Sabtu, 20 April 2024

Sejarah Sepak Bola Indonesia (29): Pemain Diaspora Naturalisasi dalam Bingkai NKRI; Nathan Tjoe-A-On dan Kawan-Kawan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Sepak Bola Indonesia di blog ini Klik Disini

Dalam sejarah Indonesia, sejak era Pemerintah Hindia Belanda sudah terjadi proses naturalisasi. Saat itu orang Eropa non Belanda, orang Cina dan orang pribumi banyak yang dinarturalisasi menjadi warga negara Belanda (di Eropa). Pada masa ini, sejak era Pemerintah Republik Indonesia banyak yang telah dinaturalisasi menjadi warga negara Indonesia. Tidak ada salahnya, sejarah naturalisasi sendiri sudah lama adanya. Namun menjadi menarik, belakangan ini kriteria yang dapat dinaturalisasi Indonesia adalah muda, dapat memberi kontribusi langsung terhadap Indonesia serta diutamakan pemain diaspora (pemaian berdarah Indonesia d luar negeri, terutama di Belanda).


Fakta Unik dan Menarik Keluarga Nathan Tjoe-A-On. okezone.com. Kamis 7 Desember 2023. Nathan Tjoe-A-On, pemain Swansea City merupakan seorang pemain keturunan dengan latar belakang yang menarik. Pemain yang lahir di Rotterdam, Belanda pada 22 Desember 2001 ini diketahui menuruni darah Indonesia dari sang kakek lahir di Kota Semarang. Kakek buyutnya atau ayah dari sang kakeknya meninggal di Indonesia saat terjadi perang. Sang kakek yang saat itu masih muda bersama sang ibunya memutuskan pindah ke Belanda. Meski kakeknya berasal dari Indonesia namun sang ibu tidak 100 persen berdarah Indonesia. Saat kakeknya pindah ke Belanda, ia menikahi seorang wanita Belanda. Dari pernikahan tersebut, lahirlah ibunda Nathan (di Belanda). Ibu Nathan 50 persen keturunan Indonesia. Sang ayah Nathan berasal dari Suriname. Ayahnya merupakan seorang mantan pemain American Football. Nathan Tjoe-A-On memang memiliki darah keturunan Indonesia, namun belum bisa berbahasa Indonesia (https://bola.okezone.com/)

Lantas bagaimana sejarah pemain diaspora dinaturalisasi dalam ningkai NKRI? Seperti disebut di atas proses naturalisasi sudah lama berlangsung bahka sejak era Pemerintah Hindia Belanda, termasuk menaturalisasi orang Indonesia asli (pribumi) menjadi warga negara Belanda (di Eropa). Kini strategi naturalisasi baru Indonesia memilih kriteria muda dan diaspora seperti Nathan Tjoe-A-On dan kawan-kawan. Lalu bagaimana sejarah pemain diaspora dinaturalisasi dalam ningkai NKRI? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 13 April 2024

Sejarah Padang Lawas (15): Zaman Kuno Padang Lawas; The Forgotten Motherland hingga The Forgotten Kingdoms in Sumatra


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Padang Lawas adalah salah satu representasi wilayah Tanah Batak berbahasa Batak. Satu keutamaan wilayah Padang Lawas dalam konteks sejarah zaman kuno karena banyaknya bukti kepurbakalaan seperti prasasti dan candi. Dengan kata lain data wilayah Padang Lawas cukup tersedia in-situ maupun sumber-sumber tertulis Tiongkok dan Eropa. Keutamaan lainnya wilayah Padang Lawas secara geomorfologis adalah Minanga/Binanga sisi pantai timur lebar terpendek pulau Sumatra (sisi lainnya di pantai barat Sumatra di Hapesong/Sangkunur). Oleh karena lebar terpendek maka lalu lintas pantai barat dan pantai timur Sumatra menjadi intens.


Selama ini studi kepurbakalaan umumnya dilakukan dengan pendekatan studi arkeologis terutama terhadap tinggalan-tinggalan yang terdapat di wilayah bersangkutan. Oleh karena bahasa juga dipandang sebagai warisan yang masih eksis hingga masa kini, oleh para ahli linguistic juga mengambil peran dalam studi-studi tentang zaman kuno. Demikian juga halnya atas pertimbangan bahwa permukaan bumi mengalami perubahan (seperti erosi dan sedimentasi akibat aktivitas gunung api atau cuaca) para ahli geologi juga terlibat dalam kajian-kajian zaman kuno. Pada akhir-akhir ini atas pertimbangan migrasi yang mengakibatkan terjadi percampuran populasi (mix-population) para ahli genetika juga mengambil bagian dalam studi zaman kuno. Dalam hal ini semakin banyak pendekatan studi yang diterapkan dalam memahami zaman kuno semakin jelas ada sesuatu yang hilang dalam narasi sejarah yang ditulis. Dua topik yang semakin kerap dipertanyakan adalah The Forgotten Motherland dan The Forgotten Kingdoms.

Lantas bagaimana sejarah Padang Lawas zaman kuno? Seperti disebut di atas, wilayah Padang Lawas dalam konteks zaman kuno memiliki banyak keutamaan dibandingkan wilayah yang lain. The forgotten motherland hingga the forgotten kingdoms in Sumatra. Lalu bagaimana sejarah Padang Lawas tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Rabu, 10 April 2024

Sejarah Padang Lawas (14):Soal Kilas Balik NavigasiPelayaran Perdagangan Kuno;Cina, Borneo, Filipina, Sulawesi, Maluku, Pasifik


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Kapan bermula (kerajaan) Sriwijaya? Pertanyaan ini akan membawa ke pertanyaan bagaimana sejarah nusantara di masa lampau (sebelum) terbentuknya kerajaan Sriwijaya. Satu yang jelas sebelum nama Sriwijaya terinformasikan dalam prasasti Kedoekan Boekit (682) dimana djuga disebut nama Minanga/Binanga, sudah ada navigasi pelayaran perdagangan ke Sumatra bagian utara. Dalam konteks inilah perlu wilayah Padang Lawas dipahami.


Sudah ada navigasi pelayaran perdagangan di masa lampau yang telah menghubungkan pantai timur Mesir (laut merah dan laut Mediterani) dan pantai timur Tiongkok (Canton). Dalam hal inilah posisi nusantara pemenjadi sangat penting dan strategis. Wilayah nusantara terutama pulau Sumatra menjadi hub antara barat dan timur dalam navigasi pelayaran perdagangan.

Lantas bagaimana sejarah kilas balik navigasi pelayaran perdagangan zaman kuno? Seperti disebut di atas sebelum terinformasikan nama Minanga/Binanga dan Sriwijaya sudah terinformasikan navigasi pelayaran perdagangan dari dan ke Sumatra bagian utara. Tiongkok, Borneo, Filipina, Sulawesi, Maluku dan Pasifik. Lalu bagaimana sejarah kilas balik navigasi pelayaran perdagangan zaman kuno? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Senin, 01 April 2024

Sejarah Padang Lawas (13):Kilas Balik Soal Prasasti-Prasasti Sejak Abad ke-7; Minanga, Sriwijaya, Panai dan San-fo-ts'i hingga Aru


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Setiap wilayah memiliki sejarah masing-masing termasuk sejarah wilayah Padang Lawas. Pada masa ini di wilayah Padang Lawas ditemukan banyak candi. Sebagian sudah dipugar dan sebagian yang lain masih berupa reruntuhan yang tidak pernah dipikirkan. Sementara di wilayah lain hanya secuil sisa kepurbakalan begitu banyak perhatian, sebaliknya di wilayah Padang Lawas begitu banyak candi yang terlantar. Mengapa? Apakah karena sejarahnya kurang terinformasikan? Candi adalah satu hal, prasasti adalah hal lain, dan catatan dari Tiongkok dan Eropa adalah hal lain lagi.


Nama Padang Lawas sudah dikenal sejak lama. Sejak era Republik Indonesia, afdeeling Padang Sidempoean di Zuid Tapanoeli pada era Pemerintah Hindia Belanda dijadikan sebagai kabupaten dengan nama Kabupaten Tapanuli Selatandi Provinsi Sumatera Utara. Setelah sebelumnya pada tahun 1998 dimekarkan dengan membentuk Kabupaten Mandailing Natal, lalu pada 2007 Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan kembali dengan membentuk Kabupaten Padang Lawas dengan ibu kota di Sibuhuan dan Kabupaten Padang Lawas utara dengan ibu kota di Gunung Tua. Situs arkeologi Padang Lawas di dua kabupaten ini sangat banyak yang umumnya berupa percandian. meliputi Kecamatan Barumun, Kecamatan Barumun Tengah, dan Kecamatan Sosopan, Kecamatan Batang Onang, Kecamatan Padang Bolak, Kecamatan Padang Bolak Tenggara dan Kecamatan Portibi. Candi-candi tersebut berada di hulu daerah aliran sungai Barumun (sungai Batang Pane, sungai Aek Sirumambe dan sungai Sangkilon).

Lantas bagaimana sejarah kilas balik prasasti-prasasti sejak abad ke-7? Seperti disebut di atas wilayah Padang Lawas di Tapanuli Bagian Selatan terdapat banyak peninggalan kepurbakalaan seperti candi. Suatu peninggalan yang dapat dijelaskan dari prasasti-prasasti yang berasal dari abad ke-7 yang dihubungkan dengan nama-nama Minanga, Sriwijaya, Panai, San-fo-ts'i, Aru hingga Padang Bolak. Lalu bagaimana sejarah kilas balik prasasti-prasasti sejak abad ke-7? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Minggu, 31 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (12): Para Ahli dan Upaya Melacak Kerajaan Tua Nusantara;FM Schnitger Eskavasi Candi di Padang Lawas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Banyak ahli dan peneliti telah terlibat sejak awal tentang sejarah masa lampau serta bangunan dan benda kepurbakalan berkontribusi dalam letersediaan data dan hasil-hasil interpretasi masing-masing mereka. Para ahli tersebut tidak hanya orang Belanda, juga ada orang Prancis, Inggris dan orang Jerman serta tentu saja orang Cina dan orang pribumi. Dua nama para era Pemerintah Hindia Belanda terkait wilayah Padang Lawas adalah FW Jung Huhn dan FM Schnitger.

