Minggu, 09 April 2023

Sejarah Banyumas (32): Kebumen Wilayah Bagelen; Riwayat Wilayah Karanganyar dan Tokoh Boedi Oetomo RAA Tirtokoesoemo


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Ada beberapa district penting di masa lampau di pantai selatan Jawa yang disatukan dengan residentie Bagelen, diantaranya Keboemen, Ambal dan Karanganjar. Seperti halnya kota Poerworedjo, kota Kebumen memiliki kesempatan terus berkembang karena posisinya sebagai pusat pemerintahan pada tingkat afdeeling. Dalam hal inilah Karanganjar memiliki riwayat tersendiri, apalagi dikaitkan dengan yokoh terkenal bupati Karanganjar.

Kebumen sebuah wilayah kabupaten berbatasan dengan kabupaten Banjarnegara di utara, kabupaten Wonosobo dan kabupaten Purworejo di timur, Samudra Hindia di selatan, serta kabupaten Cilacap dan kabupaten Banyumas di sebelah barat. Wilayah Kebumen dulunya hasil penggabungan dua kabupaten (regenshap), yaitu Karanganyar (Roma) di bagian barat dengan Kebumen (Pandjer) di bagian timur pada 1 Januari 1936. Secara geografis, bagian selatan Kebumen dataran rendah, sedangkan pada bagian utara berupa pegunungan dan perbukitan yang merupakan bagian dari rangkaian Pegunungan Serayu Selatan. Sementara itu di barat wilayah Gombong, terdapat Kawasan Karst Gombong Selatan sebuah rangkaian pegunungan kapur yang membujur hingga pantai selatan berarah utara-selatan. Daerah ini memiliki lebih dari seratus gua berstalaktit dan stalagmit. Sementara itu panjang pantai sekira 53 Km yang sebagian besar merupakan pantai dengan fenomena gumuk pasir. Sungai terbesar di Kabupaten Kebumen adalah sungai Luk Ulo, sungai Jatinegara, sungai Karanganyar, sungai Kretek, sungai Kedungbener, sungai Kemit, sungai Gombong, sungai Ijo, sungai Kejawang, dan kali Medono. Nama Kebumen konon berasal dari kabumian yang berarti sebagai tempat tinggal Kyai Bumi setelah dijadikan daerah pelarian Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi dari Mataram pada 26 Juni 1677, saat berkuasanya Sunan Amangkurat I. Saat itu Kebumen masih bernama Panjer. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kebumen di wilayah Bagelen? Seperti disebut di atas wilayah Kebumen dan wilayah Karanganyar memiliki permulaan yang sama sebagai cabang pemerintahan di pantai selatan Jawa (residentie Bagelen). Namun kemudian dua wilayah digabungkan dengan nama tunggal Kebumen. Tentu saja dalam hal ini riwayat wilayah Karanganyar menjadi penting karena ada tokoh terkenal pernah menjadi bupati di Karanganyar RAA Tirtokoesoemo. Lalu bagaimana sejarah Kebumen di wilayah Bagelen? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyumas (31): Wonosobo di Hulu Sungai Serayu; Wilayah Gunung Diantara Dataran Tinggi Dieng dan Candi Borobudur


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyumas dalam blog ini Klik Disini

Wonosobo atau Wanasaba. Tempo doeloe disebut district Ledok. Satu dari tiga district yang akan dijadikan satu residentie (Residentie Bagelen, Ledok dan Banjoemas). Akan tetapi tidak lama kemudian dijadikan dua residentie: Residentie Begelen dan Ledok; Residentie Banjoemas. Sekali lagi nama residentie hanya disebut Residentie Bagelen (saja). Tamat nama Ledok, tetapi nama Wonosobo menjadi popular di residentie Bagelen. Mengapa?

 

Wonosobo, sebuah wilayah kabupaten. Kabupaten berbatasan kabupaten Temanggung dan kabupaten Magelang di timur, kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan kabupaten Banjarnegara di barat, serta kabupaten Batang dan kabupaten Kendal di utara. Wonosobo berasal Wanasaba, berarti "tempat berkumpul di hutan", diduga dari bahasa Sanskerta: vanasabhā. Kedua kata ini juga dikenal sebagai dua buku dari Mahabharata: "Sabhaparwa" dan "Wanaparwa". Kabupaten Wonosobo berdiri 24 Juli 1825 sebagai kabupaten di bawah Kesultanan Yogyakarta seusai pertempuran dalam Perang Diponegoro. Kyai Moh. Ngampah, yang membantu Diponegoro, diangkat sebagai bupati pertama dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung Setjonegoro di Ledok. Disebutkan pula bahwa Setjonegoro adalah bupati yang memindahkan pusat kekuasaan dari Selomerto ke daerah Kota Wonosobo saat ini. Sebagian besar area Kabupaten Wonosobo adalah daerah pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung) terdapat dua gunung berapi: Gunung Sindoro (3.136 M) dan Gunung Sumbing (3.371 M). Daerah utara merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, dengan puncaknya Gunung Prahu (2.565 M), Telaga Menjer, dan Danau Cebong. Di sebelah selatan wilayah dataran rendah Wonosobo, terdapat Waduk Wadaslintang. Ibu kota Kabupaten Wonosobo berada di tengah-tengah daerah kabupaten, yang merupakan daerah hulu Kali Serayu. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Wonosobo di hulu sungai Serayu? Seperti disebut di atas, sejarah Wonosobo kurang terinformasikan. Wonosobo sendiri dapat dikatakan berad di tengah pulau Jawa. Wilayah Wonosobo diduga wilayah yang penting di masa lampau karena wilayah berada diantara Dataran Tinggi Dieng dan Candi Borobudur. Lalu bagaimana sejarah Wonosobo di hulu sungai Serayu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.