Selasa, 23 Mei 2023

Sejarah Pendidikan (7): Sekolah Guru dan Willem Iskander; Kebutuhan Guru dan Guru di Soerakarta, Fort de Kock dan Tano Bato


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Pendidikan dalam blog ini Klik Disini

Perguruan tinggi keguruan (fakultas keguruan/IKIP) pada masa kini bermula dari sekolah guru (kweekschool) tempo doeloe. Kebutuhan guru tidak terputus, karena itu sekolah guru tidak pernah berhenti. Guru mengasuh murid untuk menjadi guru. Guru tetap guru. Guru tidak hanya di ruang sekolah, guru juga ikut berjuang. Berjuang untuk mencerdaskan bangsa. Kecerdasan yang diperlukan dalam perjuangan bangsa.


Pendidikan Guru Bumiputra masa Hindia Belanda. November 24, 2022. Kweekschool atau Sekolah Guru, jenjang menandai fase baru dalam sejarah pendidikan di Indonesia. Kehadiran sekolah guru di Hindia Belanda dimulai pada akhir abad 19 dan awal abad 20.  Sekolah guru menjadi sebuah upaya dari Pemerintah Hindia Belanda untuk memajukan pendidikan bagi penduduk bumiputra. Penduduk bumiputra mulai mendapat materi pendidikan. Mereka dibutuhkan menggantikan tenaga terampil dari bangsa Belanda dan bangsa Barat lainnya. Kebutuhan tenaga terampil yang murah adalah alasan pemerintah Hindia Belanda mulai mendirikan sekolah. Pada tahun 1871, pemerintah mengeluarkan peraturan tentang pendidikan untuk guru bumiputra. Peraturan ini diperlukan sebagai langkah awal dari pendirian sekolah dasar bumiputra. Praresta Sasmaya Dewi dalam artikel Perkembangan Kweekschool (Sekolah Guru) di Yogyakarta Tahun 1900-1927, menyebutkan bahwa Kweekschool di Hindia Belanda pertama dibuka pada tahun 1852. Pembukaan ini segera diikuti dengan pembukaan sekolah guru di sejumlah lokasi di Indonesia. Pendirian Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzers (Sekolah Pelatihan Guru-guru Pribumi) di Yogyakarta tertera dalam Staatsblad van Nederlandsch Indie No. 156 tahun 1894. Pembukaan sekolah baru dilakukan pada tahun 1897. Bekas Gedung Sekolah Pelatihan Guru-guru Pribumi sekarang menjadi markas Komando Distrik Militer (Kodim) 0734 Kota Yogyakarta. (http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah sekolah guru dan Willem Iskander? Seperti disebut di atas sekolah guru pertama di Hindia Belanda didirikan di Soerakarta, guru pribumi pertama di Angkola Mandailing (Tapanoeli); Kebutuhan guru dari sekolah guru Kweekschool Soerakarta, Fort de Kock dan Tano Bato hingga era selanjutnya (HKS dan HIK/HCK). Lalu bagaimana sejarah sekolah guru dan Willem Iskander? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Banyuwangi (7): Dulu Semenanjung Blambangan dan Kini Taman Nasional Alas Purwo; Pulau Proa Doeloe, P. Jawa Meluas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Banyuwangi dalam blog ini Klik Disini

Semenanjung Blambangan termasuk di dalamnya wilayah Taman Nasional Alas Purwo. Tempo doeloe hanya ada nama satu kampong di kawasan, kampong Proa. Apakah nama Proa kemudian menjadi Poerwo? Yang jelas nama semenanjung mengikuti nama ibu kota kerajaan Balambangan. Besar dugaan pulau Proa menyatu dengan daratan Jawa yang kemudian kini dikenal sebagai Semenanjung Blambangan.


Taman Nasional Alas Purwo terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, kabupaten Banyuwangi, di ujung paling timur Pulau Jawa, termasuk pesisir pantai selatan. Sebagai taman nasional berdasarkan SK Menteri Kehutanan 1992, seluas 43.320 ha, masuk dalam Semenanjung Blambangan. Ekosistem hutan hujan tropika hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau, hutan tanaman, hutan alam, dan padang rumput. Taman Nasional Alam Purwo tempat ritual Pagerwesi umat Hindu, berbatasan dengan Pulau Bali. Di dalamnya ada Pura Luhur Giri Salaka. Keanekaragaman hayati di Taman Nasional Alas Purwo sangat tinggi. Juga terdapat jenis hewan banteng, kijang, rusa, lutung, kancil, macan tutul, anjing hutan dan kucing hutan. Di pesisir pantai dapat ditemukan empat jenis penyu. TN Alas Purwo beberapa zonasi: Inti; Rimba; Pemanfaatan; Penyangga. Wilayah sebelah barat curah hujan lebih tinggi. Secara umum kawasan topografi datar, bergelombang ringan sampai barat dengan puncak tertinggi gunung Lingga Manis (322 M). Hampir keseluruhan jenis tanah liat berpasir. Sungai di kawasan umumnya dangkal dan pendek, yang mengalir sepanjang tahun di bagian barat sungai Segoro Anak dan Sunglon Ombo. Mata air banyak terdapat di daerah Gunung Kuncur, Gunung Kunci, Goa Basori, dan Sendang Srengenge. Masyarakat di sekitar kawasan bertani, buruh tani, dan nelayan (tinggal di wilayah Muncar), yang merupakan salah satu pelabuhan ikan terbesar di Jawa, dan di wilayah Grajagan. Mayoritas penduduk agama Islam, beragama Hindu terutama di desa Kedungasri dan desa Kalipait. Secara umum masyarakat sekitar TN Alas Purwo digolongkan sebagai masyarakat Jawa tradisional. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Semananjung Blambangan dan Taman Nasional Alas Purwo? Seperti disebut di atas taman nasional Alas Purwo kini kawasan yang menjadi ujung dari Semenanjung Blambangan. Suatu pulau Proa tempo doeloe yang menjadi satu bagian pulau Jawa semakin meluas. Lalu bagaimana sejarah Semananjung Blambangan dan Taman Nasional Alas Purwo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.