan. Awalnya kurikulum itu masih menggunakan istilah Belanda yaitu Leerplan. Di dalam kurikulum itu pemerintah mencoba merancang sistem pembelajaran bagi para pelajar di masa revolusi dengan menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Kurikulum 1947 tidak menekankan pendidikan pikiran, melainkan hanya pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Kurikulum itu baru bisa dilaksanakan pada 1950 setelah Republik Indonesia meneken kesepakatan dengan Kerajaan Belanda yang dikenal dengan Konferensi Meja Bundar pada 2 November 1949 dan mulai berlaku pada 27 Desember 1949. 2. Kurikulum 1952 (Rentjana Pelajaran Terurai 1952); 3. Kurikulum 1964 (Rentjana Pendidikan 1964); 4. Kurikulum 1968; 5. Kurikulum 1975; 6. Kurikulum 1984; 7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999; 8. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004; 9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006; 10. Kurikulum 2013 (K-13).

Lantas bagaimana sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia? Seperti disebut di atas, kurikulum pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diganti. Namun nyaris tidak terinformasikan bagaimana kurikulum pendidikan pada era Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah Menjadi Indonesia (617): Kongres: Kongres Hindia Kongres Pendidikan Kongres Pemuda Kongres Bahasa Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Kongres adalah pertemuan besar para wakil organisasi (politik, sosial, profesi) atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan. Di lingkungan Islam, perhelatan ini menggunakan istilah muktamar. Kongres Bahasa Indonesia adalah kongres yang membicarakan hal Bahasa Indonesia. Disebutkan kongres Bahasa Indonesia pertama diadakan tahun 1938. Belum merdeka tetapi sudah pernah diputusakan dalam Kongres Pemuda 1928. Kongres Bahasa Indonesia yang pertama secara formal bariu diadakan di Medan tahun 1954.

Kongres Bahasa Indonesia adalah pertemuan rutin lima tahunan yang diadakan oleh pemerintah dan praktisi bahasa dan sastra Indonesia untuk membahas Bahasa Indonesia dan perkembangannya. Kongres ini pertama kali diadakan di kota Solo pada tahun 1938. Pada mulanya kongres diadakan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda yang terjadi pada tahun 1928, selanjutnya ajang ini tidak hanya untuk memperingati Sumpah Pemuda tetapi juga untuk membahas perkembangan bahasa dan sastra Indonesia dan rencana pengembangannya.Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah, 25—27 Juni 1938; Kongres Bahasa Indonesia II di Medan, Sumatra Utara, 28 Oktober—2 November 1954; Kongres Bahasa Indonesia III di Jakarta, 28 Oktober—3 November 1978; Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta, 21—26 November 1983; Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta, 27 Oktober—3 November 1988; Kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta, 28 Oktober—2 November 1993; Kongres Bahasa Indonesia VII, Jakarta, 26—30 Oktober 1998; Kongres Bahasa Indonesia VIII, Jakarta, 14—17 Oktober 2003; Kongres Bahasa Indonesia IX, Jakarta, 28 Oktober—1 November 2008; Kongres Bahasa Indonesia X, Jakarta, 28 Oktober—31 Oktober 2013; Kongres Bahasa Indonesia XI, Jakarta, 28—31 Oktober 2018. (Wikipedia)  

Lantas bagaimana sejarah Kongres Bahasa Indonesia? Seperti disebut di atas, Kongres Bahasa Indonesia baru secara formal diadakan pada tahun 1954. Namun sdebelum itu berbagai kongres telah dilaksanakan, termasuk Kongres Pemuda 1928. Lalu bagaimana sejarah Kongres Bahasa Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 27 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (616): Nama Alam Melayu, Raja Laut; Candi Borobudur, Situs Gunung Padang Bagian Alam Melayu?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada artikel sebelumnya, Alam Minangkabau meliputi wilayah penduduk penutur dan budaya Minangkabau khususnya di Sumatra plus Semenanjung (Negeri Sembilan). Dalam sejarah tidak terdapat Alam Batak, Alam Jawa, Alam Sunda dan Alam Bugis. Dalam hal ini kemudian muncul Alam Melayu. Pada masa kini Alam Melayu muncul dari sudut pandang Malaysia (khususnya wilayah Semenanjung) dan jarang atau nyaris tidak ditemukan Alam Melayu dari sudut padang Indonesia (khususnya pantai timur Sumatra dan kepulauan Riau).

