Sabtu, 13 Oktober 2012

Perumahan di Kota Depok: Where Do You Live?


Jumlah rumah tangga di Kota Depok berdasarkan Sensus Penduduk 2010 adalah sebanyak 440.475 unit rumah tangga. Dari jumlah tersebut terdapat sebanyak 64.62 persen rumah yang ditempati berstatus milik sendiri. Sebanyak 96.25 persen dari mereka yang memiliki rumah sendiri dapat menunjukkan ada bukti kepemilikan tanah dari rumah tersebut. Jenis bukti kepemilikan tanah sebagian besar adalah sertifikat hak milik (SHM). Namun demikian, kepemilikan SHM tampaknya tidak distribusi merata di sebelas kecamatan. Kepemilikan SHM yang terbilang sedikit terdapat di Kecamatan Limo, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Bojongsari dan Kecamatan Cipayung. Sementara kepemilikan SHM yang terbilang tinggi terdapat di Kecamatan Beji, Kecamatan Sukmajaya dan Kecamatan Pancoranmas.

Penduduk Kota Depok: Where Are You From?


Penduduk Kota Depok pada tahun 2010 berjumlah sebanyak  1.736.565 jiwa. Dalam kurun waktu 10 tahun (2000-2010), penduduk Kota Depok naik sebesar 66,84 persen. Hasil Sensus Penduduk 2000 jumlah penduduk Kota Depok sebesar 1.160.791 jiwa. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa 49,91 persen lahir di Provinsi Jawa Barat, 23,68 persen di DKI Jakarta, 12,09 persen di Jawa Tengah, 3,70 di Jawa Timur dan 2,16 di Sumatera Utara. Total lima provinsi ini adalah 91.53 persen.  Sementara 8,47 persen lagi lahir di provinsi lainnya. Penduduk yang lahir di Jawa Barat, sebagian besar lahir di Kota Depok (72.50 persen) dan sebanyak 9.77 persen lahir di Kabupaten Bogor serta 3.70 lahir di Kota Bogor. Sementara penduduk yang lahir di Provinsi DKI Jakarta, persentase tertinggi lahir di Jakarta Seatan (45.47 persen) disusul Jakarta Timur (22.63 persen) dan Jakarta Pusat (21.26 persen). Catatan: Dari 1,7 juta penduduk Kota Depok tahun 2010, sebanyak 5.21 persen  bertempat tinggal di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2005.

Selasa, 18 September 2012

Universitas Indonesia: Sebuah Otonomi Perguruan Tinggi yang Berlokasi di Daerah Otonomi Kota Depok yang Mengikuti Kebijakan Provinsi DKI Jakarta

Kampus UI dari sisi Kota Depok
Menurut pemahaman umum, Universitas Indonesia berada di Kota Depok. Namun tidak sepenuhnya benar. Kenyataannya alamat Universitas Indonesia di dalam kop surat resmi dicantumkan dua alamat: (1) Kampus Salemba, Jalan Salemba Raya No. 4 Jakarta 10430 (2) Kampus Depok, Depok 16424. Adanya dua alamat ini karena  Universitas Indonesia yang sebelumnya berlokasi di Jakarta, tahun 1987 memilih pindah ke Depok. Akan tetapi hingga sekarang belum semua fakultas pindah karena masih ada dua fakultas lagi yang masih di Jakarta yakni Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi. Pertanyaannya, apakah karena dua fakultas yang tersisa di Jakarta itu yang menyebabkan Universitas Indonesia memiliki dua alamat? Namun yang membingungkan, bukankah gedung rektorat (kantor rektor UI) sudah sejak lama berada di Kota Depok? Lantas mengapa UI tetap merujuk ke Jakarta?

