Senin, 18 Desember 2023

Sejarah Bahasa (182): Bahasa Palue Orang Palue di Pulau Palue di Utara Pulau Flores; Gunung Berapi Rokatenda di Pulau Palue


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Palue adalah bahasa yang digunakan suku Palue. Penuturnya terdapat di pulau Palue. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Palu'e dituturkan di Desa Nitunglea dan Desa Maluriwu, Kecamatan Palu'e Kabupaten Sikka, Pulau Palu'e. Berdasarkan kekerabatan bahasa kedua desa tersebut masih merupakan bahasa yang sama dengan persentase perbedaan sebesar 30 persen (berbeda dengan Bahasa Sikka dan Bahasa Kedang).


Palue, adalah sebuah pulau yang terletak di perairan sebelah utara Pulau Flores. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di bagian selatan pulau ini terdapat gunung berapi Rokatenda. Pulau Palue dijuluki "pulau gunung" yang terletak di Laut Flores karena memiliki banyak tempat yang diindikasikan sebagai area gunung api (dalam bahasa Palue disebut "poa"). "Poa" ini kemudian dimanfaatkan sebagai sumber air bagi sebagian masyarakat Palue dengan proses "sublimasi". Di pulau ini sudah ada jalan raya dan kendaraan bermotor sejak 2006. Palue bisa dicapai dari Maumere, sebuah kota di Flores, dengan perahu motor kayu dalam waktu empat jam. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Palue orang Palue di pulau Palue di utara pulau Flores? Seperti disebut di atas bahasa Palue dituturkan di pulau Palue. Gunung berapi Rokatenda di pulau Palue. Lalu bagaimana sejarah bahasa Palue orang Palue di pulau Palue di utara pulau Flores? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link   https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Bahasa Palue Orang Palue di Pulau Palue di Utara Pulau Flores; Gunung Berapi Rokatenda di Pulau Palue

Pulau Palue di utara pulau Flores dekat (sebelah barat laut) kota Maumere adalah pulau kecil. Pulau berbatu, pulau yang berbentuk lingkaran ini di tengah terdapat puncak daratan yang disebut gunung Rokatenda. Pulau ini nyaris tidak memiliki sumber air tawar.


Nama pulau disebut Palue? Yang jelas bukan nama Paloe (Palu). Nama tempat Baloee (Balue) dan nama Paloee (Palue) juga ditemukan di Atjeh (lihat Bataviaasch handelsblad, 13-09-1878). Jika mundur jauh ke belakang di Prancis juga ada nama Palue (lihat Amsterdamse courant, 21-04-1712).

Meski pulau ini adalah pulau kecil dan tidak ada air minum, tetapi pulau ini memiliki populasi yang bukan sedikit. Penduduk pulau kerap melakukan perjalanan ke Maumere dengan perahu untuk bertransaski. Disebutkan di pulau ini tidak ada air sehingga harus dibawa dalam kaleng dari Maumere. Tidak disebutkan berapa kampong yang ada di pulau, tetapi ada tiga sekolah di pulau dengan enam guru (lihat Westfriesch dagblad onze courant, 03-10-1934).


Disebutkan populasi pulau Palue ada sekitar 8.000 jiwa. Ada disebut nama kampong Oewa. Penduduk laki-laki PaloeƩ berkulit coklat, berambut panjang, dan tegap. Dalam 10 tahun terakhir pulau dikunjungi sdeorang misinaris. Sudah ada 1000 orang beragama. Orang Paloe yang datang ke Maoemere umumnya bisa mengerti bahasa Sikka.

 

Tunggu deskripsi lengkapnya

Gunung Berapi Rokatenda di Pulau Palue: Orang Palue Berbahasa Palue

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar