Bandoeng, 1819 |
Mengenal Sejarah Tata Ruang Sosial Ekonomi Depok, Bogor (Buitenzorg), Jakarta (Batavia) dan Bandung (Preanger) serta Wilayah Lainnya di Indonesia (Nederlandsch Indie)
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Bandung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Bandung. Tampilkan semua postingan
Minggu, 19 Februari 2017
Sejarah Bandung (26): Lukisan Bandung Tempo Doeloe; Adrianus Johannes Bik, Le Clercq, Junghuhn dan Groneman
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini
Adrianus
Johannes adalah orang pertama yang mengabadikan Bandung dalam sebuah lukisan
yang dibuat pada tahun 1819. Lukisan pertama tentang Bandung adalah lanskap
Bandung (area pusat kota Bandung yang sekarang). Lukisan Adrianus
Johannes ini diberi judul ‘Herten jacht te Bandong’ (Berburu rusa di Bandung). Lukisan ini menggambarkan
suatu bangunan panggung yang besar di tengah padang yang menjadi area perburuan
rusa oleh militer Belanda. Adrianus
Johannes ke Preanger pada era Pemerintahan Hindia Belanda (pasca era Inggris 1811-1815). Pada tahun 1810 Pemerintah Hindia Belanda mulai melakukan invasi ke Preanger dan mulai membangun jalan pos trans-Java ruas Batavia-Chirebon melalui Buitenzorg, Tjoseroea, Tjiandjoer, Baybang (kini Radja Mandala), Soemadang. Saat Adrianus Johannes membuat lukisan, ruas Baybang-Soemadang masih melalui area yang lebih tinggi di Tjipagantie dan Oedjoengbrong.
Sejarah Bandung (25): Emma Poeradiredja, Wanita Pertama Anggota Dewan Kota (Gemeenteraad); Kiprah Perempuan Pribumi
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini
Di dewan kota Bandung terdapat dua wanita.
Selain Emma adalah Raden Aju Sangkaningrat. Sangat menakjubkan di dewan kota
Bandung ada dua wanita pribumi duduk dan tidak ada wanita Europcesche. Ini
sangat disesalkan (Soerabaijasch handelsblad, 14-09-1938). Ini berarti secara
politik, wanita pribumi lebih maju jika dibandingkan dengan wanita Eropa.
Sudah
diketahui secara luas tokoh wanita Bandung Dewi Sartika, terkenal sebagai
pionir pendidikan untuk kaum perempuan. Namun, generasi penerusnya bernama Emma
Poeradiredja kurang terinformasikan. Padahal Emma adalah perempuan pertama di
Bandoeng yang menjadi anggota dewan (gemeenteraad). Emma Poeradiredja sendiri adalah
Ketua divisi perempuan Pasundan yang banyak terlibat di dalam kegiatan sosial.
Idola Emma Poeradiredja, Ratu Emma |
Emma
Poeradiredja bukanlah nama asli, melainkan kombinasi nama idola Ratu Emma dan
nama ayah Poeradiredja. Nama aslinya sebagaimana disebut dalam berbagai
tulisan adalah Raden Rachmat’ulhadiah, lahir di Chirebon, 1902. Ayahnya adalah
seorang anggota dewan di Bandung dan demikian juga saudara-saudaranya. Dugaan
bahwa dua tokoh (ratu dan ayah) ini menjadi sumber cita-cita Emma Poeradiredja.
Sabtu, 18 Februari 2017
Sejarah Bandung (24): Negara Pasundan dan Pemberontakan DI/TII; Sukarno dan Hatta Juga Pernah ‘Ingkari’ Republik Indonesia
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini
Sisa bara api Bandung Lautan Api (24 Maret 1946) belum sepenuhnya padam, para pejuang masih berjuang di luar kota, di Bogor Soeria Karta Legawa, mantan Bupati Garoet mendirikan Partai Rakyat Pasundan. Ketika wilayah republik makin menyusut, karena digrogoti oleh Belanda, Negara Pasundan diproklamirkan di Bandung. Namun dalam perkembangan lebih lanjut, ketika Belanda memberikan pengakuan pada Republik Indonesia, di Bandung pada tanggal 8 Maret 1950 dilakukan kembali ikrar: Wilayah Jawa Barat (eks Negara Pasundan) kembali menjadi bagian Republik Indonesia.
Sisa bara api Bandung Lautan Api (24 Maret 1946) belum sepenuhnya padam, para pejuang masih berjuang di luar kota, di Bogor Soeria Karta Legawa, mantan Bupati Garoet mendirikan Partai Rakyat Pasundan. Ketika wilayah republik makin menyusut, karena digrogoti oleh Belanda, Negara Pasundan diproklamirkan di Bandung. Namun dalam perkembangan lebih lanjut, ketika Belanda memberikan pengakuan pada Republik Indonesia, di Bandung pada tanggal 8 Maret 1950 dilakukan kembali ikrar: Wilayah Jawa Barat (eks Negara Pasundan) kembali menjadi bagian Republik Indonesia.
Jawa Barat tidak sendiri, juga terdapat di
Sumatra Timur, Sumatra Selatan, Jawa Timur, Madura dan Indonesia Timur. Saat
ibukota RI di Bukitinggi, daerah-daerah lain yang masih republik hanya tinggal
hitungan jari, yakni: Aceh, Tapanuli, Djokjakarta dan Lampung. Daerah lainnya
bersifat otonom.
Proklamasi 17 Agustus 1945
Proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia dilakukan pada tanggal 17 Agustus 1945 di
Jakarta. Teks proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno disamping Drs. M. Hatta
dihadapan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Tanggal ini menandai seluruh
rakyat Indonesia telah merdeka. Tidak tergantung kepada Jepang, tidak tergantung
kepada Belanda dan juga tidak tergantung Negara lain. Proklamasi ini telah
mengubah cita-cita yang sudah lama diimpikan dan kini benar-benar menjadi kenyataan.
Penduduk Priangan adalah rakyat Indonesia yang pertama bersukacita atas
kemerdekaan ini ketika di daerah-daerah lain kabar berita itu belum sampai.
Rabu, 15 Februari 2017
Sejarah Bandung (23): Bandung Lautan Api, Ini Rincian Faktanya; Bumi Hangus di Padang Sidempuan Demi Jaga Harga Diri
van Mook (koran 1946) |
Politik
bumi hangus (verschroeide aarde) terjadi dua cara: Pertama, pihak yang
menyerang melakukan pembakaran baik akibat granat, bom darat atau udara.
Pasukan sekutu dan pasukan Jepang banyak melakukan tindakan ini seperti di
Birma, Singapora, Australia, Batam dan Soerabaja. Kedua, pihak yang diserang
melakukan pembakaran dengan cara konvensional agar bangunan tidak dapat
digunakan musuh. Ini banyak dilakukan oleh para pejuang RI dan penduduk seperti
di Bandung, Padang Sidempuan,.
Politik
Bumi Hangus
Pendudukan oleh militer Jepang atas
Batavia terjadi pada tanggal 5 Maret 1942. Orang-orang Belanda du Batavia belum
menyadari karena begitu cepat sudah terjadi militer dimana-mana. Tindakan bumi
hangus (verschroeide aarde) oleh Belanda atas gedung-gedung tertentu tidak
sempat dilaksanakan meski sudah direncanakan.
Nieuwe
Apeldoornsche courant, 16-03-1942:‘Angkatan
bersenjata Hindia Belanda (Nederlandsc Indie) tidak punya waktu tersisa untuk pelaksanaan yang
efektif politik "bumi hangus" di ibukota Batavia. Setelah pendudukan
Jepang pada tanggal 5 Maret ibukota Nederlandsch Indie kembali ke kehidupan
normal’.
Ini mengindikasikan praktek bumi hangus
sudah ada di pihak Belanda sebelum umum dilakukan oleh militer dan penduduk
pribumi pada tahap berikutnya. Dalam berita-berita lain, tidak terlaksananya
bumi hangus sebagian orang-orang Belanda sedikit agak lega. Bangunan-bangunan
yang ditargetkan seperti kantor telepon, perpusatakaan urung dilaksanakan
karena itu adalah asset. Hanya kerugian yang terjadi jika itu terlaksana.
Selasa, 14 Februari 2017
Sejarah Bandung (22): Pikiran Rakyat dan Sakti Alamsyah; ‘Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung’
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini
Ini adalah kisah tentang Sakti Alamsyah dan
kawan-kawannya: Mereka yang terjun dalam bidang pers, antara lain Mochtar Lubis, Adam Malik, Parada Harahap dan AM
Hoetasoehoet. Di bidang militer antara lain Abdul Haris Nasution, Zulkifli Lubis dan Mengaradja
Onggang Parlindungan. Yang berprofesi sebagai politisi antara lain Amir Sjarifoeddin Harahap, Zanul Arifin Pohan, Burhanuddin
Harahap dan Abdul Hakim Harahap. Diantara teman-teman Sakti Alamsyah tersebut hanya Abdul Haris
Nasution dan Mangaradja Onggang Parlindungan yang pernah lama menetap di
Bandung.
Tokoh PPPKI (1929): Thamrin, Soetomo, Soekarno dan Parada |
Kisah
Sakti Alamsyah di Bandung sangat mirip dengan kisah Radjamin di Surabaya (Walikota pribumi pertama Kota Surabaya).
Keduanya, lahir sebagai Anak Tapanuli (Selatan) tetapi meninggal sebagai 'Anak Bandung' dan
'Arek Surabaya'. Seperti umumnya orang-orang Tapanuli, 'sekali merantau tidak akan kembali', mereka terbiasa mengikuti pepatah 'dimana bumi dipijak disitu langit
dijunjung'. Mereka tidak melihat dekat Indonesia antara Pakantan hingga Sipirok,
tetapi melihat jauh antara Sabang hingga Merauke. Mereka adalah generasi Indonesia yang sebenarnya (Truly Indonesia).
Dari Pikiran Rakyat Hingga Pikirkan Rakyat
Surat
kabar Pikiran Rakyat Bandung terbit kali pertama tanggal 30 Mei 1950. Surat
kabar ini dipimpin oleh Djamal Ali. Dalam jajaran direksi terdapat Palindih, Sakti
Alamsyah dan Asmara Hadi. Motto surat kabar ini ‘Mengadjak Pembatja Berfikir
Kritis’.
Sabtu, 11 Februari 2017
Sejarah Bandung (21): Fikiran Ra’jat, Pikiran Rakjat dan Pikiran Rakyat; Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat
Surat kabar Harian Pikiran Rakyat
Bandung adalah surat kabar legendaries di Bandung. Surat kabar pertama di Bandoeng
adalah Preanger Bode (terbit 1896). Surat kabar Pikiran Rakyat adalah penerus
surat kabar Prenager Bode. Sejarah Preanger Bode (lihat Artikel 17), sejarah
Pikiran Rakyat mari kita lacak. Asal-usul pendirian surat kabar Pikiran Rakyat tidak
pernah ditulis. Untuk itu coba dilengkapi dalam artikel ke-21 ini. Asal-usul pendirian surat kabar
Pikiran Rakyat sangat esensial sebagai pra kondisi mengapa surat kabar Pikiran Rakyat
namanya tetap dipertahankan sejak era Belanda dan mengapa pula tetap merupakan surat kabar utama di Kota Bandung.
Asal
Usul Pikiran Rakyat
Sakti Alamsyah Siregar, pendiri Pikiran Rakyat |
Untuk
mengenang surat kabar Harian Pikiran Rakyat yang sekarang, kita harus memutar
jarum jam ke tahun 1950. Pada bulan Mei 1950, surat kabar Pikiran Rakjat
diterbitkan di Bandoeng. Kelak motto surat kabar baru ini adalah ‘Dari Rakyat,
Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat’.
Di Djakarta, surat kabar yang memiliki motto
yang sama dengan Pikiran Rakyat adalah Indonesia Raya. Surat kabar yang
mengambil nama dari surat kabar lama Indonesia Raja dan nama lagu kebangsaan
Indonesia Raya yang diciptakan oleh WR Supratman. Pada tahun 1925 WR Supratman
bekerja sebagai editor kantor berita pribumi pertama, Alpena yang digagas oleh
Parada Harahap.
Surat
kabar Indonesia Raya terbit pertama kali pada 29 Desember 1949 didirikan oleh
Mochtar Lubis dengan kawannya dan yang bertindak sebagai editor adalah Mochtar
Lubis.
Selasa, 07 Februari 2017
Sejarah Bandung (20): Wali Kota Pertama Kota Bandung, RA Atmadinata; Seorang Guru Alumni Belanda
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini
Yang pertama
seharusnya selalu diperhatikan, sebab yang pertama biasanya menarik perhatian,
dan yang pertama juga umumnya banyak dipublikasikan. Namun sangat disayangkan Wali kota
pertama Bandoeng RA Atmadinata hanya sedikit terinformasikan, karenanya kurang
dikenal. Padahal, RA Atmadinata adalah tokoh penting di Kota Bandoeng sejak era
Pemerintah Hindia Belanda hingga pasca pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda. Perjuangannya tidak perlu diragukan: Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seja Ayeuna
Sampeureun Jaga.
RA Atmadinata, Walikota pertama Bandung |
Tidak hanya wali kota pertama kota
Bandung, ternyata setali tiga uang dengan wali kota pertama Medan dan walikota
pertama Surabaya—sama-sama kurang terinformasikan. Semoga itu karena hanya
sekadar kurangnya atau tiadanya data dan informasi tentang mereka. Jangan sampai karena ada maksud pihak tertentu untuk mengerdilkan mereka. Jika hanya soal data dan informasi dapat dicari atau dikumpulkan. Untuk itu, mari kita telusuri profil
RA Atmadinata, Wali kota Pertama Kota Bandung. Wali kota yang satu ini layak
mendapat tempat dalam bingkai Sejarah Preanger dan Sejarah Kota Bandung..
Gemeenterraad
Bandoeng
Atmadinata mulai
terkenal sejak dicalonkan utnuk menjadi anggota dewan kota (gemeenteraad)
Bandoeng. Pada saat wali kota Bandoeng kali pertama diangkat tahun 1917, Atmadinata
adalah anggota dewan kota dari golongan pribumi. Di tengah kebisingan politik, Atmadinata
masih sempat membagi perhatian untuk fungsi seorang guru: mengajar dan tetap terus
belajar.
Sejarah Bandung (19): Gemeenteraad Bandoeng 1 April 1906; Sebaran Dewan di Hindia Belanda
Pembentukan Gemeente (kota) Bandoeng
disertai dengan pengangkatan walikota (burgemeester) dan pembentukan Dewan Kota
(gemeenteraad). Jumlah anggota dewan kota setiap gemeente di Hindia Belanda
berbeda-beda dan disesuaikan dengan kapasitas kota.
Dewan
lain yang telah dibentuk adalah dewan kabupaten (gewest), dewan provinsi
(residentie) dan bahkan dewan kecamatan (onderafdeeling).
Anggota dewan kota (gemeenteraad)
Bandoeng yang dimulai tanggal 1 April 1906 berjumlah 11 orang untuk mewakili warga
kota. Kesebelas orang anggota dewan tersebut delapan orang Eropa/Belanda, dua
orang pribumi dan satu orang timur asing (Tionghoa). Sebagai ketua adalah
asisten residen Bandoeng (lihat De Preanger-bode, 05-03-1906).
Tupoksi
dewan kota antara lain: penyediaan kebutuhan peraturan daerah, mempertahankan
dan membangun jalan, jembatan, gedung dan lainnya, untuk memperoleh atau
distribusi air minum, drainase, kebakaran, kuburan, kebersihan jalan-jalan, promosi
kesehatan masyarakatm pengaturan lalu lintas umum dan mempercantik kota. Beberapa
hal dikecualikan seperti pengawasan wilayah di bawah kontrol militer, ditunjuk
oleh Gubernur Jenderal, dan yang dikelola oleh layanan dari Kereta Api Negara.
Gemeenteraad
vs Landraad
Sebelum adanya gemeenteraad, sudah ada
dewan yang lain. Dewan tersebut yang sudah terbentuk sejak ditempatkannya
asisten residen di Bandoeng (1848) kerap disebut dewan asli (Landraad). Anggota
dewan asli terdiri dari pemimpin lokal (termasuk bupati), pemimpin agama dan
tokoh lain yang mewakili golongan, seperti guru dan pedagang (‘Himpoenan
Soedara’). Dewan ini cakupannya sangat luas tergantung tingkat dewannya apakah
dewan keresidenan (Regentshappen) atau dewan kabupaten (regentschap). Foto anggota Landraad Bandoeng, 1900
Senin, 06 Februari 2017
Sejarah Bandung (18): Gemeente, 1 April 1906; Inilah Daftar Wali Kota Bandung Sebenarnya, Bertus Coops - Ridwan Kamil
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini
Kota
Bandung dibentuk dan secara resmi berlaku pada tanggal 1 April 1906. Penetapan
Kota Bandoeng sebagai kota (gemeente) adalah wujud dari kelanjutan proses desentralisasi.