 

FW Jung Huh adalah yang pertama melaporkan keberadaan candi-candi kuno di wilayah Padang Lawas (1843). Jung Huhn, seorang geolog yang saat itu sebagai pejabat di Afdeeling Portibi baru sekadar melakukan pemetaan lokasi dimana candi berada; wujud bangunan candi atau reruntuhan yang terhampar di atas permukaan tanah, di bawah pepohonan atau di tengah padang ilalang maupun diantara semak-semak dan hutan sekunder. FM Schnitger, ahli (arkeolog) orang pertama yang melakukan penggalian situs, merekonstruksi dan melakukan interpretasi di Padang Lawas tahun 1935. Saat kehadiran Schnitger masih banyak elemen-elemen candi (seperti makara, stupa) yang dapat dilihatnya langsung, ditemukannya sendiri saat penggalian, yang berada di tangan penduduk dan yang direlokasi ke kantor Controleur di Goenoeng Toea. Schnitger berpendapat masyarakat pendukung candi tempo doeloe adalah orang-orang kerajaan yang dimakamkan di dalam stupa setelah kematian, sedangkan makara wujud hewan (banteng, singa, gajah) sebagai wujud jiwa yang ditinggalkan. LC Westenenk, yang menjadi peminat kepurbakalaan pada tahun 1920 dari Palembang mulai mengidentifikasi candi-candi di Padang Lawas. Westenenk adalah pejabat yang menemukan situs (prasasti) Sigoentang (Kedukan Bukit) di Palembang (https://akhirmh.blogspot.com/2021/05/sejarah-peradaban-kuno-5)

Lantas bagaimana sejarah para ahli dalam upaya melacak kerajaan tua Nusantara? Seperti disebut di atas salah satu wilayah tua di nusantara adalah Padang Lawas dimana kini dapat diperhatikan keberadaan banyak candi. FM Schnitger orang pertama melakukan eskavasi candi di Padang Lawas. Lalu bagaimana sejarah para ahli dalam upaya melacak kerajaan tua Nusantara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sabtu, 30 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (11): Padang Lawas Semasa Pemerintah Hindia Belanda; Tuanku Tambusai, Perang Padri dan FW Jung Huhn


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Sejak memudarnya Kerajaan Aru, wilayah Padang Lawas kambat laun semakin tidak terinformasikan. Wilayah Padang Lawas tersembunyi di pedalaman Sumatra jauh di bagian hulu sungai Barumun. Meski demikian masih ada satu dua yang pernah mengunjunginya dan karena itu sangat sedikit yang terinformasikan. Salah satu yang penting dari mereka adalahFW Hung Huhn yang berkunjung ke Padang Lawas.

 

Charles Miller melakukan ekspedisi ke Angkola tahun 1772 (lihat buku The Hostory of Sumatra by William Marsden, 1811). Charles Miller--yang dipandu penunjuk jalan dan kuli angkut memulai perjalanan dari Pulau Pontjang, pos perdagangan Inggris di Teluk Tapanoeli. Dengan kapal kecil berangkat tanggal 21 Juni 1772 hingga tiba di muara sungai Lumut, Selanjutnya mencapai Si Pisang di tepi sungai Batang Toru. Dengan melintasi punggung bukit perjalanan melalui Koto Lambong (Huta Lambung) hingga tiba Terimbaru (Hutaimbaru), kampong besar di tepi selatan dataran Ankola (05 Juli 1772). Lalu dari Simasom, Miller ke Morang dan berakhir di Pangkal Dolok, Batang Onang (Padang Lawas). Jauh sebelum Miller, tahun 1701 seorang Cina melaporkan di Kasteel Batavia sudah selama 10 tahun di Angkola berdagang dengan mengambil barang di Malaka (lihat Daghregister Maret 1701). Terakhir Jung Huhn melakukan ekspedisi geologi tahun 1840 di Angkola dan Jung Huhn cukup lama di Portibie (merangkap perwakilan pemerintah). Sebagaimana diketahui Perang Padri terakhir terjadi di Dalu-Dalu tahun 1838.

