Selasa, 14 Februari 2017

Sejarah Bandung (22): Pikiran Rakyat dan Sakti Alamsyah; ‘Dimana Bumi Dipijak Disitu Langit Dijunjung’

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini


Tokoh PPPKI (1929): Thamrin, Soetomo, Soekarno dan Parada
Ini adalah kisah tentang Sakti Alamsyah dan kawan-kawannya: Mereka yang terjun dalam bidang pers, antara lain Mochtar Lubis, Adam Malik, Parada Harahap dan AM Hoetasoehoet. Di bidang militer antara lain Abdul Haris Nasution, Zulkifli Lubis dan Mengaradja Onggang Parlindungan. Yang berprofesi sebagai politisi antara lain Amir Sjarifoeddin Harahap, Zanul Arifin Pohan, Burhanuddin Harahap dan Abdul Hakim Harahap. Diantara teman-teman Sakti Alamsyah tersebut hanya Abdul Haris Nasution dan Mangaradja Onggang Parlindungan yang pernah lama menetap di Bandung.

Kisah Sakti Alamsyah di Bandung sangat mirip dengan kisah Radjamin di Surabaya (Walikota pribumi pertama Kota Surabaya). Keduanya, lahir sebagai Anak Tapanuli (Selatan) tetapi meninggal sebagai 'Anak Bandung' dan 'Arek Surabaya'. Seperti umumnya orang-orang Tapanuli, 'sekali merantau tidak akan kembali', mereka terbiasa mengikuti pepatah 'dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung'. Mereka tidak melihat dekat Indonesia antara Pakantan hingga Sipirok, tetapi melihat jauh antara Sabang hingga Merauke. Mereka adalah generasi Indonesia yang sebenarnya (Truly Indonesia).

Dari Pikiran Rakyat Hingga Pikirkan Rakyat

Surat kabar Pikiran Rakyat Bandung terbit kali pertama tanggal 30 Mei 1950. Surat kabar ini dipimpin oleh Djamal Ali. Dalam jajaran direksi terdapat Palindih, Sakti Alamsyah dan Asmara Hadi. Motto surat kabar ini ‘Mengadjak Pembatja Berfikir Kritis’.

Sabtu, 11 Februari 2017

Sejarah Bandung (21): Fikiran Ra’jat, Pikiran Rakjat dan Pikiran Rakyat; Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat



Surat kabar Harian Pikiran Rakyat Bandung adalah surat kabar legendaries di Bandung. Surat kabar pertama di Bandoeng adalah Preanger Bode (terbit 1896). Surat kabar Pikiran Rakyat adalah penerus surat kabar Prenager Bode. Sejarah Preanger Bode (lihat Artikel 17), sejarah Pikiran Rakyat mari kita lacak. Asal-usul pendirian surat kabar Pikiran Rakyat tidak pernah ditulis. Untuk itu coba dilengkapi dalam artikel ke-21 ini. Asal-usul pendirian surat kabar Pikiran Rakyat sangat esensial sebagai pra kondisi mengapa surat kabar Pikiran Rakyat namanya tetap dipertahankan sejak era Belanda dan mengapa pula tetap merupakan surat kabar utama di Kota Bandung.

Asal Usul Pikiran Rakyat

Sakti Alamsyah Siregar, pendiri Pikiran Rakyat
Untuk mengenang surat kabar Harian Pikiran Rakyat yang sekarang, kita harus memutar jarum jam ke tahun 1950. Pada bulan Mei 1950, surat kabar Pikiran Rakjat diterbitkan di Bandoeng. Kelak motto surat kabar baru ini adalah ‘Dari Rakyat, Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat’.


Di Djakarta, surat kabar yang memiliki motto yang sama dengan Pikiran Rakyat adalah Indonesia Raya. Surat kabar yang mengambil nama dari surat kabar lama Indonesia Raja dan nama lagu kebangsaan Indonesia Raya yang diciptakan oleh WR Supratman. Pada tahun 1925 WR Supratman bekerja sebagai editor kantor berita pribumi pertama, Alpena yang digagas oleh Parada Harahap. 

Surat kabar Indonesia Raya terbit pertama kali pada 29 Desember 1949 didirikan oleh Mochtar Lubis dengan kawannya dan yang bertindak sebagai editor adalah Mochtar Lubis.

Selasa, 07 Februari 2017

Sejarah Bandung (20): Wali Kota Pertama Kota Bandung, RA Atmadinata; Seorang Guru Alumni Belanda

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini


RA Atmadinata, Walikota pertama Bandung
Yang pertama seharusnya selalu diperhatikan, sebab yang pertama biasanya menarik perhatian, dan yang pertama juga umumnya banyak dipublikasikan. Namun sangat disayangkan Wali kota pertama Bandoeng RA Atmadinata hanya sedikit terinformasikan, karenanya kurang dikenal. Padahal, RA Atmadinata adalah tokoh penting di Kota Bandoeng sejak era Pemerintah Hindia Belanda hingga pasca pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda. Perjuangannya tidak perlu diragukan: Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seja Ayeuna Sampeureun Jaga.

Tidak hanya wali kota pertama kota Bandung, ternyata setali tiga uang dengan wali kota pertama Medan dan walikota pertama Surabaya—sama-sama kurang terinformasikan. Semoga itu karena hanya sekadar kurangnya atau tiadanya data dan informasi tentang mereka. Jangan sampai karena ada maksud pihak tertentu untuk mengerdilkan mereka. Jika hanya soal data dan informasi dapat dicari atau dikumpulkan. Untuk itu, mari kita telusuri profil RA Atmadinata, Wali kota Pertama Kota Bandung. Wali kota yang satu ini layak mendapat tempat dalam bingkai Sejarah Preanger dan Sejarah Kota Bandung..

