Kamis, 10 Oktober 2019

Sejarah Sukabumi (5): Sejarah Pelabuhan Ratu, Ibu Kota Baru Kabupaten Sukabumi; Wijnkoopsbaai, Scipio, de Wilde, Eekhout


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

Pada tahun 1890 RA Eekhout memiliki konsesi untuk membangun jalur rel kereta api (listrik atau uap) dari Cibadak ke Pelabuhan Ratoe. Pemerintah pusat telah membuat kebijakan baru menutup pelabuhan Wijnkoopsbaai dari segala aktivitas perdagangan pemerintah dan perdagangan luar negeri. Ini sehubungan dengan beroperasinya jalur kereta api ruas Buitenzorg-Bandoeng via Soekabomi dan Tjiandjoer. RA Eekhout ingin menyelamatkan Wijnkoopsbaai (Palaboehan Ratoe) dan terus mengembangkannya.

Pelabuhan Ratu (Wijnkoopsbaai) kali pertama dikunjungi oleh orang Eropa/Belanda tahun 1687 ketika dilakukan ekspedisi yang dipimpin oleh Sersan Scipio yang diawali dari muara sungai Tjimandiri (rivier van Gekrok) menuju pedalaman hingga ke gunung Guruh (Sukabumi) dan kembali melalui punggung gunung Salak-Pangrango hingga ke titik singgung terdekat sungai Tjiliwong dan sungai Tjisadane dengan membangun benteng (fort) yang disebut benteng Padjadjaran. Dari benteng tim ekspedisi kembali ke Batavia melalui sisi timur sungai Tjiliwong. Kelak de Wilde (di era pendudukan Inggris (1811-1816) membuka usaha pertanian di sekitar gunung Guruh (yang menjadi cikal bakal Kota Sukabumi).    

Kini, ibu kota Kabupaten Sukabumi telah dipindahkan dari Kota Sukabumi ke kota Pelabuhan Ratu. Jika Kota Sukabumi diawali oleh de Wilde maka Pelabuhan Ratoe ingin direvitalisasi oleh RA Eekhout. Namun gagasan Eekhout ditolak banyak pihak. Lantas apakah berhasil pemindahan ibu kota kabupaten Sukabumi ke Pelabuhan Ratu akan cepat berkembang Sukabumi bagian selatan? Belajar sejarah Pelabuhan Ratu ada bainya karena dapat memberi perspektif dalam arah perjalanan sejarah kota ke masa depan. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.