Lantas bagaimana sejarah Padang Lawas semasa Pemerintah Hindia Belanda? Sebelum kehadiran Pemerintah Hindia Belanda Perang Padri terakhir terjadi di Dalu-Dalu yang dipimpin oleh Tuaku Tambusai. FW Jung Huhn memuali awal pemerintahan di Padang Lawas. Lalu bagaimana sejarah Padang Lawas semasa Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Jumat, 29 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (10): Apakah Bahasa Melayu Merujuk BahasaBatak?AksaraBatak di Tanah Batak dan Aksara Jawi di Melayu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Padang Lawas adalah salah sau wilayah di pulau Sumatra yang sudah dikenal sejak lama. Dalam peta Ptolomeus abad ke-2 diidentifikasi nama Tacola yang diduga adalah nama Angkola. Nama Minanga yang diduga nama Binanga di Padang Lawas terdapat pada prasasti abad ke-7. Besar dugaan masyarakat pendukung peradaban di Padang Lawas adalah orang Batak yang membanngun candi-candi.  Apakah dalam hal ini terbentuknya bahasa Melayu merujuk pada bahasa Batak?

 

Bahasa rujak adalah suatu jenis tata bahasa di berbagai negara (khususnya di Malaysia dan Singapura) yang mencampurkan berbagai bahasa dalam satu kalimat atau percakapan, seperti halnya dengan bahasa pijin, Manglish/Inggris Malaysia dan Singlish/Inggris Singapura. Namun, bahasa dasarnya tetap saja merupakan bahasa ibu dari negara bersangkutan. Di Indonesia, bahasa yang demikian biasa disebut bahasa gado-gado. Bahasa ini dinamakan dengan Bahasa rujak karena bahasa ini memcampurkan bahasa lokal dengan bahasa-bahasa lain dalam satu percakapan, sehingga terlihat bercampur-aduk tak beraturan layaknya makanan rujak. Bahasa rujak menjadi kontroversi karena dianggap sebagai bahasa yang tidak baku dan merusak kemurnian bahasa dan dapat menimbulkan krisis dalam pembelajaran bahasa. Contoh kosakata bahasa rujak dalam bahasa Indonesia: Lihat bonekaku yang cute (lucu) ini; Love you sayang, good nite! Overall semuanya saya suka, I like it! (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah apakah bahasa Melayu merujuk bahasa Batak? Seperti disebut di atas sejarah peradaban awal yang terinformasikan di pantai timur Sumatra salah satunya di wilayah Padang Lawas. Apakah dalam hal ini terbentuknya bahasa Melyu di pantai timur Sumatra merujuk bahasa Batak? Aksara Batak di Tanah Batak, aksara Jawi di wilayah Melayu. Lalu bagaimana sejarah apakah bahasa Melayu merujuk bahasa Batak? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Kamis, 28 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (9): Padang Bolak dan Padang Lawas; Geomorfologi Padang Lawas dan Geomorfologis Pulau Sumatra


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Padang Bolak dan Padang Lawas adalah dua nama wilayah untuk wilayah yang sama. Padang adalah wilayah yang cenderung datar dengan vegetasi ilalang yang diselingi pepohanan rendah (seperti balakka dan aramotting). Bolak adalah bahasa Batak yang artinya luas dan demikian juga dengan lawas yang berarti luas. Padang yang sama menurut orang pedalaman disebut bolak, orang yang berasal dari lautan disebut lawas. Di wilayah bentang alam yang luas ini mengalir sungai-sungai berhulu di pegunungan. Sungai-sungai ni menjadi jalur transfortasi dari dan ke luar (laut) dan ke dalam (pedalaman).

 

Geomorfologi ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan proses yang membentuknya. Para ahli geomorfologi mencoba untuk memahami kenapa sebuah bentang alam terlihat seperti itu, untuk memahami sejarah dan dinamika bentang alam. Geomorfologi dipelajari di geografi, geologi, geodesi, arkeologi, dan teknik kebumian. Lingkup kajian dari geomorfologi adalah bentuk permukaan bumi. Dalam pembahasan ilmiah, bentuk permukaan bumi ini meliputi penemuan dan pengenalan bentuk lahan dan faktor-faktor pembentuknya. Geomorfologi juga membahas tentang sejarah dan asal-usul bentuk lahan. Proses pembentuk utama yang bertanggung jawab terhadap pembentukan topografi adalah angin, ombak, cuaca, pergerakan tanah, aliran air, tektonik, dan vulkanik. Geomorfologi memiliki keterkaitan dengan geografi disebut geomorfologi geografi. Keduanya saling membutuhkan. Kajian geomorfologi geografi menghasilkan pengetahuan bentang lahan, bentang alam dan bentang geografi (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Padang Bolak dan Padang Lawas? Seperti disebut di atas wilayah Padang Lawas dan Padang Bolak adalah wilayah datar dimana kini ditemukan banyak candi-candi yang berasal dari masa lampau. Geomorfologi wilayah Padang Lawas dan Geomorfologis pulau Sumatra. Lantas bagaimana sejarah Padang Bolak dan Padang Lawas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Rabu, 27 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (8): Wilayah Padang Lawas Era VOC/Belanda, Orang Pedalaman Terisolasi; Dunia Lama versus Dunia Baru


