Jumat, 27 Januari 2023

Sejarah Surakarta (62): Drs Yap Tjwan Bing, Kelahiran Solo, Parlindoengan Lubis, Lahir di Padang Sidempoean; Studi di Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Ada nama orang Tionghoa di Soerakarta yang ditabalkan menjadi nama jalan. Demikian juga di Padang Sidempuan. Drs Yap Tjwan Bing asal Soerakarta menjadi anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Juga ada anggota PPKI asalah Padang Sidempuan, Mr Abdoel Abbas Siregar. Namun dalam hal ini yang ingin kita bicarakan adalah Yap Tjwan Bing dan Parlindoengan Lubis yang sama-sama studi di Belanda, dan kemudian sama-sama berjuang di Jogjakarta dalam perang kemerdekaan. Dr Parlindoengan Lubis menjadi Ketua Perhimpoenan Indonesia di Belanda (1938-1942).


Drs. Yap Tjwan Bing (31 Oktober 1910-26 Januari 1988) adalah seorang politikus keturunan Tionghoa aktif masa kemerdekaan Indonesia dan menjadi anggota PPKI dan anggota legislatif hingga 1954. Yap lahir di Surakarta. Ia menempuh pendidikan Sarjana Farmasi di Municipal University of Amsterdam pada 1932. Setelah lulus, pulang ke tanah air mendirikan apotek di Bandung. Ia merupakan satu-satunya keturunan Tionghoa dalam PPKI. Ia menghadiri Sidang 18 Agustus 1945, sidang merumuskan Undang-Undang Dasar 1945 serta mengikuti pemilihan presiden dan wakil presiden. Setelah PPKI dibubarkan, Yap menjadi anggota KNIP. Apoteknya di Bandung dibakar, Yap pindah ke Yogyakarta, mendirikan Chung Hwa Chung Hwee sebagai bagian upaya mempersatukan Tionghoa dalam mendukung kemerdekaan Indonesia. Tahun 1948 ia membubarkan CHCH dan meleburnya ke Persatoean Tionghoa dan kemudian Yap kembali lagi ke Bandung setelah Agresi Militer Belanda II, Namanya sempat diasosiasikan dengan Negara Pasundan ditawarkan menjabat sebagai Menteri Luar Negeri namun Yap menolak dan lebih untuk mendukung Republik Indonesia dan bergabung dengan PNI. Saat KNIP berubah menjadi DPR-RIS Yap menjadi anggota DPR-RIS. Pasca RIS, Yap sebagai anggota DPR Sementara PNI hingga 1954 dan digantikan oleh Tony Wen. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Drs Yap Tjwan Bing, kelahiran Solo, Parlindoengan Lubis, kelahiran Padang Sidempoean? Seperti disebut di atas banyak pelajar berasal dari Hindia yang studi di universitas di Belanda.Meski sudah ada perguruan tinggi di Hindia, mahasiswa yang studi di Belanda terus berdatangan. Mengapa? Pendidikan adalah jembatan antara berbagai tempat dan titian antara berbagai suku/bangsa. Lalu bagaimana sejarah Drs Yap Tjwan Bing, kelahiran Solo, Parlindoengan Lubis, kelahiran Padang Sidempoean? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (61):Ir Sarsito Ahli Teknik Lulus di Delft; Indische Vereeniging 1908 Berubah Nama Jadi Perhimpunan Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini  

Narasi sejarah masa kini lebih cenderung propaganda sejarah. Artinya ada peristiwa dan pelaku sejarah yang ditinggikan, sebaliknya ada pula yang direndahkan. Sejarah sendiri sejatinya adalah narasi fakta dan data. Dalam hal ini nama Raden Mas Sarsito Mangoenkoesoemo kurang terinformasikan yang hanya disebut sebagai bagian penting dari eksisitensi Solosche Radio Vereeniging. Namun bagaimana sejarah yang sebenarnya tentang Ir Sarsito tidak terinformasikan, alias minim dalam narasi sejarah masa kini.

 

Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia adalah organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda yang berdiri pada tahun 1908. Indische Vereeniging berdiri atas prakarsa Soetan Kasajangan Soripada dan R.M. Noto Soeroto yang tujuan utamanya ialah mengadakan pesta dansa-dansa dan pidato-pidato. Sejak Cipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) masuk, pada 1913, mulailah mereka memikirkan mengenai masa depan Indonesia. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi bangsa Indonesia. Semenjak itulah vereeninging ini memasuki kancah politik. Waktu itu pula vereeniging menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama Hindia Poetera, tetapi isinya sama sekali tidak memuat tulisan-tulisan bernada politik. Semula, gagasan nama Indonesisch (Indonesia) diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiƫr (orang Indonesia). Pada September 1922, saat pergantian ketua antara Dr. Soetomo dan Herman Kartawisastra organisasi ini berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging. Saat itu istilah "Indonesier" dan kata sifat "Indonesich" sudah tenar digunakan oleh para pemrakarsa Politik Etis. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Sarsito, sarjana teknik lulusan Delft? Seperti disebut di atas, Ir Sarsito merupakan salah satu tokoh penting pendirian Solosche Radio Vereeniging di Soerakarta. Sarsito yang studi ke Belanda tentu saja berkenalan dengan rekan sesame orang Hindia di dalam organisasi kebangsaan Indische Vereeniging yang kelak namanya diubah menjadi Perhimpoenan Indonesia. Lalu bagaimana sejarah Sarsito, sarjana teknik lulusan Delft? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.