Sabtu, 05 Februari 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (399): Pahlawan Indonesia - Sekolah Kedokteran dari Masa ke Masa; Docter Djawa School hingga GHS

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Banyak pahlawan Indonesia bergelar dokter. Mereka adalah lulusan sekolah kedokteran di Batavia dan Soerabaja. Sekolah kedokteran pertama adalah Docter Djawa School di Batavia yang kemudian pada tahun 1902 ditingkatkan dengan nama yang baru STOVIA. Pada tahun 1913 sekolah kedokteran yang baru dibuka di Soerabaja (NIAS). Lalu kemudian pada tahun 1927 sekolah kedokteran yang baru dibuka lagi di Batavia dengan nama GHS.

Pada era Pemerintah Hindia Belanda gelar dokter dibedakan tiga jenis. Lulusan Docter Daja School atau STOVIA disebut Inlandsch Arts. Sementara lulusan sekolah kedokteran NIAS di Soerabaja disebut Indisch Arts. Sedangkan gelar dokter lulusan GHS adalah (hanya) disebut Arts. Apakah ada beda? Tentu saja. Perbedaan didasarkan pada tujuan programnya yang meliputi syarat masuk, lama studi, kurikulum dan sebagainya. Dari sekolah-sekolah kedokteran di Hindia Belanda (Indonesia) para lulusan dapat meningkatkan pendidikannya ke Belanda baik untuk mendapatkan gelar sarjana meupun gelar doktor. Pribumi pertama yang meraih gelar doktor di Belanda adalaj Dokter Sarwono pada tahun 1919. Sedangkan perempuan pribumi pertama yang meraih gelar doktor adalah Ida Loemongga pada tahun 1931.

Lantas bagaimana sejarah sekolah kedokteran di Hindia Belanda (baca: Indonesia) dari masa ke masa? Seperti disebut di atas, sekolah kedokteran ada tiga jenis (lulusan STOVIA, NIAS dan GHS). Sekolah kedokteran pertama didirikan tahun 1851 di Batavia yang menjadi cikal bakal Docter Djawa School. Lalu bagaimana sejarah sekolah kedokteran di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (398): Pahlawan Indonesia Abdul Patah Dokter Doktor Lahir di Madjalaja; Haji dan Dja Endar Moeda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Siapa dokter Abdoel Patah, pada masa ini hanya dikenal samar-samar alias kurang terinformasikan. Namun sesungguhnya Dr Abdoel Patah adalah dokter yang cukup dikenal sejak era Hindia Belanda. Abdoel Patah memulau pendidikan kedokteran di sekolah kedokteran Batavia (STOVIA). Lalu kemudian menlanjutkan studi kedokteran ke Leiden. Program doktoralnya diselesaikan di GHS Batavia. Satu hal, dokter dengan nama depan Abdoel yang satu ini terhabung dengan perosalan haji.

Pada era Hindia Belanda banyak calon haji ke Mekkah bermasalah. Permasalahannya bukan soal pengetahuan rukun hajinya, tetapi masalah-masalah yang terkait pribadi, kondisi kesehatan yang menyebabkan banyak para haji sakit dan bahkan meninggal dunia sebelum mereka kembali kampong halaman. Pada tahun 1902 Haji Dja Endar Moeda menyadari itu dan kemudian membuat tip perjalanan haji yang dimuat di media berupa hal-hal apa yang dipersiapkan dan yang akan dilakukaan selama persiapan, selama pelayaran, selama karantina, selama melakukan kegiatan haji dan bahkan dalam kaitannya dengan kepulangan, Artikel tip yang ditulis Hadji Dja Endar Moeda ini diadopsi oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk dijadikan pedomanan umum yang didistribusikan ke seluruh pemerintah daerah.

Lantas bagaimana sejarah Dr Abdoel Patah kelahiran Madjalaja? Seperti disebut di atas, Dr Abdoel Patah dalam hubunganya sebagai dokter pernah terkait dengan persoalan haji asal Indonesia (baca: Hindia Belanda). Lalu bagaimana sejarah Abdoel Patah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.