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Wilayah sejarah adalah ibarat layout rumah/istana, banyak sisi (utara, timur, barat dan selatan) tetapi pada setiap masa hanya ada satu utama dimana terdapat gerbang utama. Demikianlah sejarah di wilayah Padang Lawas, awalnya pintu belakang (sisi barat di Angkola/Barus) lalu berubah menjadi pintu depan (sisi timur di Padang Lawas). Setelah sempat sejarah Padang Lawas gelap gulita (selama era VOC/Belanda), lalu seperti kita lihat nanti, sejarah wilayah Padang Lawas terbuka kembali, tetapi dari sisi selatan (Mandailing) pada era Pemerintah Hindia Belanda.

 

Setelah kejatuhan Kerajaan Aru dalam perang dengan Kerajaan Aceh, dalam perkembangannya Kerajaan Aru mulai memudar. Pada era Ma Huan (1403-1415) ibu kota Kerajaan Aru berada di daerah aliran sungai Barumun. Pada masa ini disebut Kerajaan Nakur pernah menyerang kerajaan di Sungai Karang dan rajanya terbunuh. Dalam laporan Mendes Pinto (1537) disebut tiga anak Radja Aru terbunuh di Lingau dan Nakur. Dalam hal ini wilayah Kerajaan Aru yang (tersisa) di wilayah pesisir mulai dari batas sungai Rokan hingga batas sungai Ambuaru plus wilayah pedalaman mulau dari batas Minangkabau hingga batas Kerajaan Aceh). Dalam laporan Mendes Pinto ibu kota Kerajaan Aru berada di Panaju di daerah aliran sungai Panatiao. Wilayah Nakur (Simalungun) dan wilayah Gajo berpusat di Lingau/Lingga (kini masuk Karo) dipimpin oleh para pangeran Kerajaan Aru (anak dari Radja Aru).

Lantas bagaimana sejarah wilayah Padang Lawas era VOC/Belanda dan penduduk di pedalaman terisolasi? Seperti disebut di atas, Keraajaan Aru memudar setelah mengalami kekalahan dalam perang melawan Kerajaan Aceh. Situasi dan kondisi menjadi dunia lama versus dunia baru dan semmua tergantung pada supremasi kerajaan-kerajaan. Lalu bagaimana sejarah wilayah Padang Lawas era VOC/Belanda dan penduduk di pedalaman terisolasi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Padang Lawas (7): Kerajaan Aru di Pantai Timur Sumatra Era Portugis; Mendes Pinto dan Kerajaan Malaka di Semenanjung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Sejarah adalah narasi fakta dan data, fakta yang benar-benar ada atau terjadi dengan didukung bukti. Bukti-bukti sejarah masa lampau di Indonesia, sangat terbatas, hanya berupa teks prasasti atau bentuk lainnya. Dukungan teks dari asing sangat diperlukan untuk menambah pemahaman, terutama yang berasal dari Tiongkok dan dari Eropa. Salah satu sumber sejarah tentang keberadaan Kerajaan Aru yang jarang dicermati laporan seorang Portugis, Mendes Pinto.

 

Fernão Mendes Pinto (c.1509-8 Juli 1583) seorang penjelajah Portugis. Pelayarannya dicatat dalam Peregrinação;1614), memoar otobiografinya. Banyak aspek dari karya ini yang dapat diverifikasi. Pinto meninggalkan Lisbon 1537 menuju India melalui Mozambik. Lalu berlayar dengan kapal kargo Portugis ke Goa. Sejak tahun 1539, Pinto tetap berada di Malaka di bawah Pedro de Faria, kapten Malaka yang baru diangkat. Pinto diutus menjalin kontak diplomatic dengan kerajaan-kerajaan kecil yang bersekutu Portugis melawan umat Islam di Sumatera bagian utara. Pada tahun 1569, ia menemukan armada Ottoman yang dipimpin oleh Kurtoğlu Hızır Reis di Aceh. Setelah misi Pinto ke Sumatra, dia dikirim ke Patani, di pantai timur Semenanjung Malaya. Pinto melanjutkan operasi perdagangan di di Teluk Tonkin. Pinto memasuki Tiongkok dari Laut Kuning. Pinto memfasilitasi perdagangan antara Portugis dan Jepang. Pinto kembali ke Malaka lalu ke Goa. Sekembalinya Pinto ke Goa, Faria mengirimnya ke Banten, Jawa, untuk membeli lada untuk dijual ke Cina. Pada tahun 1558, Pinto kembali ke Portugal. Pinto memulai memoarnya pada tahun 1569 (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Aru di Pantai Timur Sumatra era Portugis? Seperti disebut di atas, sumber sejarah Kerajaan Aru di era Portugis berasal dari penulis-penulis Portugis. Mendes Pinto dan Kerajaan Malaka di Semenanjung. Lalu bagaimana sejarah Kerajaan Aru di Pantai Timur Sumatra era Portugis? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Senin, 25 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (6): Kerajaan Aru dan Era Navigasi Pelayaran Perdagangan; Apa Sriwijaya Sulit Ditemukan Para Ahli?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Mengapa ibu kota kerajaan masa lampau sulit ditemukan. Yang jelas minim data yang dapat dibaca dan apa yang dibaca sulit dinterpretasi. Para ahli pada era Pemerintah Hindia Belanda mengalami kesulitan menemukan ibu kota Sriwijaya, kerajaan masa lampau karena banyaknya nama yang diyakini masing-masing peneliti. Tidak demikian dengan Kerajaan Aru, karena tarihnya masih terbilang muda. Apakah nama Aru sama dengan Haru? Yang jelas para ahli era Hindia Belanda ingin lekas menyelesaikan penyelidikan tetapi tidak buru membuat kesimpunan umum yang final. Bagaimana dengan para ahli sekarang?