Dengan penetapan sebagai Gemeente, berarti kota Bandoeng di satu sisi
dipisahkan dari Regentschap (kabupaten) Bandoeng dan di sisi lain Kota Bandoeng
harus mampu mengelola sendiri kota (mandiri). Penetapan kota Bandoeng sebagai
Gemeente bersamaan dengan sejumlah kota di Hindia Belanda.
Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 03-03-1906: ‘Akta pemerintahan (Gouvernements besluiten)
telah dikeluarkan yang akan berlaku pada tanggal 1 April untuk kota-kota Samarang,
Bandoeng, Cheribon Tegal, Pekalongan, Magelang, dan Palembang. Terhadap
pembentukan kota ini dialokasikan anggaran yang ditujukan dalam perbaikan dan
renovasi bangunan kota dan bangunan yang baru’.
Dalam pembentukan Gemeente Bandoeng, tidak
otomotis wali kota (burgemeester) diangkat sebagai pemimpin kota. Justru yang
lebih dulu diangkat anggota dewan kota (gemeeteraad). Dalam hubungan ini sejumlah
individu diangkat sebagai anggota dewan kota (gemeenteraad) baik dengan cara
penunjukan maupun ‘pemilihan’. Anggota dewan (pada nantinya) akan mengawasi
kerja walikota dan berlangsungnya pemerintahan. Dewan kota juga akan menetapkan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku bagi kota. Foto Walikota Bandoeng
pertama. Bertus Coops (1917-1920).
Rumah Wali Kota Harus Bangun Sendiri
Gemeente
Bandoeng harus mampu mengelola sendiri. Pemerintah pusat (Gubernur Jenderal di
Batavia) hanya mengalokasikan anggaran seadanyanya saja. Untuk membangun rumah
walikota harus dibangun sendiri. Untuk
sementara rumah walikota harus menyewa. Karena untuk membangun rumah walikota
tidak murah.
Sabtu, 04 Februari 2017
Sejarah Bandung (17): Surat Kabar di Bandoeng, Preanger Bode Hingga Pikiran Rakyat; Jejak Sejarah Pers Indonesia
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini
Tentang keberadaan Preanger dan Bandoeng sudah sejak lama ada dalam pemberitaan. Nama ‘Preanger’ kali pertama disebut di surat kabar pada tahun 1810 terkait dengan pembagian wilayah dimana tiga provinsi: Prefecten (provinsi) Iacatrasch en Preangerbovenlanden, province Bantam dan Provinsi Chirebon (lihat Bataviasche koloniale courant, 02-02-1810, edisi kelima). Sementara nama ‘Bandoeng’ kali pertama diberitakan di surat kabar pada tahun 1829 terkait dengan penempatan controleur di Tjiandjoer, Bandoeng, Sumedang dan Limbangan (Javasche courant, 06-08-1829).
Tentang keberadaan Preanger dan Bandoeng sudah sejak lama ada dalam pemberitaan. Nama ‘Preanger’ kali pertama disebut di surat kabar pada tahun 1810 terkait dengan pembagian wilayah dimana tiga provinsi: Prefecten (provinsi) Iacatrasch en Preangerbovenlanden, province Bantam dan Provinsi Chirebon (lihat Bataviasche koloniale courant, 02-02-1810, edisi kelima). Sementara nama ‘Bandoeng’ kali pertama diberitakan di surat kabar pada tahun 1829 terkait dengan penempatan controleur di Tjiandjoer, Bandoeng, Sumedang dan Limbangan (Javasche courant, 06-08-1829).
De Preanger Bode, 27-07-1896 (edisi kelima) |
Untuk sekadar pemandu: surat kabar Pemerintah
Hindia Belanda mucnul kali pertama tahun 1810 (Bataviasche koloniale courant
edisi pertama 05-01-1810). Lalu kemudian surat kabar ini digantikan oleh surat
kabar berbahasa Inggris, Java government gazette di era pendudukan Inggris
(pada bulan Februari 1912). Setelah Belanda berkuasa kembali, surat kabar
tersebut digantikan oleh Bataviasche courant dan baru kemudian muncul nama
surat kabar Javasche courant. Catatan: di era VOC (sebelum era Pemerintah
Hindia Belanda) sudah ada surat kabar bernama Bataviaasche Nouvelles (terbit
sejak 1744 di Batavia),
Itulah
kisah awal Preanger dan Bandoeng dalam dunia media yang mendahului sebelum
adanya media surat kabar di Bandoeng. Surat kabar yang terbit di Bandoeng ini akan
banyak memberitakan tentang Preanger dan Bandoeng baru muncul pada tahun 1896
(yang akan coba dilacak). Sejak tahun 1896 surat kabar di Bandoeng terus eksis
hingga ini hari. Lantas surat kabar apa yang pertama kali terbit di Bandoeng?
Dan apa pula hubungannya surat kabar tersebut dengan surat kabar Pikiran
Rakyat.
Pada masa ini, Bandung dan Priangan (Jawa
Barat) tetap memiliki surat kabar legendaris: Pikiran Rakyat. Surat kabar yang
tidak tergantikan di Bandung dan Priangan. Rakyat Bandung adalah Pikiran
Rakyat, dan Pikiran Rakyat adalah Rakyat Bandung, seperti mottonya: ‘Dari
Rakyat, Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat’. Pikiran Rakyat selalu menghiasi sejarah
pers nasional dan selalu mendapat tempat pada Hari Pers Nasional yang jatuh
pada tanggal 9 Februari.