Dalam konteks Jawa pada era Hindu-Budha  (Singhasari dan Madjapahit), tidak pernah muncul Alam Jawa. Yang ada adalah kekuasaan di Jawa khususnya Singhasari dan Madjapahit. Pada masa ini muncul terminologi Pamalayu. Terminologi ini hanya diartikan sebagai upaya untuk menaklukkan atau mempersatukan pusat-pusat navigasi pelayaran perdagangan di bawah satu kekuasaan super power. Apakah upaya ini dapat direalisasikan sepenuhnya tidak terinformasikan. Pasca Madjapahit berkembang kekuasaan maritim Demak. Saat Portugis menduduki Malaka, Demak kemudian mencoba melakukan perlawanan atau pertahanan terhadap kemingkinan ekspansi Portugis ke Jawa maupun pulau-pulau lainnya. Namun Demak tidak kuasa menahan Portugis. Selama era Portugis, Jepara yang telah menggantikan Demak hanya terbatas di Jawa hingga Nusantara di Lombok atau Bima. Kekuatan Belanda kemudian berhasil mengusir Portugis, tidak hanya dari Maluku, Nusa Tenggara dan Jawa, juga mengusir Portugis dari Malaka (1641). Lantas sejak kapan muncul Alam Minangkabau dan Alam Melayu?

Lantas bagaimana sejarah nama Alam Melayu? Seperti disebut di atas, terminologi Alam Melayu belum/tidak ditemukan Alam Melayu, yang sudah ada pada era Pemerintah Hindia Belanda adalah Alam Minangkabau. Alam Melayu yang sekarang disebut termasuk wilayah Indonesia termasuk di dalamnya candi Boroboedor dan sirus Gunung Padang..Bagaimana bisa? Lalu bagaimana sejarah Alam Melayu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (615): Alam Minangkabau; Raja Alam di Pagaroejoeng hingga Presiden Sarikat Alam Minangkabau

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada beberapa yang menggunakan nama Alam, seperti Pakoe Alam, Pagar Alam dan Alam Ninangkabau. Apa itu Alam? Suatu kata dalam bahasa Melayu, yang dalam bahasa yang lebih tua disebut Banua. Pakoe Alam adalah nama gelar di Jawa, Pagar Alam nama tempat di Sumatra Selatan. Kata alam dalam pengertian geopolitik di wilayah Minangkabau adalah Alam Minangkabau, suatu kawasan dimana terdapat bahasa dan budaya Minangkabau. Cakupan wilayah geografis itu berbeda dengan wilayah adminstrasi (provinsi) Sumatra Barat yang sekarang.

Dalam laman Wikipedia bahasa Indonesia belum ada yang menulis. Akan tetapi sudah ada yang menulis dalam laman Wikipedia dalam bahasa Minangkabau, sebagai berikut: Alam Minangkabau marupokan konsep wilayah ateh budayo jo adat Minangkabau, manuruik Tambo Minangkabau. Kasadoalahannyo, wilayah ko tadiri ateh daerah darek jo rantau di mano kaduonyo saliang tajalin hubuangan nan indak tapisahkan. Dalam konsep ko indak dapek disamoan antaro wilayah Sumatera Barat kini jo Alam Minangkabau, karano Alam Minangkabau indak hanyo tadiri ateh Sumatera Barat sajo. Alam Minangkabau, kok dibandiangan jo geografi kini, tadiri ateh Sumatera Barat (indak tamasuak Mentawai), barat Riau, barat Jambi, utara Bengkulu, barat Sumatera Utara, barat Aceh, inggo Nagari Sambilan, Malaysia. Namun, bateh-bateh wilayah ko alun sapanuahnyo jaleh sacaro empiris.  