Kerajaan Haru, kerajaan Batak Karo abad ke-13-16. Ibu kota Aru terletak dekat Kota Medan. Catatan sejarah terawal menyebut Kerajaan Haru dari catatan Tiongkok dinasti Yuan (akhir abad ke-13); Yingya Shenglan (1416) dari dinasti Ming. Nama Haru juga disebut dalam Nagarakretagama (1365) dan Pararaton (abad ke-15). Catatan Portugis dalam Suma Oriental awal abad ke-16 Masehi menyebut Aru sebagai kerajaan Makmur, kerajaan yang kuat Penguasa Terbesar di Sumatra memiliki wilayah kekuasaan luas dan pelabuhan ramai dikunjungi kapal asing. Peninggalan arkeologi yang dihubungkan dengan Kerajaan Haru juga ditemukan di Kota China dan Kota Rantang. Pada abad ke-15, pemimpin Kerajaan Haru dan penduduknya kemungkinan besar telah memeluk agama Islam (Yingyai Shenglan 1416 oleh Ma Huan, yang ikut dalam pelayaran Cheng Ho. Dalam Hikayat Raja-raja Pasai dan Sulalatus Salatin disebutkan bahwa kerajaan tersebut mengalami islamisasi (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Aru dan era navigasi pelayaran perdagangan? Seperti disebut di atas sejarah masa lampau sulit dipahami, semakin jauh ke masa lampau semakin sulit pula. Hal itulah mengapa Sriwijaya sulit ditemukan para ahli. Bagaimana dengan Kerajaan Aru yang lebih muda? Lalu bagaimana sejarah Kerajaan Aru dan era navigasi pelayaran perdagangan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Minggu, 24 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (5): Kerajaan Panai di Sumatra, Utusan Moor Ibnu Batutah dan Penjelajah Nicolo Conti;Kerajaan Majapahit


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Sejarah adalah soal timeline yang berkesinambungan. Kerajaan-kerajaan di Padang Lawas tetap eksis sementara kerajaan kuat di Jawa berada di Kerajaan Majapahit. Pada masa Kerajaan Singhasari terdapat hubungan dengan Kerajaan Panai di Padang Lawas. Apakah kemudian kemudian hubungan tersebut masih berlaku pada era Kerajaan Majapahit. Pada masa inilah utusan Moor Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti berkunjung ke pantai timur Sumatra.

 

Niccolò de' Conti seorang penjelajah berangkat dari Venesia tahun 1419. Serelah menetap di Damaskus, belajar bahasa Arab. Conti melintasi gurun ke Bagdad dan berlayar menyusuri sungai Tigris ke Basra. Masa ini juga ekspedisi Tiongkok dipimpin Zheng He. Conti kemudian berlayar melalui Teluk Persia ke Iran. Setekag belajar bahasa Persia, Conti kemudian menyeberangi laut Arab hungga di Gujarat dan mencapai Vijayanagar, ibu kota Deccan sebelum 1420 dan Maliapur di pantai timur India. Tahun 1421 Conti menyeberang ke Pedir di Sumatera bagian utara. Setelah satu tahun, Conti kemudian melanjutkan ke Tenasserim di Semenanjung Malaya. Lalu dari Burma berangkat ke Jawa dimana Conti menghabiskan sembilan bulan, sebelum lanjut ke Champa. Conti pulang melalui laut pada tahun 1439. Conti menggambarkan Asia Tenggara sebagai "yang melampaui semua kawasan lain dalam hal kekayaan, budaya dan kemegahan, serta berada di depan Italia dalam hal peradaban". Catatan perjalanan Conti konsisten dengan catatan penulis di kapal Cheng Ho, seperti Ma Huan (1433) dan Fei Xin (1436) (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Panai di Sumatra semasa utusan Moor Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti? Seperti disebut di atas penting untuk memahami timeline sejarah Padang Lawas dengan menggunakan data sebanyak mungkin dari berbagai sumber. Perjalanan utusan Moor Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti menjadi penting. Sementara itu di Jawa Kerajaan Majapahit tengah Berjaya. Lalu bagaimana sejarah Kerajaan Panai di Sumatra semasa utusan Moor Ibnu Batutah dan penjelajah Nicolo Conti? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sabtu, 23 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (4): Kerajaan Panai di Sumatra dan Penjelajah Marco Polo Asal Venesia; Kerajaan Singhasari di Jawa Timur


