Minggu, 18 Agustus 2019

Sejarah Tangerang (23): Achjad Pena 1946, Bupati Perang Tangerang; Republiken Sejati Diangkat Menjadi Residen Banten, 1956


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini

Tidak seperti Atik Soeardi yang meulai karir sebagai guru, Raden Achjad Pena memulai karir di pemerintahan, Segera setelah Indonesia merdeka, bupati Tangerang pertama ditunjuk Raden Agoes Padmanegara. Namun dalam perkembangannya ketika Belanda (NICA) kembali bupati Agoes berkolaborasi dengan Belanda/NICA. Setelah Raden Agoes Padmanegara berhasil dilengserkan oleh penduduk Tangerang, pemerintah RI menunjuk Raden Achjad Pena sebagai bupati Tangerang.

Nieuwe courant, 25-05-1946
Sekutu/Inggris yang berbasis di Buitenzorg gagal melucuti senjata militer Jepang di Serpong karena tidak bisa melewati brikade yang dibuat para pejuang Indonesia antara Buitenzorg dan Serpong (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 22-01-1946). Sementara itu, militer Belanda/NICA berambisi keras untuk menguasai Tangerang dan mengamankan gudang senjata Jepang di Serpong. Pada hari Senin (15/04), tentara Belanda menduduki Pesing, di jalan menuju Tangerang (lihat Amigoe di Curacao: weekblad voor de Curacaosche eilanden, 17-04-1946). Pendudukan Pesing (wilayah Republiken) ini mendapat protes keras dari Menteri Pertahanan Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap dari Jogjakarta (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 18-04-1946). Wilayah Tangerang akhirnya dianeksasi militer Belanda/NICA dan berhasil menduduki Serpong (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 17-05-1946). Tiga ratus militer Jepang di zona barat yang menjaga tempat penyimpanan senjata di Serpong telah dilucuti militer Sekutu/Inggris (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 18-05-1946). Berakhir sudah kepemimpinan Achjad Pena sebagai bupati perang di wilayah Tangerang dan harus mengungsi. Serah terima Jepang ke Inggris di Tanah Abang (Nieuwe courant, 25-05-1946).

Lantas bagaimana selanjutnya dengan Achjad Pena? Bupati perang ini terus berjuang di pengungsian di sebelah barat sungai Tjisadane (karena SKnya belum dicabut). Bupati Tangerang yang baru ditunjuk Belanda/NICA. Sementara adiknya, Letnan AS Pena mengambil peran berjuang di front pertempuran Tangerang. Abang-adik ini berjuang di bawah bendera RI. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Tangerang (22): Atik Soeardi, Bupati Tangerang Pertama, 1943; Guru yang Menjadi Ketua Provinciale Raad West Java


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini

Kabupaten Tangerang dibentuk pada era penmerintahan pendudukan militer Jepang, tanggal 27 Desember 1943. Tanggal ini pada masa ini ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Tangerang. Saat penetapan Tangerang sebagai abupaten di Jawa Barat, yang diangkat menjadi bupati adalah Atik Soeardi. Saat itu, Atik Soeardi di Provinsi Jawa Barat termasuk salah satu pribumi yang memiliki portofolio tinggi. Atik Soeardi memulai karir sebagai seorang guru sekolah dasar HIS di Indramajoe, 1918 dan jabatan terakhir di era Pemerintah Hindia Belanda adalah Ketua Dewan Provinsi Jawa Barat.

Daftra Bupati Kabupaten Tangerang (wikipedia)
Selain mengangkat bupati di suluruh Jawa, Pemerintah Militer Jepang juga mengangkat dua wali kota, yakni di Djakarta dan Soerabaja. Hanya Djakarta dan Soerabaja yang statusnya sebagai kota (gemeente). Yang diangkat sebagai wali kota di Batavia adalah Dahlan Abdoellah, kelahiran Pariaman, alumni sekolah guru Kweekschool Fort de Kock yang melanjutkan studi ke Belanda. Pada era Pemerintah Hindia Belanda Atik Soeardi dan Dahlan Abdoellah juga pernag menjadi anggota dewan kota (gemeenteraaf) di Batavia. Wali kota yang diangkat di Soerabaja adalah Dr. Radjamin Nasution, kelahiran Afdeeling Padang Sidempoean, alumni sekolah kedokteran di Batavia STOVIA. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, Dr. Radjamin Nasution pernah menjadi angotta dewan kota (gemeenteraad) Soerabaja dan anggota dewan pusat Volksraad. Pada era Pemerintah Hindia Belanda dari 32 kota (gemeente) hanya ada dua wakil wali kota (locoburgemeester) yang berasal dari pribumi yakni di Batavia dan Padang. Di Batavia dijabat oleh MH Thamrin dan di Padang dijabat oleh Dr. Abdul Hakim Nasution.

Sejauh ini riwayat hidup Atik Soeardi belum pernah ditulis. Sangat disayangkan, karena Atik Soeardi adalah Bupati Kabupaten Tangerang yang pertama. Selain itu, Atik Soeradi alumni sekolah guru Kweekschool di Bandoeng, karirnya terbilang cermerlang dengan memiliki berbagai jabatan pada era Pemerintah Hindia Belanda. Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.