Minggu, 09 September 2012

Kampung Orang Asli di Metropolitan Depok: Cikal Bakal Pemukiman Urban di Kota Depok

Peta Depok Sekitar, 1850
Pada masa ini Kota Depok terdiri dari 63 kelurahan yang tersebar di 11 kecamatan. Lima tahun yang lalu, di Kota Depok masih ada yang berstatus desa Dalam terminilogi sekarang, desa/kelurahan adalah suatu wilayah administratif pemerintahan  yang mana kelurahan berciri urban (perkotaan) dan desa berciri rural (perdesaan). Desa-desa yang kini telah menjadi kelurahan-kelurahan di Kota Depok pada masa lalu terdiri dari kampung-kampung. Dengan kata lain satu atau beberapa kampung dibentuk menjadi desa. Namun seiring dengan terbentuknya desa-desa dan berubah menjadi kelurahan, nama-nama kampung lambat laun mulai kurang populer dan menghilang. Dengan semakin banyaknya warga pendatang, maka yang muncul ke permukaan adalah nama perumahan, nama kawasan atau pusat-pusat bisnis, serta nama-nama lainnya. Kini warga Depok lebih mengenal Margocity daripada Kampung Gedong; Perumnas Depok I atau II daripada Kampung Sugutamu; Depok Baru daripada Kampung Lio dan sebagainya. Berikut adalah nama-nama kampung orang asli di Depok.

Sabtu, 08 September 2012

Depok Outer Ring Road (DORR): Suatu Jalan Akses Menuju Tol di Kota Depok

*Artikel Outer Ring Road Tempo Doeloe dalam blog ini Klik Disini

Pembangunan jalan tol di Kota Depok telah dimulai. Tujuan utama pembangunan jalan tol tersebut adalah untuk meningkatkan akses dari dan ke Depok.  Jalan tol Kota Depok itu adalah Jalan Tol Cinere-Jagorawi (Cijago) dan Jalan Tol Depok-Antasari (Desari). Cijago membelah Kota Depok dari arah timur ke barat yang dimulai dari Jalan Tol Jagorawi dan berakhir di Cinere, sedangkan Desari membelah kota dari utara ke selatan yang dimulai dari Jalan Tol TB Simatupang (Antasari) dan berakhir di Cipayung. Posisi silang dua jalan tol tersebut berada di Kelurahan Rangkapan Jaya. Untuk menghubungkan dua ujung jalan tol Kota Depok itu akan dibangun Depok Outer Ring Road (DORR).

Senin, 03 September 2012

Sejarah Cibubur Depok: Suatu Area 'Bumi Perkemahan Pramuka' yang Berkembang Menjadi Kawasan Perumahan 'Segi Tiga Emas' (Jakarta, Depok dan Bekasi)

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini KLIK DISINI
**Sejarah Cibubur Tempo Doeloe dalam blog ini Klik Disini
***Sejarah Pramuka Indonesia Sebenarnya dalam blog ini klik disini

Cibubur bukanlah wilayah Depok, melainkan sebuah desa/kelurahan di Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Tetapi faktanya pada masa ini ada suatu kawasan yang diidentifikasi sebagai Cibubur Depok. Sekalipun ini agak membingungkan, namun masih bisa ditelusuri mengapa muncul istilah Cibubur Depok pada masa ini. Penelusuran ini dimaksukan untuk memberi penjelasan kepada berbagai kalangan yang kerap salah dalam mengidentifikasi apakah Cibubur masa kini adalah sebuah nama desa/kelurahan atau sebuah nama kawasan.
***
Sebelum ada Desa Cibubur (Jakarta), ada sebuah desa lama yang disebut sebagai Desa Cisalak yang menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Cimanggis Kabupaten Bogor (kini menjadi bagian wilayah Kota Depok). Di sudut Desa Cisalak ini ada sebuah setu (danau kecil) yang disebut Setu Jemblang (kini disebut Setu Baru). Pada tahun 1969 di selatan setu ini (kini Kelurahan Harjamukti) dipilih sebagai tempat Pertemuan Pramuka Penegak Pandega Puteri Putera (PERPPANITERA). Lokasi ini dipilih karena hawanya sejuk, lingkungan yang hijau, setu yang jernih dan adanya hutan di utara setu membuat area ini sesuai untuk sebuah ‘perkampungan’ pramuka bagi penegak/pandega (setingkat SMA/perguruan tinggi). Disamping itu, lokasinya yang tidak jauh dari Jakarta, membuat area ini menjadi pilihan yang tepat untuk sebuah bumi perkemahan bagi PERPPANITERA (yang kini disebut Raimuna) secara nasional. Kawasan kegiatan kepramukaan (yang kemudian disebut BUPERTA) yang luasnya 210 Ha sebelumnya merupakan areal perkebunan karet.