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Ada satu masa di wilayah Padang Lawas yang hampir tidak terinformasikan. Itu terjadi setelah invasi Chola. Berapa lama invasi Chola di Sumatra juga tidak diketahui secara pasti. Namun sejarah tetaplah sejarah. Sejarah adalah soal timeline yang berkesinambungan. Pada saat invasi Chola teesebut di Laut Mediterania terjadi dinamika politik baru. Dalam hal inilah penting untuk tetap perlu menyelidiki sejarah berkesinambungan di Padang Lawas.

 

Singasari (Singhasari, Singosari) suatu kerajaan di Jawa (timur) didirikan Ken Arok tahun 1222. Lokasi kerajaan kini diduga di daerah Singasari, Malang. Kerajaan Singhasari juga disebut Tumapel. Pada tahun 1253, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya Kertanagara sebagai raja muda, nama ibu kota menjadi Singhasari. Nama Singhasari ini kemudian justru lebih dikenal dari nama Tumapel. Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Tiongkok dinasti Yuan Tu-ma-pan. Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri dengan raja Tunggul Ametung, yang mati dibunuh oleh pengawalnya sendiri Ken Arok. Ken Arok mengawini istri alm Tunggul Ametung bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian melepaskan Tumapel dari Kerajaan Kadiri. Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu berafiliasi dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel dengan gelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kerajaan di Panai di Sumatra dan penjelajah Marco Polo asal Venesia? Seperti disebut di atas catatan sejarah di wilayah Padang Lawas minim pada era pasca invasi Chola. Saat kehadiran orang Eropa Marco Polo, di Jawa Kerajaan Singhasari di Jawa Timur semakin menguat. Lalu bagaimana sejarah kerajaan di Pantai Timur Sumatra dan penjelajah Marco Polo asal Venesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Jumat, 22 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (3): Pane, Binanga, Sunggam, Angkola dan Mandailing; Invasi Chola di Sumatra dan Prasasti Tanjore 1030


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Seperti halnya prasasti Kedoekan Boekit (682), prasasti Tanjore (1030) juga banyak dibicarakan oleh para ahli. Lagi-lagi George Cœdès, seorang arkeolog Prancis yang juga membaca dan menerjemahkan kedua prasasti. Satu diantara yang ambil bagian dalam diskusi prasasti Tanjore adalah Gerret Pieter Rouffaer. Dalam prasasti Kedoekan Boekit ada nama Minanga disebut. Bagaimana di dalam prasasti Tanjore?

 

Prasasti Tanjore terdapat pada kuil Parijatavanesvara di Tirukkalar, distrik Tanjore (Thanjavur), India. Prasasti ini merupakan peninggalan dari raja-raja dinasti Chola di Koromandel, selatan India. Isi dari teks prasasti dengan penanggalan peristiwa Rajendra Chola I naik tahta pada tahun 1012 dan tentang penaklukan beberapa kawasan termasuk di nusantara serta penawanan raja Kadaram, beserta negeri-negeri Sriwijaya: Vidyadhara-torana, kota pedalaman yang luas, gerbang kemakmuran Sriwijaya; Pannai dengan kolam air, Malaiyur dengan benteng di atas bukit; Mayirudingam dikelilingi oleh parit; Ilangasogam yang tak gentar dalam pertempuran sengit; Mappappalam dengan air sebagai pertahanan; Mevilimbangam, dengan dinding tipis sebagai pertahanan; Valaippanduru, memiliki lahan budidaya dan hutan; Takkolam yang memiliki ilmuwan; pulau Madamalingam berbenteng kuat; Ilamuri-Desam, yang dilengkapi dengan teknologi hebat; Nakkavaram yang memiliki kebun madu berlimpah; dan Kadaram berkekuatan seimbang, dengan tentara memakai kalal. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah nama Pane, Binanga, Sunggam, Angkola dan Mandailing? Seperti disebut di atas, nama Pane, Binanga, Soenggam, Angkola dan Mandailing disebut dalam prasasti Tanjore, suatu prasasti yang mengindikasikan invasi Chola di Sumatra tahun 1025. Lalu bagaimana sejarah nama Pane, Padang Lawas, Mandailing dan Angkola? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Kamis, 21 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (2): Kawasan Situs Percandian ‘Metropolitan’ di Padang Lawas; Prasasti dan Candi Terluas di Nusantara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