Lantas bagaimana sejarah Alam Minangkabau? Seperti disebut di atas, penggunakan terminologi Alam Minangkabau hanya ada di wilayah Sumatra khususnya di Sumatra Barat. Apa yang dimaksud Alam Minangkabau. Lalu bagaimana sejarah Alam Minangkabau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Kamis, 26 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (614): Nama Jakarta Adalah Nama Perjuangan; Nama Batavia dan Jacatra Bersaing Era Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Nama Jakarta (doloe Belanda menulisnya dengan Jacatra) sejatinya tidsak pernah hilang, Hanya saja tenggelam selama era Belanda sejak VOC. Orang-orang Belanda memperkenalkan nama (baru) Batavia untuk menggantikan nama Jacatra. Namun pada era kebangkitan bangsa, ketika pribumi menulis nama Jakarta, orang Belanda menganggap itu sebagai wujud bagian perlawanan.

Jakarta, ibukota negara kita ini awalnya adalah sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung, tepatnya sekitar 500 tahun silam. Seiring berjalannya waktu, kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan yang ramai yang hingga kini menjadi ibukota Indonesia dengan jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Jakarta mendapat julukan "Kota 1001 Nama" karena banyaknya perubahan nama hinggga 13 kali. Selain nama Sunda Kelapa atau nama Batavia, masih ada nama lain, yakni Jayakarta, Stad Batavia, Gemeente Batavia, Stad Gemeente Batavia, Jakarta Toko Betsu Shi, Pemerintahan Nasional Kota Jakarta, Stad Gemeente Batavia, Kota Praj'a Jakarta, Kota Praja Djakarta Raya. Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya. Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (IDN Times). Namun yang jelas pada intinya hanya nama Jakarta dan Batavia yang umum.

Lantas bagaimana sejarah nama Jakarta? Seperti disebut di atas, Jakarta ditulis oleg orang Belanda sebagai Jacatra. Nama Jakarta/Jacatra tidak pernah hilang hanya saja tenggelam. Jakarta menjadi elemen perjuangan masa kebangkitan bangsa Indonesia. Lalu bagaimana sejarah nama Jakarta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah Menjadi Indonesia (613): Nama Apa Indon? Singkatan dari Nama Indonesia Bagi Orang-Orang Indo/Belanda pada Era Hindia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Singkatan nama Indonesia sebagai Indon tidaklah umum. Namun penyingkatan nama ini pernah terjadi dalam satu masa pada era Pemerintah Hindia Belanda. Nama singkatan Indon dari Indonesia bukan nama perjuangan tetapi nama yang lazim di kalangan orang Belanda untuk membedakan orang Belanda dengan Indonesia yakni orang Indo/Belanda.