Preanger Bode
Media
surat kabar sudah sejak lama ada di berbagai tempat utama di Hindia Belanda:
Batavia, Semarang, Surabaya, Padang dan Medan. Di Bandoeng media surat kabar
baru terberitakan pada tahun 1896 yakni surat kabar berbahasa Belanda yang disebut
Preanger Bode.
Kamis, 02 Februari 2017
Sejarah Bandung (16): Hadji Preanger dan Buku Panduan Haji; ‘Himpoenan Soedara’ dan Supra Organisasi PPPKI
Hadji
Preanger adalah kafilah hadji yang menjadi bagian dari Hadji Hindia Belanda.
Penyelenggaraan perjalanan hadji dari Hindia Belanda diselenggarakan oleh
pemerintah dengan empat ‘embarkasi’ menggunakan satu kapal besar dari
Soerabaja, Semarang, Batavia dan Padang yang disewa dari perusahaan kapal
Inggris atau Belanda. Penyelenggaraan hadji ini sudah dimulai sejak 1870.
Haji-haji dari Hindia Belanda sebelumnya
berangkat sendiri-sendiri dengan menggunakan kapal-kapal dagang Arab, Persia
dan Inggris melalui Singapoera atau Penang. Perjalanan haji dengan kapal-kapal
dagang ini tidak teratur dan adakalanya harus dilakukan transit di kota
pelabuhan tertentu. Demikian juga sebaliknya. Akibatnya lama perjalanan haji
membutuhkan waktu yang sangat lama. Oleh karena jumlah haji ini lambat laun
semakin banyak dari waktu ke waktu, lalu pemerintah Hindia Belanda
memfasilitasi perjalanan haji ini dengan menyelenggarakan perjalanan haji
secara regular setiap tahun dan diselenggarakan dengan pengaturan tertentu,
seperti tes kesehatan sebelum tiba di Jeddah dan sebelum tiba di pelabuhan asal
untuk menghindari terbawa penyakit. Di Batavia sterilisasi kesehatan ini
dilakukan di Pulau Onrust sebelum masuk Batavia. Poster angkutan haji, 1935
Hadji Preanger
Rabu, 01 Februari 2017
Sejarah Bandung (15): Masjid, Klenteng dan Gereja; Bukti Keberagaman di Bandung
Bandung
telah menjadi salah satu contoh kota yang mengedepankan keberagaman: etnik,
budaya, agama dan lainnya. Wujud keberagaman ini makin nyata ketika dalam
tahun-tahun terakhir ini pemerintah Kota Bandung telah memberikan izin cukup
banyak pendirian rumah ibadah kepada semua pemeluk agama. Bagaimana riwayat
pendirian rumah-rumah ibadah di Bandoeng di masa lampau? Mari kita telusuri.
Kantor pos, di aloen-aloen Bandoeng |
Masjid Bandoeng
Rumah
Bupati Bandoeng dibangun di lokasi dimana berada Masjid Raya Bandung yang
sekarang, suatu area pada tahun 1846 yang berada di sisi selatan jalan pos
trans-Java dan sisi barat. Posisi rumah Bupati ini diagonal dengan rumah/kantor
controleur Bandoeng yang berada di sisi utara jalan pos trans-Java dan sisi
timur sungai Tjikapoendoeng. Dua bangunan tersebut seakan dipisahkan oleh
sungai (Tjikapoendong) dan oleh jalan raya (pos trans-Java). Saat itu, masjid
di kota Bandung belum ada, demikian juga gereja dan klenteng belum ada. Yang
ada adalah bangunan-bangunan pemerintah.
Bangunan-bangunan yang seumuran dengan rumah
Bupati Bandoeng adalah kantor pos (di seberang jalan rumah Bupati), kantor
Asisten Residen (di seberang kantor/rumah Controleur), gedung besar sebagai
mahkamah di belakang kantor Asisten Residen. Rumah Asisten Residen sendiri dibangun
agak terpisah dan jauh ke arah utara kantor/rumah Controleur. Jalan menuju ke
rumah Asisten Residen dibangun jalan akses sepanjang sisi timur sungai
Tjikapoendoeng (yang kelak disebut Bragaweg). Satu lagi bangunan yang menyertai
gedung besar mahkamah adalah bangunan penjara yang berlokasi di arah utara
kantor pos (kelak jalan penghubung ini disebut Bantjeuiweg).
Secara
perlahan-lahan, di sekitar kantor pos hingga penjara (yang kemudian dikenal
sebagai Bantjeuiweg) muncul titik-titik perdagangan yang dilakukan oleh
orang-orang Tionghoa yang datang (komuter) dari Buitenzorg. Area barat (jalan
pos trans-Java) dan utara (Bantjeuiweg) tempat dimana kantor pos, lambat laun
menjadi pusat perdagangan (pasar) utamanya transaksi antara penduduk pribumi
dan orang-orang Tionghoa. Area pedagangan orang-orang Eropa/Belanda sendiri berkembang
di sepanjang Bragaweg.
Selasa, 31 Januari 2017
Sejarah Bandung (14): Pecinan, China Town, Chinese Kampement di Winkelstraat te Bandoeng
Pecinan
di Indonesia, China Town di mancanegara dan Chinese Kampement di era colonial Balanda
doeloe. Pecinan atau China Town adalah daerah komunitas orang-orang Tionghoa, tidak
hanya ada di Batavia dan Buitenzorg tetapi juga ada di Bandoeng. Orang-orang
Tionghoa di Bandoeng datang (migrasi) dari Buitenzorg, orang-orang Tionghoa di
Buitenzorg datang dari Bidara Tjina, Pondok Tjina dan Tangerang (Cina Benteng)
yang hampir semuanya bermula di Batavia.
Pecinan di Bandung, Winkelstraat, 1900 |
Pada mulanya, penduduk Pakuan Padjadjaran
membeli barang (garam, besi, kain dan pernik-pernik) ke pelabuhan Soenda Kelapa
(sejak era Hindua) dari pedagang-pedagang Arab, Persia dan lainnya. Kemudian
diikuti oleh orang-orang Priangan (Preanger) setelah era Islam ke Batavia (era
Balanda) dari orang-orang Moor dan Tiongkok. Lalu kemudian, akibat peristiwa
pembantaian orang-orang Cina di benteng Batavia (casteel Batavia) tahun 1740
(era VOC), sebagian orang-orang Tionghoa terpencar dan menyebar memasuki
pedalaman di Tanah Soenda dengan titik pengumpulan utama di Tangerang, Bidara
Tjina (dan kemudian menyusul Pondok Tjina). Diantara ketiga komunitas orang-orang
Tionghoa yang terkanal tersebut, yang terbesar adalah yang berada di Tangerang
(muncul istilah Cina Benteng yang diduga eksodus dari casteel Batavia). Mereka
ini, yang dulunya semua pedagang, tukang dan kuli, lalu di pedalaman sebagian
menjadi petani (seperti penduduk lokal).
Awal Mula Pecinan di Bandoeng
Ketika Pemerintahan
Hindia Belanda dibentuk (pasca VOC, 1800), pemerintah coba ‘merangkul kembali’
orang-orang Tionghoa sebagai partner dalam mengelola wilayah baru. Gubernur
Jenderal Daendels lalu membentuk kota pemerintahan pertama di luar Batavia dengan
mengakuisisi lahan-lahan partikulir orang-orang Eropa/Belanda dengan cara
membeli (1810). Dengan cara tertentu, pemerintah mengatur orang-orang Tionghoa
dengan mengangkat pemimpin dan lokasi yang sesuai. Pemimpin Tionghoa ini
disebut letnan dan kemudian sesuai perkembangan ditingkatkan statusnya menjadi
kapten dan major. Area komunitas orang-orang Tionghoa ditetapkan di timur
Buitenzorg.
Senin, 30 Januari 2017
Sejarah Bandung (13): Sejarah Jalan Braga Ditulis Keliru, Ini Faktanya; Jalan Tertua di Bandung
Jalan Braga (Peta 1910) |
Nama
jalan Braga sangat dikenal luas sejak dari dulu, tetapi sangat disayangkan
sejarahnya ditulis secara keliru. Mungkin karena begitu popular, detail
sejarahnya terabaikan. Artikel ini menelusuri TKP di masa lampau. Mari kita
lacak.
Asal
Usul Nama Braga
Java-bode: voor Nederlandsch-Indie, 06-06-1883 |
Nama ‘Braga’ di Bandoeng kali pertama
muncul pada tahun 1883. Muncul di surat kabar, karena sejumlah individu
membentuk paguyuban (vereeniging) yang diberi nama ‘Braga’ untuk mempromosikan
tempat yang nyaman dengan menyediakan pertunjukan drama, musik dan puisi (lihat
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 06-06-1883).
Sarikat ini mendapat pengesahan dari pemerintah berdasarkan Stbl. No.152 (De
locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 08-06-1883).
Minggu, 29 Januari 2017
Sejarah Bandung (12): Introduksi Pendidikan Modern di Preanger Telat, Kweekschool Bandoeng Dibangun; Kini Pusat Pendidikan
Kota Bandung adalah salah satu ‘kota
pendidikan’ terpenting di Indonesia saat ini. Kota Bandung tidak hanya memiliki
ITB, tetapi juga memiliki Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Namun bukan
karena di Bandoeng kali pertama pendidikan berkembang, tetapi sebaliknya
Preanger dan Bandoeng justru terbilang introduksi pendidikan agak telat dibanding daerah lain. Dalam
perkembangan lebih lanjut, telat bukan menjadi halangan bagi Bandoeng untuk
berkembang dalam bidang pendidikan. Lantas, apa yang menyebabkan Bandoeng menjadi
kota dimana pendidikan berkembang pesat dan memiliki keutamaan dalam bidang
pendidikan di Hindia Belanda. Mari kita lacak.
Introduksi
Pendidikan Modern
Kweekschool Bandoeng di Pieterspark (foto 1920) |
Introduksi pendidikan modern
diperkenalkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Ini dimaksudkan untuk mendekatkan
tingkat pengetahuan penduduk pribumi terhadap kebutuhan pemerintahan Hindia
Belanda agar lebih mampu meningkatkan produktivitas (kolonialisme). Dan tentu
saja penduduk pribumi yang telah memiliki pendidikan tertentu dapat mengisi
jabatan yang tidak mungkin diisi oleh orang-orang Eropa/Belanda. Introduksi
pendidikan tersebut diawali dengan melatih sejumlah pribumi di Soerakarta tahun
1850. Guru-guru pribumi dari hasil pelatihan tersebut dikembalikan ke kampong halamannya
atau dikirim ke berbagai tempat di
Hindia Belanda, termasuk ke Bandoeng. Namun jumlah tersebut jelas tidak cukup
dari yang dibutuhkan.
Sabtu, 28 Januari 2017
Sejarah Bandung (11): 'Taman Sejarah' dan Sejarah Taman; Taman Pertama di Bandung Pieters Park
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini
Kota Bandung memiliki Taman Sejarah,
tetapi tidak memiliki sejarah taman. Padahal cukup banyak taman di Kota
Bandung. Taman Sejarah adalah suatu taman yang mengusung konsep sejarah, tetapi
bukan sejarah taman, melainkan sejarah para walikotanya. Taman Sejarah ini baru
beberapa hari lalu dibuka, tapi uniknya Taman Sejarah belum diresmikan. Padahal,
biasanya diresmikan dulu baru dibuka. Biolehlah Taman Sejarah adalah yang
pertama di Indonesia tetapi dari sudut sejarah, taman yang pertama di Kota
Bandung adalah Taman Pieters Park.
Pada
saat penempatan controleur ini garnisun militer yang berada di Tjimahi
diperluas ke timur dengan membangun tangsi militer di sisi timur kantor/rumah
controleur di suatu tempat yang kelak muncul nama kampong yang lebih dikenal sebagai Tjikoedapateuh (kini sekitar stadion Siliwangi). Tangsi militer ini kemudian ditingkatkan menjadi garnizoen militer. Di sekitar
kantor/rumah controleur ini lambat laun bertambah bangunan yang digunakan oleh
parkhuis, opziener dan para staf controleur. Tentu saja di lingkungan tersebut
belum ada rumah orang-orang pribumi dan semuanya adalah orang-orang Eropa.
Taman 'Pieters Park', Bandoeng, 1846 |
Taman
Pieters Park
Pendirian Kota Bandung dimulai pada
tahun 1829, saat controleur kali pertama ditempatkan di Regentschap (Kabupaten)
Bandoeng. Kota Bandung bermula dari rumah/kantor Controleur Bandoeng yang
berada di sisi utara jalan pos trans-Java (yang baru) dan di sisi timur sungai
Tjikapoendoeng. Saat itu, hanya kantor/rumah controleur adanya dan area sekitarnya
ditemukan banyak rawa-rawa dan hutan belantara.
Peta taman 'Pieters Park' |
Pada tahun 1846 status controleur di
Regentschap Bandoeng ditingkatkan menjadi Asisten Residen. Sejak itu beberapa
bangunan pemerintah yang baru yang muncul adalah kantor dan rumah Asisten
Residen. Kantor Asisten Residen dibangun di seberang kantor/rumah controleur,
sedang rumah Asisten Residen dibangun di arah utara kantor/rumah controleur.
Bangunan lainnya adalah gedung/balai besar di dekat kantor Asisten Residen.
Lalu kantor pos dibangun di sisi utara jalan pos trans-Java (sejajar
dengan kantor/rumah controleur tetapi berada sebelah barat sungai
Tjikapoendoeng). Kemudian dibangun penjara di arah utara kantor pos (kelak disebut penjara Bantjeui).
Jumat, 27 Januari 2017
Sejarah Bandung (10): Konstruksi Jembatan; Teknologi Bambu vs Teknologi Beton dan Teknologi Baja
Overpass Pelangi, Antapani, Bandung 2017 |
Penggunaan teknologi mortar busa ini dilakukan
pada jembatan overpass Pelangi Antapani, Bandung yang pengoperasiannya baru
dilakukan beberapa hari yang lalu. Sementara arch structure sendiri banyak diterapkan untuk pembuatan konstruksi
berbahan beton dan berbahan baja baik pada jembatan maupun kontruksi lainnya
seperti atap dan pipa minyak. Pendekatan
arch ini dicapture dan dipopulerkan oleh restoran cepat saji McD (McDonald’s).
Teknologi Bambu
Jembatan bambu di atas sungai Citarum, Bandung, 1893 |
Jauh sebelum
teknik lengkungan digunakan secara modern dalam berbagai kontruksi bangunan
(jembatan, gedung dan sebagainya), nenek moyang kita sudah memikirkan dan menerapkannya.Teknologi
bamboo jembatan lengkung ditemukan di banyak tempat dan yang paling terkenal
adalah jembatan teknologi bamboo di atas sungai Cisadane di Buitenzorg (Bogor)
dan di atas sungai Tjitaroem di Bandoeng.
Sejarah Bandung (9): Gedung Sate; Dulu Kantor Gouvernements Bedrijven, Kini Kantor Gubernur
Gedung
Sate pada masa ini sangat terkenal di Bandung. Gedung ini sejak 1980 menjadi
Kantor Gubernur Provinsi Jawa Barat. Bangunan yang megah ini merupakan kombinasi
teknik sipil dan teknik arsitektur yang baik. Bangunan utama gedung yang besar
ini mulai dibangun tahun 1920 dan selesai tahun 1924. Bagaimana detail gedung
yang masih utuh hingga sekarang ini sudah banyak ditulis. Artikel ini
menelusuri dari aspek lainnya. 1920
Gouvernements Bedrijven
Gedung Sate (Gouvernements Bedrijven), 1924 |
Ini
bermula tahun 1907, ketika di dalam suatu perdebatan di DPR (Tweede Kamer)
akhirnya memutuskan untuk membentuk Gouvernements Bedrijven (De Preanger-bode, 12-07-1907).
Yaitu, suatu departemen baru, dengan mengangkat seorang direktur yang digaji
f2.000 per bulan. Departemen ini akan didampingi sekretaris dengan gaji f600
dan dilengkapi dengan sejumlah pejabat dengan 150 orang pegawai dan staf, yang
juga termasuk penyewaan gedung sebesar f6.000. Untuk sementara direktur dijabat
oleh Mr. Pott sambil menunggu Mr. Wenckebach yang didatangkan dari Belanda (Bataviaasch
nieuwsblad, 05-12-1907).
Departement van Gouvernements Bedrijven, cabang
dari Civiel Departement. Sejak dimulainya pemerintahan Hindia Belanda, 1800,
dua departemen yang powerfull (cakupannya luas dan intensitasnya sangat tinggi)
adalah Militair Departement dan Civiel Departement. Kantor pos dan telegraf
menjadi bagian dari departemen baru ini (Bataviaasch handelsblad, 08-02-1908). Kantor
lainnya yang dimasukkan menjadi bagian dari Departement van Gouvernements
Bedrijven adalah Kantor Kereta Api yang selama ini menjadi tupoksi dari
departemen PU (BOW= Departementen der Burgerlijke Openbare Werken) (De
Preanger-bode, 01-07-1908), Kantor Listrik dan sebagainya. Singkat kata:
departemen baru ini akan menjadi departemen besar (pada masa ini mirip dengan
Kementerian BUMN).