Di Sumatra bagian utara, candi dan prasasti hanya ditemukan di wilayah Padang Lawas (Tapanuli bagian selatan). Untuk kawasan seluas Padang Lawas, jumlahnya sangat banyak sebanyak 26 situs candi dan boleh dikatakan terpadat di Nusantara. Namun sangat disayangkan percandingan Padang Lawas selalu dari waktu ke waktu diremehkan. Perhatikan judul berita-berita yang mengerdilkan berikut: hanya ada 6 candi faktanya ada 26 situs. Disebut hanya sebatas Sumatra Utara dan hanya sebatas peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Sumatra Utara. Mengapa bisa begitu?

 

Miliki 6 Candi, Padang Lawas Jadi Situs Hindu-Buddha Terbesar di Sumut. 27/05/2021 (https://regional.kompas.com/); Padang Lawas, Situs Hindu-Budha Terbesar di Sumatera Utara. Senin, 23 September 2019 (https://indonesia.go.id/); Sejarah Candi Bahal, Jejak Sriwijaya di Sumut Lokasi Peringatan Waisak 2023. Minggu, 04 Jun 2023 (https://www.detik.com/); Candi Bahal, Kompleks Percandian Terluas di Sumatera Utara. 23/01/2023 (https://www.kompas.com/); Menelusuri Sejarah Candi Bahal Peninggalan Sriwijaya Sejak Abad Ke-11. 20 Desember 2023 (https://www.goodnewsfromindonesia.id/); 7 Fakta Candi Bahal Portibi, Peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Sumut. 27 Apr 22 (https://sumut.idntimes.com/); Candi Bahal Portibi, Peninggalan Sriwijaya di Sumatera Utara. Sabtu, 25 Agustus 2018 (https://daerah.sindonews.com/)

Lantas bagaimana sejarah kawasan ‘metropolitan’ percandian di Padang Lawas? Seperti disebut di atas percandian Padang Lawas kurang mendapat perhatian, namun jikapun ada yang ingin memperhatikan tetapi narasinya sengaja tidak sengaja dikerdilkan. Lalu bagaimana sejarah kawasan ‘metropolitan’ percandian di Padang Lawas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 20 Maret 2024

Sejarah Padang Lawas (1): Narasi Sejarah Padang Lawas; The Forgotten Kingdoms in Sumatra FM Schnitger, Leiden 1939


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Padang Lawas dalam blog ini Klik Disini

The Forgotten Kingdom judul sebuah drama film 2013. Nama itu juga The Forgotten Kingdom judul sebuah novel 2021. Tentunya masih banyak versi lainnya. Artikel ini tidak sedang membicarakan narasi versi-versi fiksi tersebut. FM Schnitger sepulang melakukan eskavasi kepurbakalana dari Padang Lawas menulis suatu monograf berjudul Forgotten Kingdoms in Sumatra yang diterbitkan di Leiden tahun 1939.


Padang Lawas: Kerajaan Panai yang Penting Bagi Mancanegara Purbakala.. Afkar Aristoteles Mukhaer. Selasa, 14 Juni 2022. Nationalgeographic.co.id. Teks Nagarakertagama menyebutkan beberapa daerah dikuasai Majapahit, salah satunya Pane (Panai). Nama kawasan disebutkan dalam Prasasti Tanjore di India pada abad ke-9. Isinya menginginkan kawasan Panai untuk ditaklukkan di bawah Kerajaan Chola. Nama ini menjadi misteri bagi sejarawan di mana negeri Panai itu, dan apa yang membuatnya harus ditaklukkan. Lisda Meyanti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), memperkirakan lokasi kedua kerajaan itu berada di Padang Lawas, Sumatra Utara. Pemaparan di jurnal AMERTA Juni 2019. Dia menjelaskan, alasan Padang Lawas sebagai "Kerajaan Panai" karena ditemukan prasasti juga menyebutkan kata Panai disana. Prasasti itu pun dinamai Panai yang ditemukan di Komplek Candi Padang Lawas. "Banyak peneliti yang berusaha menemukan lokasi Panai, tetapi bukti yang mereka kemukakan berupa tulisan asing dan benda (artefak) yang berasal dari daerah lain," tulis Lisda. Prasasti bertuliskan sepuluh baris itu mendeskripsikan kawasan sekitarnya, sehingga lebih kuat untuk memberikan kesaksian. (https://nationalgeographic.grid.id/)

Lantas bagaimana sejarah narasi sejarah Padang Lawas? Seperti disebut di atas, di wilayah Padang Lawas ditemukan banyak candi yang berasal dari masa lampau, suatu wilayah terbanyak candi di Sumatra. The Forgotten Kingdoms in Sumatra FM Schnitger, Leiden 1939. Lalu bagaimana sejarah narasi sejarah Padang Lawas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982