Kamis, 11 Mei 2023

Sejarah Cirebon (36): Brebes Tempo Dulu; Sedekat Tegal Sejauh Cirebon dan Sedekat Pantai Utara Sejauh Pantai Selatan di Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Brebes dapat dikatakan pemekaran dari wilayah Tegal. Wilayah Brebes menjadi batas budaya Jawa dengan budaya Sunda. Sementara Wilayah Cirebon menjadi batas budaya Sunda dengan budaya Jawa. Hal itulah mengapa ada populasi berbahasa Jawa di wilayah Cirebon, dan sebaliknya ada populasi berbahasa Sunda di wilayah Brebes. Wilayah Cirebon dan Brebes di pantai utara memiliki hubungan ke pantai selatan Jawa.


Brebes adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ada pendapat asal usul nama Brebes berasal dari "Bara" dan "Basah", bara berarti hamparan tanah luas dan basah berarti banyak mengandung air. Nama Brebes muncul era Mataram. Wilayah Tegal semula termasuk Pekalongan, Pemalang, dan Brebes. Pada tanggal 17 Januari 1678 di Jepara diadakan pertemuan Adipati Kerajaan Mataram, termasuk Arya Martalaya, Adipati Tegal dan Arya Martapura, Adipati Jepara. Kerjasama antara Amangkurat Admiral dengan Belanda dalam menumpas pemberontakan Trunajaya kedua adipati beda sikap. Setelah kematian dua adipate tanggal 18 Januari 1678, Sri Amangkurat II mengangkat Adipati/ Bupati sebagai pengganti. Untuk kabupaten Brebes di jadikan kabupaten mandiri dengan Adipati Arya Suralaya yang merupakan adik dari Arya Martalaya. Penduduk Kabupaten Brebes mayoritas menggunakan bahasa Jawa yang mempunyai ciri khas, dan terdapat sebagian penduduk juga berbahasa Sunda. Banyak nama tempat berasosiasi Sunda menunjukan sebagian barat wilayah bagian dari Sunda, di kecamatan Salem, Banjarharjo dan Bantarkawung, dan beberapa desa di Losari, Tanjung, Kersana, Ketanggungan dan Larangan. Bujangga Manik pendeta Hindu Sunda mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan Bali awal abad ke-16 yang) menyebut batas Kerajaan Sunda di timur adalah Ci Pamali (kini Kali Brebes/Kali Pemali tepat di kota Brebes) dan di selatan Ci Serayu (kini Kali Serayu). Brebes sebagian besar dataran rendah, di barat daya dataran tinggi (puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang), di tenggara (pegunungan bagian Gunung Slamet. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Brebes tempo doeloe? Seperti disebut di atas, Brebes dan Cirebon adalah batas budaya Jawa dan Sunda. Dalam hal ini Brebes sedekat Tegal dan sejauh Cirebon. Wilayah Brebes dan Cirebon di pantai utara Jawa memiliki hubugan sejauh pantai selatan Jawa. Lalu bagaimana sejarah Brebes tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Cirebon (35):Subang Antara Batavia Cirebon - Antara Laut dan Bandung; Sungai Cipunagara, Antara Tjitarum dan Tjimanoek


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Sungai Citarum berhulu di Priangan Barat, tetapi hilirnya bukan di Subang. Sungai Citarum mengalir sampai jauh hingga Bekasi melalui Purwakarta dan Krawang. Sungai Cimanuk yang berhulu di Priangan Timur (Garut) juga tidak bermuara di Subang, tetapi di Indramajoe melalui Soemedang. Diantara dua sungai inilah terdapat sungai Cipunagara di Subang. Tome Pires (1515) hanya mengidentifikasi kampong/kota pelabuhan Karawang dan Cimanuk. Bagaimana dengan Cipunagara di Subang?


Subang adalah kabupaten di provinsi Jawa Barat. Kabupaten dilintasi jalur pantura dan jalur tol trans Jawa Cipali (Cikopo-Palimanan) namun ibu kota kabupaten di Subang jauh di pedalaman. Penduduk Subang umumnya Sunda. Wilayah pesisir Subang dan hilir sungai Cipunegara dekat wilayah Indramayu menggunakan bahasa Dermayon. Para peneliti, sedang meneliti situs Nyai Subanglarang, diduga asal-muasal nama "Subang". Era Hindoe Boedha wilayah Subang menjadi bagian dari 3 kerajaan: Tarumanagara, Galuh, Pajajaran. Terddapat peninggalan pecahan keramik Cina di Patenggeng (Kalijati). Awal masuknya Islam di wilayah Subang seorang tokoh ulama, Wangsa Goparana berasal dari Talaga, Majalengka. Sekitar tahun 1530, Wangsa Goparana membuka permukiman baru di Sagalaherang dan menyebarkan Agama Islam di Subang. Pasca runtuhnya Pajajaran, wilayah Subang rebutan Banten, Mataram, Sumedanglarang, VOC. Wilayah Subang dijadikan Gudang logistic saat Mataram menyerang VOC di Batavia. Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan Sunda, banyak tentara Sultan Agung menetap di wilayah Subang. Tahun 1771, saat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, di Subang, tepatnya di Pagaden, Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati memerintah secara turun-temurun. Pada era Inggris (1812) konsesi penguasaan lahan wilayah Subang diberikan kepada swasta Eropa dengan onderneming Pamanoekan en Tjiasemlanden. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Subang, antara Cirebon-Batavia dan antara laut dan Bandoeng? Seperti disebut di atas wilayah Subang adalah dimana sungai Cipunagara berhulu di Priangan Utara mengalir, antara sungai Tjitaroem dan sungai Tjimanoek dan bermuara ke laut. Lalu bagaimana sejarah Subang, antara Cirebon-Batavia dan antara laut dan Bandoeng? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.