Sambil
menata organisasi dan pengoptimalan fungsi SDM, departmen baru ini langsung
membuat terobosan baru dengan rencana besar untuk mensinergikan layanan kereta
api dengan layanan listrik dan pertambangan (Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 07-8-1909).
Departemen ini juga mulai menyusun kontrak-kontrak dengan pihak ketiga (De
Preanger-bode, 03-01-1910), seperti kabel bawah laut.
Kamis, 26 Januari 2017
Sejarah Bandung (8): Gedung Pakuan, Eks Rumah Residen Preanger; Kini Rumah Gubernur Jawa Barat
Rumah
Residen Preanger adalah termasuk salah satu bangunan situs tua di Bandung yang
dibangun tahun 1864. Bangunan ini dibuat khusus untuk tempat kediaman Resident
Preanger yang lokasinya berada di suatu tempat area luas yang masih kosong di
dekat rumah Asisten Residen Regentsachap (Kabupaten) Bandoeng.). Yang menjadi kantor
Residen adalah eks Kantor Asisten Residen. Kantor Asisten/Residen Preanger berada
di seberang kantor/rumah Controleur Bandoeng. Disamping kantor/rumah Controleur
Bandoeng kelak berdiri hotel (yang kemudian disebut Hotel Preanger). Rumah
Residen Preanger (foto 1880)
Saat itu yang menjadi Residen Preanger adalah
C. van der Moore. Dia menjabar Residen Preanger sejak 1858 yang
berkedudukan di Tjiandjoer. Setelah selesai rumah tersebut dibangun 1867 akan
menjadi rumah Residen Preanger. Lantas Residen C. van der Moore ‘bedol desa’
dari Tjiandjoer ke Bandoeng. Ini sehubungan dengan reorganisasi pemerintahan di
Preanger Regentschappen tahun 1871 dimana residentie terdiri dari lima
kabupaten (Bandoeng, Tjiandjoer, Sumedang, Limbangan dan Soekapora). Residen C.
van der Moore digantikan pada tahun 1874. Ini berarti C. van der Moore adalah
Residen Preanger terlama (16 tahun). Sekalipun
sudah pension, C. van der Moore tetap tinggal di Bandoeng dan menjadi ahli
sejarah Preanger yang andal. C. van der Moore, 1858
Pembangunan Rumah Residen Preanger
Kita
harus membayangkan suatu waktu di tahun 1864 di kota Bandoeng yang di sana sini
masih diliputi oleh banyak rawa (nyamuk), hutan belantara (dihuni oleh macan) dan
padang ilalang dimana populasi rusa berkembang biak dengan baik. Saat itulah bakal
rumah Resident Preanger dibangun. Sementara sudah ada beberapa bangunan
pemerintah yang telah dibangun sejak 1829. Cekungan Bandung dilihat dari utara
ke selatan dengan latar gunung Malabar, baru beberapa titik bangunan yang terlihat
di tengah (lukisan 1860)
Rabu, 25 Januari 2017
Sejarah Bandung (7): Villa Isola dan Dominique Willem Berretty; Lebih Terkenal Villa daripada Pemilik
*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini
Villa Isola di Dago, Bandung, di sisi jalan
ke arah Lembang terkenal dengan arsitekturnya. Namun, pemiliknya, Dominique
Willem Berretty kurang dikenal sebagai jurnalis yang hebat. Padahal kemauan dan
ketekunannya dalam mengelola media inilah yang menjadi pangkal perkara mengapa
dia memiliki banyak uang dan mampu
membangun villa mewah.
Dominique
Willem Berretty, lahir di Djokjakarta 20 November 1891. Sebagai orang Indo (ayah
orang Italia, ibu orang pribumi), meski berpikir dengan cara lokal Baretty ingin sukses seperti orang Eropa.
Barretty yang berasal dari keluarga besar,
sebagai Indo, di satu sisi mudah mendapat pekerjaan sebagai orang Eropa, dan di
sisi lain cara berpikirnya tetap lokal (membumi). Perpaduan inilah yang membuka
jalan pikirannya menjadi orang yang sukses besar di bisnis media.
Villa Isola, tahap pembangunan, 1928 |
Berretty
memulai kerja di Kantor Pos dan Telegraf di Batavia. Hanya berbekal pendidikan
HBS hingga tingkat dua di Surabaya dan ikut ujian MULO di Djokjakarta. Dengan
langsung bekerja pada usia muda, Berretty bekerja menjadi lebih aktif. Baretty,
merasa bisa lalu meminta naik jabatan tetapi karena ‘dituding’ tidak memiliki
pendidikan khusus tentang pos, permintaannya ditolak. Sejak itu, Baretty
beralih ke jurnalistik.
Dominique Willem Berretty memulai karir
jurnalistik dengan meminta pelatihan langsung dari Mr. Zaalberg, editor dari
Bataviasch nieuwsblad di Batavia. Barretty menerbitkan majalah bernama ‘Lash’
pada 1 April 1917. Ini berarti umurnya sudah 26 tahun. Namun karena berdarah
pribumi, semangatnya untuk maju sangat tinggi dari tingkat kesulitan yang amat
sangat. Tentu saja hasilnya tidak memuaskan. Lalu kemudian menerbitkan lagi
majalah bernama ‘Whip’. Setali tiga uang dengan ‘Lash’, bahkan menurut banyak
orang pada edisi pertama ‘Whip’ tidak layak disebut sebagai media. Baretty
terpikir untuk mendirikan kantor berita.
Langganan:
Postingan (Atom)