Penggunaan awal istilah ini adalah dalam The Encyclopedia Americana oleh Bernard S. Cayne, Robert S Anderson, Sue R Brandt (1829). Setelah Indonesia merdeka, istilah singkat Indon digunakan untuk membedakan dengan istilah Indo yang merujuk India, seperti Indo-Arya, Indo-Eropa, Indo-Iran, dan Indochina. Sebagian media Indonesia menggunakan istilah ini pada tahun 1963 sampai 1982 untuk menyingkat Indonesia. Jauh sebelum itu, pada masa orde lama istilah Indon sering digunakan untuk menyingkat kata Indonesia itu sendiri. Dalam buku BAHASA DAN BUDAJA yang diterbitkan oleh Lembaga Bahasa dan Budaja, Universitas Indonesia (1952) memuat berbagai tulisan dan catatan kaki mengenai penggunaan singkatan Indon yang lazim digunakan untuk menyingkat Indonesia. Munculnya pendefinisian Indon sebagai karakter bangsa Indonesia yang berkonotasi negatif ini berawal melesatnya perkembangan internet di Indonesia pada dekade 2000-an dan anggapan di kalangan nasionalis untuk tidak menyingkat penggunaan Indonesia. Puncaknya pada tahun 2006, Pemerintah Indonesia menentang dan melarang penggunaan istilah Indon baik di dalam maupun luar negeri. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah nama Indon yang berbeda dengan nama Indonesia? Seperti disebut di atas, nama Indon sebagai singkatan nama Indonesia sudah eksis pada era Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah nama Indon? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Rabu, 25 Mei 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (612): Bahasa Melayu Riau Bukan Origin, Lantas Dimana? Asal Bahasa Malaysia vs Bahasa Indonesia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Pada suatu saat ketika bahasa Indonesia menjadi bahasa intrernasional, seluruh dunia akan melihat negara Indonesia sebagai origin. Bukan Malaysia, bukan Brunai, bukan Singapoera maupun Filipina dan Thailand. Jelas dalam hal ini bahasa Indonesia berakar pada bahasa Melayu tetapi nama masa depannya menjadi Bahasa Indonesia. Lalu jika mundur ke belakaang, lalu dimana origin bahasa Melayu? Apakah di Riau? Di Semenanjung? Di pantai timur Sumatra? Atau di Taiwan?

Ragam Bahasa Daerah di Riau, Tak Hanya Melayu (lihat Nikita Rosa – detikEdu Senin, 17 Jan 2022). Salah satu bahasa daerah di Riau yakni bahasa Melayu Riau yang memiliki beberapa dialek berdasarkan geografis. Dialek bahasa Melayu Riau dapat dibagi menjadi dua bagian yakni yang dipakai penduduk di daerah Riau daratan dan kepulauan Riau. Bahasa Melayu yang dituturkan di daerah Riau daratan terdiri atas satu dialek yaitu dialek Pesisir. Sementara wilayah kepulauan (kini provinsi Kepulauan Riau) mencapai 24 dialek: (1) Pesisir, (2) Kundur, (3) Bintan-Karimun, (4) Pecong, (5) Karas-Pulau Abang, (6) Malang Rapat-Kelong, (7) Mantang Lama, (8) Rejai, (9) Posek, (10) Merawang, (11) Berindat-Sebelat, (12) Arung Ayam, (13) Kampung Hilir, (14) Pulau Laut, (15) Ceruk, (16) Pangkil, (17) Sanglar, (18) Binjai, (19) Bandarsyah, (20) Tanjungpala, (21) Pemping, (22) Kampung Bugis, (23) Kelumu, dan (24) Mengkait. Namun, sebenarnya masyarakat di Provinsi Riau tak semuanya merupakan penutur bahasa Melayu. Ada empat bahasa daerah lain yang memiliki banyak penutur di Riau: 1 Bahasa Banjar, memiliki empat dialek yaitu Pekan Kamis, Simpang Gaung, Sungai Raya-Sungai Piring dan Teluk Jira. Bahasa Banjar dituturkan di 10 daerah di Riau: Desa Pekan Kamis, Kecamatan Tembilahan Hulu, Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung, Desa Sungairaya, Kelurahan Sungaipiring, Kecamatan Batang Tuaka, Desa Telukjira, Kecamatan Tempuling, dan Kabupaten Indragiri Hilir. 2. Bahasa Batak dialek Mandailing dituturkan di Kabupaten Rokan Hulu. 3. Bahasa Bugis, dituturkan di Desa Tekulai Bugis, Kecamatan Tanah Merah, Kabupaten Indragirihilir; Desa Pulaukecil, Kecamatan Reteh, Kabupaten Indragirihilir, dan Desa Sungai Sebesi, Kabupaten Bengkalis. 4. Bahasa Minangkabau, yang dituturkan di Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Kuantan Singigi (Kuansing), Kabupaten Indragiri Hilir, dan Kabupaten Indragiri Hulu. Bahasa Minangkabau di Provinsi Riau terdiri atas lima dialek, yaitu dialek Rokan, dialek Kampar, dialek Basilam, dialek Indragiri, dan dialek Kuantan.

