Selasa, 26 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (195): Minyak Tuban dan Sungai Bengawan Solo; Pulau Tuban di Hook Timur Jawa dan Utara Jawa?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dimana letak Tuban? Sudah tentu di wilayah (provinsi) Jawa Timur. Wilayah Tuban pada masa ini adalah kabupaten Tuban. Akan tetapi secara historis nama geografi Tuban jauh lebih luas dari hanya sekadar batas-batas wilayah administarif. Yang dimaksud lebih luas adalah bahwa wilayah Tuban berada di hook antara pantai utara (pulau) Jawa dan pantai timur Jawa. Uniknya, pada wilayah hook ini bermuara sungai besar sungai Bengawan Solo. Pada jalu daerah aliran sungai Bengawan Solo inilah dari doeloe dikenal keberadaan sumur-sumur minyak.

Membicarakan potensi minyak di daerah aliran sungai Bengawan Solo, kita tidak hanya membicarakan Blora (blok Cepu) dan Tuban (blok Tuban), akan tetapi juga harus dibicarakan potensi minyak di wilayah Bojonegoro dan wilayah Lamongan. Kawasan yang luas ini, di arah pedalaman terdapat sumur-sumur minyak. Sedangkan kawasan di hilir, apakah di pantai utara dan dan pantai timur wilayah dataran yang lebih rendah (mendekati laut). Sebagaimana diketahui bahwa minyak terbentuk dari bahan fosil seperti sampah tumbuhan atau hewan yang terbenam di dasar tanah karena terjadi proses sedimentasi jangka panjang. Dalam konteks inilah kita membicarakan wilayah Tuban dan sekitar di zaman kuno yang berada di hook timur laut (pulau) Jawa.

Lantas bagaimana sejarah ladang-ladang minyak di wilayah Tuban? Seperti disebut di atas, pada tahun-tahun terakhir ditemukan ladang minyak di (kabupaten) Tuban. Wilayah Tuban berada di wilayah hilir sungai Bengawan Solo yang di zaman kuno muaranya terus bergeser pada posisi hook, antara pantai utara Jawa dan pantai timur Jawa. Lalu bagaimana ladang-ladang minyak Tuban ini terkait dengan sungai Bengawan Solo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (194): Wilayah Pantai Utara Jawa dan Teori Paparan Sunda; Kisah Tenggelamnya Kapal van der Wijck

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Belum lama ini, heboh lagi tentang tenggelamnya kapal van der Wijck di pantai utara Jawa dekat Lamongan pada tahun 1936. Mungkin tidak seramai pada saat terbitnya novel Hamka yang berjudul ‘Tenggelamnya Kapal van der Wijck’ yang terbit tahun 1976. Ada perbedaan antara kejadian nyata tahun 1936 dan cerita fiksi (novel) tahun 1976. Tapi kali ini, yang menjadi heboh masuk dalam ranah akademik. BPCP Jawa Timur tampaknya tertarik meneliti situs kapal van der Wijck yang jatuh di dasar laut. Apa ruginya? Apa untungnya? Rugi jika nilai sejarahnya lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan; untung jika hasil penyelidikan itu memiliki manfaat lebih besar. Apakah penyelidikan kapal van der Wijck pada masa ini bisa dimanfaatkan untuk menjelaskan teori Paparan Sunda.

 

Soal tenggelamnya kapal van der Wijck pernah saya tulis pada blog ini pada tahun 2019, Jadi, tidak asing bagi saya kejadian nyata tahun 1936 tersebut. Yang jelas dalam artikel itu diketahui bahwa dimana posisi GPS jatuhnya ke dasar laut kapal van der Wijck sudah diketahui secara akurat dan dicatat. Saat itu, setelah evakuasi selesai, bangkai kapal itu dibiarkan saja, tanpa ada upaya untuk mengangkatnya. Satu yang pasti alasannya adalah kapal itu sudah masuk karegori tua (telah berumur 15 tahun). Kapal itu jelas nilai ekonomisnya sudah kembali. Kejadiannya hanya bersifat random sebagai kecelakaan kapal dan laut saja. Itu berbeda dengan tenggelamnya kapal Titanic ada nilai sejarahnya. Lantas apakah gara-gara ada novel berjudul Tenggelamnya Kapal van der Wijck karangan Hamka menjadi ada nilai sejarahnya? Entahlah. Yang jelas BPCP Jawa Timur adalah lembaga kompeten untuk urusan akademik di bidak kepurbakalaan dan budaya. Bangkai kapal itu jelas bukan situs purbakala, nilai budanyanya juga kecil. Yang lebih tinggi nilai budayanya hanya pada sisi gotong royong penduduk Lamongan turut membantu penyelamatan.

Lantas bagaimana sejarah peta wilayah pantai utara Jawa? Seperti disebut di atas, wilayah perairan pantai utara Jawa menjadi heboh lagi karena soal situs van der Wijck yang dihubungkan dengan BPCP Jawa Timur. Kita tidak membicarakan itu, tetapi adalah apakah yang dapat kita pelajari tentang wilayah pantai utara, apakah terkait dengan jatuhnya kapal van der Wijck atau kejadian/kecelakaan lain seperti jatuhnya pesawat yang dapat dihubungkan untuk menjelaskan teori Paparan Sunda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.