Kamis, 15 Desember 2022

Sejarah Madura (38): China Town di Pulau Madura, Apa Benar Ada? Riwayat Pedagang Cina di Madura Sejak Era VOC/Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Di sejumlah kota di masa lampau ada kota Cina (China Town) seperti di Soerabaja dan Ampenan (Lombok). Apakah dalam hal ini di pulau Madura juga ada China Town? Tampaknya tidak terinformasikan. Namun apakah benar-benar ada China Town di pulau Madura? Sebab kehadiran orang Cina di pulau Madura sudah ada ejak era VOC/Belanda hingga era Pemerintah Hindia Belanda.   


Tionghoa Madura adalah orang-orang dengan etnis Tionghoa yang bertempat tinggal di Pulau Madura. Kedatangan Tionghoa ke pulau Madura dikaitkan dengan armada Tartar yang dikalahkan oleh Raden Wijaya dan juga pelarian dari Geger Pecinan (di Batavia) tahun 1740. Terdapat kemungkinan bahwa mereka juga adalah pedagang perantara yang sudah bermukim sejak zaman sebelum dinasti Ming. Di Pasongsongan, Sumenep, terdapat sebuah perkampungan yang didiami orang-orang Tionghoa Muslim yang diklaim sebagai keturunan Tionghoa yang masih termasuk santri Sunan Ampel di Ampel Surabaya (Wikipedia). Semenrtara dalam http://www.sumenepkab.go.id/ disebutkan di sebuah perkampungan yang dikenal dengan pemukiman Radin di desa Tamedung, kecamatan Batang-Batang, ada sebuah makam kuna. Berdasar inkripsi batu nisan, makam itu diidentifikasi sebagai makam Kiai Bein. “Menurut keterangan para sesepuh, Kiai Bein Seing ini adalah anak Kapitan Keng, dari Kerajaan Sriwijaya,” kata Abdul Warits, salah satu peminat sejarah yang berasal dari Tamedung. Dari batu nisan Kiai Bein Seing, tertulis masa hidup beliau hingga akhir hayatnya. Keterangan Warits, beliau lahir di tahun 1602, dan wafat di tanggal 20 Shafar 1793. Kisah hidup Kiai Bein Seing tidak ada tertulis. Disebut wilayah itu lokasi terdamparnya 6 tentara Tartar atau Mongol, salah satunya kakek Lau Piango, arsitek Masjid Jami’ dan Kraton di masa Panembahan Sumolo (1762-1811). Namun apakah itu benar, tidak bisa dipastikan, tambah Warits. Salah satu keturunan Kiai Bein Seing ada yang diperisteri satu ulama, diyakini sebagai waliyullah di Sumenep, yaitu Ju’ Nipa. “Keturunan beliau rata-rata dahulu dipanggil Radin atau Raden, karena konon Ju’ Nipa masih ada hubungan darah dengan keluarga kraton,” imbuh Warits..

Lantas bagaimana sejarah China Town di Pulau Madura? Seperti disebutkan di atas, di pulau Madura juga terdapat orang-orang Cina pada era VOC hingga era Pemerintah Hindia Belanda. Apakah dalam hal ini ada kota Cina (China Town) di pulau Madura dan bagaimana riwayat kehadiran pedagang Cina di Madura sejak Era VOC/Belanda di pulau Madura. Lalu bagaimana sejarah China Town di Pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Madura (37): Telekomunikasi Pulau Madura;Terbukanya Isolasi Wilayah Madura hingga Era Teknologi Informasi Masa Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Madura dalam blog ini Klik Disini  

Bagaimana sejarah awal telekomunikasi di pulau Madura? Kita tidak sedang membicarakan telekomunikasi jarak pendek seperti tatap muka dalam menyampaikan pesan (message) dari sumber (source) ke penerima pesan (receiver). Akan tetapi memahami pesan-pesan (data dan informasi) pada era Pemerintah Hindia Belanda di pulau Madura melalui teknologi (alat) komunikasi yang baru telegraaf (channel). Teknologi telegraf inilah bersama teknologi radio yang kemudian mendasari kemajukan teknlogi kumunikasi yang lebih baru telepon termasuk di wilayah pulau Madura.    


Mengenal 11 Alat Komunikasi Tradisional Berdasarkan Sejarah. Oleh Dwi Latifatul Fajri 8 Oktober 2021. Komunikasi tradisional secara umum menekankan pada proses penyampaian pesan dari berbagai media dan sifatnya sederhana. Media komunikasi ini membantu kelangsungan hidup manusia. Bentuk-bentuk komunikasi tradisional berupa lambang isyarat, simbol, bunyi-bunyian, dan gerakan. Meski terlihat sederhana tetapi alat ini bisa memperlancar kegiatan dan aktivitas sehari-hari. Alat komunikasi tradisional digunakan manusia ratusan tahun lalu. Seiring berjalannya waktu, alat komunikasi semakin berkembang dan lebih modern. Contoh alat komunikasi tradisional yaitu surat, lukisan, prasasti, kentongan, dan masih banyak lagi. Alat komunikasi tradisional adalah proses penyampaian pesan dari pihak satu ke pihak lain memakai media tradisional, sebelum berkembangnya teknologi. Di Indonesia komunikasi tradisional ini menjadi bagian dari tradisi, upacara keagamaan, peraturan, dan sistem yang berlaku di masyarakat. Perbedaan alat komunikasi tradisional dan modern terletak pada jumlah audiens yang menerima pesan dari alat komunikasi. Pada komunikasi modern, audiens bisa berpartisipasi dalam konten media. Sedangkan media massa tradisional memiliki keterbatasan dalam pengiriman pesan dan jumlah audiens. Contoh media massa modern seperti internet, blog, e-mail, dan sosial media. Peran komunikasi tradisional yaitu: mempercepat persahabatan dan kerja sama, mendorong manusia untuk bekerja dan menjaga keharmonisan, memberi rasa keterikatan dan dipakai untuk mengambail keputusan Bersama. Berdasarkan buku Dunia Komunikasi dan Gadget karya Syerif Nurhakim, bentuk media alat komunikasi tradisional terbagi ke dalam beberapa bentuk, yaitu: 1. Kentungan, 2. Cerita rakyat, 3. Seni drama tari (Sendratari, 4. Wayang, 5. Asap, 6. Lukisan purba, 7. Prasasti 8. Daun Lontar, 9. Surat Kabar, 10. Kantor Pos, 11. Telegraf (https://katadata.co.id/).

Lantas bagaimana sejarah telekomunikasi di pulau Madura? Seperti disebut di atas, berbagai macam alat komunikasi yang digunakan di pulau Madura hingga penggunakan teknologi komunikasi telegraaf, yang dimulai sejak terbukanya isolasi wilayah Madura hingga teknologi informasi masa kini. Lalu bagaimana sejarah telekomunikasi di pulau Madura? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.