Lantas bagaimana sejarah bahasa Melayu Riau bukan origin Bahasa Indonesia? Seperti disebut di atas, Riau sendiri terdapat banyak dialek bahasa Melayu. Dialek-dialek merupakan bagian dari dialek bahasa Melayu di Nusantara yang terdapat di pulau-pulau lainnya di Indonesia, di Semenanjung, Singapoera dan sebagainya. Lalu bagaimana sejarah origin Bahasa Indonesia yang bukan dari Riau? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..

Sejarah Menjadi Indonesia (611): Malaka, Pernah Jadi Bagian Hindia Belanda; Tukar Guling Antara Bengkulu vs Malaka (1824)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada Kota Malaka di Semenanjung (Malaysia). Kota kuno sejak zaman lampau. Di Indonesia juag ada nama Malak, yakni Kabupaten Malaka di pulau Timor provinsi NTT dan nama tempat di Jakarta (Roa Malaka). Mengapa bisa begitu. Yang jelas Malaka di Semenanung pernah menjadi bagian dari Indonesia (baca: VOC dan Pemerintah Hindia Belanda) antara tahun 1641 hingga tahun 1824 (183 tahun).

Melaka sering pula dieja Malaka merupakan salah satu negara bagian di Malaysia. Pada tahun 2008, Melaka dinyatakan oleh UNESCO sebagai Bandar Warisan Dunia (World Heritage). Walaupun merupakan negeri pertama mendirikan kesultanan Melayu, Melaka kini tidak mempunyai seorang sultan, sebaliknya negeri ini diketuai oleh seorang Tuan Yang Terutama (TYT) Negeri. Berbagai adat etnis dan tradisi bercampur dengan sempurna di Melaka. Kehidupan aman rakyat Melaka bersumber dari kehidupan berbagai kaum yang telah melahirkan orang-orang Melayu, Cina, India, Baba dan Nyonya, Portugis, Chitty dan Eurasia. Di antara budaya Melaka yang unik adalah Dondang Sayang yang diakui oleh UNESCO. Dondang Sayang adalah seni Melayu tradisional yang masih dipraktekkan di Melaka oleh empat komunitas: masyarakat Melayu, Baba Nyonya, Chitty dan Portugis. Praktik ini menggabungkan unsur-unsur musik (biola, gong dan tamborin atau tambor), lagu dan dikir, fitur-fitur puisi merdu yang indah. Juga dikenal sebagai balada cinta, lagu-lagu yang digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan perasaan kasih sayang dan memberi saran tentang topik-topik khusus seperti kasih sayang dan kebaikan. Kesultanan Melaka atau Kesultanan Malaka adalah sebuah Kerajaan Melayu yang pernah berdiri di Melaka, Malaysia. Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara, kemudian mencapai puncak kejayaan pada abad ke 15 dengan menguasai jalur pelayaran Selat Melaka, sebelum ditaklukan oleh melaka tahun 1511. Kejatuhan Malaka ini menjadi pintu masuknya kolonialisasi Eropa di kawasan Nusantara. Kerajaan ini tidak meninggalkan bukti arkeologis yang cukup untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah, tetapi keberadaan kerajaan ini dapat diketahui melalui dan k. Dari perbandingan dua sumber ini masih menimbulkan kerumitan akan sejarah awal Malaka terutama hubungannya dengan perkembangan agama Islam di Malaka serta rentang waktu dari pemerintahan masing-masing raja Malaka.
(Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Malaka di Semenanjung? Seperti disebut di atas, Malaka pernah menjadi bagian dari Hindia Belanda (baca: Indonesia). Namun sejarah ini jarang dinarasikan. Lalu bagaimana sejarah Malaka di Semenanjung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe..