Kamis, 11 Mei 2023

Sejarah Cirebon (35):Subang Antara Batavia Cirebon - Antara Laut dan Bandung; Sungai Cipunagara, Antara Tjitarum dan Tjimanoek


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Cirebon dalam blog ini Klik Disini

Sungai Citarum berhulu di Priangan Barat, tetapi hilirnya bukan di Subang. Sungai Citarum mengalir sampai jauh hingga Bekasi melalui Purwakarta dan Krawang. Sungai Cimanuk yang berhulu di Priangan Timur (Garut) juga tidak bermuara di Subang, tetapi di Indramajoe melalui Soemedang. Diantara dua sungai inilah terdapat sungai Cipunagara di Subang. Tome Pires (1515) hanya mengidentifikasi kampong/kota pelabuhan Karawang dan Cimanuk. Bagaimana dengan Cipunagara di Subang?


Subang adalah kabupaten di provinsi Jawa Barat. Kabupaten dilintasi jalur pantura dan jalur tol trans Jawa Cipali (Cikopo-Palimanan) namun ibu kota kabupaten di Subang jauh di pedalaman. Penduduk Subang umumnya Sunda. Wilayah pesisir Subang dan hilir sungai Cipunegara dekat wilayah Indramayu menggunakan bahasa Dermayon. Para peneliti, sedang meneliti situs Nyai Subanglarang, diduga asal-muasal nama "Subang". Era Hindoe Boedha wilayah Subang menjadi bagian dari 3 kerajaan: Tarumanagara, Galuh, Pajajaran. Terddapat peninggalan pecahan keramik Cina di Patenggeng (Kalijati). Awal masuknya Islam di wilayah Subang seorang tokoh ulama, Wangsa Goparana berasal dari Talaga, Majalengka. Sekitar tahun 1530, Wangsa Goparana membuka permukiman baru di Sagalaherang dan menyebarkan Agama Islam di Subang. Pasca runtuhnya Pajajaran, wilayah Subang rebutan Banten, Mataram, Sumedanglarang, VOC. Wilayah Subang dijadikan Gudang logistic saat Mataram menyerang VOC di Batavia. Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan Sunda, banyak tentara Sultan Agung menetap di wilayah Subang. Tahun 1771, saat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, di Subang, tepatnya di Pagaden, Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati memerintah secara turun-temurun. Pada era Inggris (1812) konsesi penguasaan lahan wilayah Subang diberikan kepada swasta Eropa dengan onderneming Pamanoekan en Tjiasemlanden. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Subang, antara Cirebon-Batavia dan antara laut dan Bandoeng? Seperti disebut di atas wilayah Subang adalah dimana sungai Cipunagara berhulu di Priangan Utara mengalir, antara sungai Tjitaroem dan sungai Tjimanoek dan bermuara ke laut. Lalu bagaimana sejarah Subang, antara Cirebon-Batavia dan antara laut dan Bandoeng? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Subang, Antara Cirebon-Batavia dan Antara Laut dan Bandoeng; Sungai Cipunagara, Antara Tjitaroem dan Tjimanoek

Dalam peta-peta lama, tidak teridentifikasi nama Soebang di daerah aliran sungai Tjiasem. Di sebelah timur sungai Tjiasem ini adalah sungai Tjipamanoekan (kini sungai Cipunagara). Kota-kota di hilir sungai ini adalah kampong/kota pelabuhan Tjiasem dan Pamanoekan. Besar dugaan di masa lampau, dua kota pelabuhan tersebut berada di garis pantai. Kota Subang yang sekarang berada di wilayah hulu sungai Tjiasem (di wilayah pedalaman/pegunungan). Hal inilah diduga mengapa nama Soebang tidak teridentifikasi pada peta-peta navigasi/pelayaran perdagangan. Hanya kota Tjiasem dan kota Pamanoekan yang dikenal.


Nama Soebang, pertama kali diinformasikan berada di wilayah (kesultanan) Cheribon (lihat Bataviasche koloniale courant, 28-12-1810). Soebang berada di district Rantjah (kini kecamatan Rancah kabupaten Ciamis). Nama district adakalanya dipertukarkan antara Rantjah dan Soebang. Lalu bagaimana hubungan Soebang di Cheribon dengan Soebang di wilayah Karawang?  Yang jelas bahwa pada era VOC, wilayah tanah partikelir (landerein) hanya sebatas sungai Tjitaroem. Pada era Gubernur Jenderal Daendels, wilayah tanah partikelir diperluas hingga batas sungai Tjimanoek. Sejak dijadikan sebagai tanah partikelir, nama kampong Soebang di daerah alirsan sungai Tjiasem mulai muncul ke permukaan. Pada Peta 1817 nama Soebang belum teridentifikasi di hulu sungai Tjiasem. Dalam pet aini sungai Tjipamanoekan diidentifikasi dengan nama sungai Tjipanagara. Pada peta ini sudah diidentifikasi jalan pos baru dari Karawang ke Cheribon via Tjiasem, Pamaanoekan, Kandanghaur dan Djati Toedjoe.

Nama Soebang sendiri di wilayah (residentie) Karawang baru terinformasikan pada tahun 1820 (lihat Bataviasche courant, 13-05-1820). Tampaknya kampong Soebang (Karawang) termasuk tempat yang penting dimana sudah ada orang Eropa/Belanda. Kampong Soebang inilah yang menjadi cikal bakal kota Subang yang sekarang. Lambat laun nama Soebang di residentie Karawang semakin penting. Hal ini karena di Soebang sudah dibangun pasar (lihat Bataviasche courant, 21-12-1825). Pasar lain yang sudah ada terdapat di Karawang, Kadauong, Tjiasem dan Pamanoekan.


Residentie Karawang terdiri dari tiga regentsachep (afdeeling): (1) Regentschap Krawang, Gouvern, landen; (2) Regentschap Krawang Part landen: Tjiasem en Pamanoekan; (3) Part. Landen. Regentschap Krawang Part landen: Tjiasem en Pamanoekan terdiri dari district-district: Pamanoekan, Pegaden, Soebang, Tjiasem, Malang, Kali Djati, Segala Erang, Batoe Sirap. Dalam struktur administrasi wilayah ini nama Tjiasem dan Pamanoekan lebih penting dari Soebang. Ini mengindikasikan district Soebang baru tumbuh dan berkembang.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sungai Cipunagara, Antara Tjitaroem dan Tjimanoek: Behulu di Priangan Utara Melaui Wilayah Subang

Sejarah wilayah Karawang, termasuk di dalamnya wilayah Soebang mulai ditulis, mulai direcall pengetahuan penduduk (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie jrg 2, 1839).

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar