Senin, 30 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (109): Bahasa Dayak Ngaju, Daerah Aliran Sungai Kahayan dan Kapuas; Dialek Bahasa Dayak di Kalimantan Tengah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Dayak Ngaju (Biaju) adalah sub etnis dayak terbesar di Kalimantan Tengah yang persebarannya di Palangka Raya, Pulang Pisau, Gunung Mas dan kabupaten Kapuas. Ngaju berarti hulu. Suku Ngaju mendiami daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito dan Katingan. Nama Dayak Ngaju tempp doeloe disebut Biaju. Dalam Hikayat Banjar, Sungai Kahayan dan Kapuas sekarang disebut sungai Batang Biaju Basar, dan Batang Biaju Kecil. Link YOUTUBE https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982


Bahasa Ngaju alias Biaju adalah bahasa rumpun bahasa Barito Raya (Barito Barat Daya) yang dituturkan oleh suku Ngaju di daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Katingan, dan Mentaya di Provinsi Kalimantan Tengah. Ada perbedaan dialek antara sub etnis Dayak Ngaju seperti dialek Kahayan Kapuas, Katingan Ngaju, Katingann Ngawa, Baamang, Kahayan, Mantangai, Pulopetak, Seruyan, Mendawai dan Mengkatip. Perbedaan ini umumnya dalam pilihan kata tetapi mengandung arti yang sama, tetapi umumnya dapat dipahami. Menurut Tjilik Riwut, termasuk dalam pengguna bahasa ini adalah 54 anak suku, termasuk di dalamnya Arut, Balantikan, Kapuas, Rungan, Manuhing, Katingan, Seruyan, Mentobi, Mendawai, Bara-dia, Bara-Nio, Bara-ren, Mengkatip, Bukit, Berangas, dan Bakumpai. Pada tahun 1858 digunakan oleh Belanda sebagai bahasa Pengantar Injil di Pulau Kalimantan bagian Selatan. Sampai dengan saat ini menjadi bahasa utama dalam jemaat Gereja Kalimantan Evangelis di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Kesamaan leksikal bahasa Ngaju terhadap bahasa lainnya yaitu 75% dengan bahasa Bakumpai [, 62% dengan bahasa Kohin, 50% dengan bahasa Ot Danum, 35% dengan bahasa Banjar (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Ngaju di daerah aliran sungai Kahayan dan Kapuas? Seperti disebut di atas, bahasa Ngaju umumnya dituturkan kelompok-kelompok populaai di daerah aliran sungai Kahayan dan Kapuas. Bahasa Dayak di Kalimantan Tengah. Lalu bagaimana sejarah bahasa Ngaju di daerah aliran sungai Kahayan dan Kapuas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Catur di Indonesia (1): Asal Mula Permainan Catur di Indonesia; Pemain Catur di Indonesia Sejak Era Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Permainan dan pertandingan cartur di Indonesia. Apakah sejarah catur di Indonesia sudah ada yang menulis? FKN Harahap menulis sejarah catur di Indonesia dengan judul: Sejarah Catur Indonesia. Buku ini diterbitkan pertama kali 1986 oleh Penerbit Angkasa Bandung. Apakah ada yang pernah membacanya? Jika belum, mari kita pelajari sejarah catur di Indonesia. Artikel pertama adalah Asal Mula Permainan Catur di Indonesia.  


Catur (Sanskerta: caturaá¹…ga) adalah permainan papan strategi dua orang pada sebuah papan kotak-kotak terdiri dari 64 kotak, yang disusun dalam petak 8×8, yang terbagi sama rata (masing-masing 32 kotak) dalam kelompok warna putih dan hitam. Permainan ini dimainkan oleh jutaan orang di seluruh dunia. Catur diyakini berasal dari permainan India, chaturanga (yang menjadi asal nama catur), sekitar abad ke-7. Chaturanga juga diperkirakan merupakan nenek moyang dari permainan strategi serupa yang berasal dari Dunia Timur, seperti xiangqi (catur Cina), janggi (catur Korea), dan shogi (catur Jepang). Catur mencapai Eropa pada abad ke-9, saat terjadi penaklukan Hispania oleh Umayyah. Buah-buah catur tersebut diperkirakan mendapat bentuknya yang dikenal saat ini pada akhir abad ke-15 di Spanyol, sedangkan aturan catur modern distandardisasi pada abad ke-19. Pada mulanya, setiap pemain memiliki 16 buah catur: satu raja (king), satu menteri (dalam bahasa Inggris disebut queen atau ratu), dua benteng (rook), dua kuda (dalam bahasa Inggris disebut knight atau kesatria), dua gajah (dalam bahasa Inggris disebut bishop atau uskup), dan delapan bidak atau pion. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah asal mula permainan catur di Indonesia? Seperti disebut di atas nama catur bermula di India. Bagaimana bisa? Itu satu hal. Hal lainnya adalah pemain catur di Indonesia sejak era Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah asal mula permainan catur di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.