Senin, 18 Desember 2023

Sejarah Bahasa (183): Bahasa Lamaholot dan Dialek Bahasa Tanjung Bunga di Pulau Flores; Setiap Desa Memiliki Dialek Bahasa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Lamaholot atau bahasa Solor adalah bahasa yang digunakan suku Lamaholot atau Solor. Penuturnya tersebar dari di ujung timur Flores sampai barat Solor, mencakup kantung-kantung di pantai utara Pantar, barat laut Alor dan pulau-pulau sekitarnya. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.

Masyarakat Lamaholot yang mendiami wilayah Flores Timur daratan, pulau Solor, Adonara (bahasa Adonara bisa jadi bahasa mandiri) dan sebagian besar Lembata berbicara dalam bahasa Lamaholot, kecuali masyarakat Kedang di Lembata bagian timur menggunakan bahasa Kedang. Bahasa Lamaholot dalam pelafalannya memiliki dialek dan subdialek yang khas berdasarkan tata letak wilayah hunian. Keraf (1978) BL 33 dialek, yakni antara lain Lamalera, Mulan, Ile Ape, Belang, Lewotala, Imulolo, Lewuka, Kalikasa, Lewokukun, Mingar, Wuakerong, Lewopenutu, Lamahora, Merdeka, Lewokeleng, Lamatuka, Atawolo, Kiwang Ona, Duli, Watan, Horowura, Botun, Waiwadan, Lamakera, Ritaebang, Lewolema, Baipito, Waibalun, Bama, Lewolaga, Tanjung Bunga, Lewotobi, Painara dan Pukaunu yang berbatasan langsung dengan bahasa Sikka. Sementara itu, di Larantuka, Konga, dan Wure (Adonara) para penduduknya menggunakan bahasa Nagi (bahasa Melayu Flores). (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Lamaholot dan dialek bahasa Tanjung Bunga di pulau Flores? Seperti disebut di atas bahasa Lamaholot dituturkan di pulau Flores. Setiap desa memiliki dialek bahasa. Lalu bagaimana sejarah bahasa Lamaholot dan dialek bahasa Tanjung Bunga di pulau Flores? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah Bahasa (182): Bahasa Palue Orang Palue di Pulau Palue di Utara Pulau Flores; Gunung Berapi Rokatenda di Pulau Palue


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Palue adalah bahasa yang digunakan suku Palue. Penuturnya terdapat di pulau Palue. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Palu'e dituturkan di Desa Nitunglea dan Desa Maluriwu, Kecamatan Palu'e Kabupaten Sikka, Pulau Palu'e. Berdasarkan kekerabatan bahasa kedua desa tersebut masih merupakan bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 30 persen (berbeda dengan Bahasa Sikka dan Bahasa Kedang).


Palue, adalah sebuah pulau yang terletak di perairan sebelah utara Pulau Flores. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di bagian selatan pulau ini terdapat gunung berapi Rokatenda. Pulau Palue dijuluki "pulau gunung" yang terletak di Laut Flores karena memiliki banyak tempat yang diindikasikan sebagai area gunung api (dalam bahasa Palue disebut "poa"). "Poa" ini kemudian dimanfaatkan sebagai sumber air bagi sebagian masyarakat Palue dengan proses "sublimasi". Di pulau ini sudah ada jalan raya dan kendaraan bermotor sejak 2006. Palue bisa dicapai dari Maumere, sebuah kota di Flores, dengan perahu motor kayu dalam waktu empat jam. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Palue orang Palue di pulau Palue di utara pulau Flores? Seperti disebut di atas bahasa Palue dituturkan di pulau Palue. Gunung berapi Rokatenda di pulau Palue. Lalu bagaimana sejarah bahasa Palue orang Palue di pulau Palue di utara pulau Flores? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982