Gemeenterraad Bandoeng

Atmadinata mulai terkenal sejak dicalonkan utnuk menjadi anggota dewan kota (gemeenteraad) Bandoeng. Pada saat wali kota Bandoeng kali pertama diangkat tahun 1917, Atmadinata adalah anggota dewan kota dari golongan pribumi. Di tengah kebisingan politik, Atmadinata masih sempat membagi perhatian untuk fungsi seorang guru: mengajar dan tetap terus belajar.

Sejarah Bandung (19): Gemeenteraad Bandoeng 1 April 1906; Sebaran Dewan di Hindia Belanda



Pembentukan Gemeente (kota) Bandoeng disertai dengan pengangkatan walikota (burgemeester) dan pembentukan Dewan Kota (gemeenteraad). Jumlah anggota dewan kota setiap gemeente di Hindia Belanda berbeda-beda dan disesuaikan dengan kapasitas kota.

Dewan lain yang telah dibentuk adalah dewan kabupaten (gewest), dewan provinsi (residentie) dan bahkan dewan kecamatan (onderafdeeling).

Anggota dewan kota (gemeenteraad) Bandoeng yang dimulai tanggal 1 April 1906 berjumlah 11 orang untuk mewakili warga kota. Kesebelas orang anggota dewan tersebut delapan orang Eropa/Belanda, dua orang pribumi dan satu orang timur asing (Tionghoa). Sebagai ketua adalah asisten residen Bandoeng (lihat De Preanger-bode, 05-03-1906).

Tupoksi dewan kota antara lain: penyediaan kebutuhan peraturan daerah, mempertahankan dan membangun jalan, jembatan, gedung dan lainnya, untuk memperoleh atau distribusi air minum, drainase, kebakaran, kuburan, kebersihan jalan-jalan, promosi kesehatan masyarakatm pengaturan lalu lintas umum dan mempercantik kota. Beberapa hal dikecualikan seperti pengawasan wilayah di bawah kontrol militer, ditunjuk oleh Gubernur Jenderal, dan yang dikelola oleh layanan dari Kereta Api Negara.

Gemeenteraad vs Landraad

Sebelum adanya gemeenteraad, sudah ada dewan yang lain. Dewan tersebut yang sudah terbentuk sejak ditempatkannya asisten residen di Bandoeng (1848) kerap disebut dewan asli (Landraad). Anggota dewan asli terdiri dari pemimpin lokal (termasuk bupati), pemimpin agama dan tokoh lain yang mewakili golongan, seperti guru dan pedagang (‘Himpoenan Soedara’). Dewan ini cakupannya sangat luas tergantung tingkat dewannya apakah dewan keresidenan (Regentshappen) atau dewan kabupaten (regentschap). Foto anggota Landraad Bandoeng, 1900

Senin, 06 Februari 2017

Sejarah Bandung (18): Gemeente, 1 April 1906; Inilah Daftar Wali Kota Bandung Sebenarnya, Bertus Coops - Ridwan Kamil

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini

Kota Bandung dibentuk dan secara resmi berlaku pada tanggal 1 April 1906. Penetapan Kota Bandoeng sebagai kota (gemeente) adalah wujud dari kelanjutan proses desentralisasi. Dengan penetapan sebagai Gemeente, berarti kota Bandoeng di satu sisi dipisahkan dari Regentschap (kabupaten) Bandoeng dan di sisi lain Kota Bandoeng harus mampu mengelola sendiri kota (mandiri). Penetapan kota Bandoeng sebagai Gemeente bersamaan dengan sejumlah kota di Hindia Belanda.

Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 03-03-1906: ‘Akta pemerintahan (Gouvernements besluiten) telah dikeluarkan yang akan berlaku pada tanggal 1 April untuk kota-kota Samarang, Bandoeng, Cheribon Tegal, Pekalongan, Magelang, dan Palembang. Terhadap pembentukan kota ini dialokasikan anggaran yang ditujukan dalam perbaikan dan renovasi bangunan kota dan bangunan yang baru’.

Dalam pembentukan Gemeente Bandoeng, tidak otomotis wali kota (burgemeester) diangkat sebagai pemimpin kota. Justru yang lebih dulu diangkat anggota dewan kota (gemeeteraad). Dalam hubungan ini sejumlah individu diangkat sebagai anggota dewan kota (gemeenteraad) baik dengan cara penunjukan maupun ‘pemilihan’. Anggota dewan (pada nantinya) akan mengawasi kerja walikota dan berlangsungnya pemerintahan. Dewan kota juga akan menetapkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku bagi kota. Foto Walikota Bandoeng pertama. Bertus Coops (1917-1920).

Rumah Wali Kota Harus Bangun Sendiri

Gemeente Bandoeng harus mampu mengelola sendiri. Pemerintah pusat (Gubernur Jenderal di Batavia) hanya mengalokasikan anggaran seadanyanya saja. Untuk membangun rumah walikota harus dibangun sendiri.  Untuk sementara rumah walikota harus menyewa. Karena untuk membangun rumah walikota tidak murah.

Sabtu, 04 Februari 2017

Sejarah Bandung (17): Surat Kabar di Bandoeng, Preanger Bode Hingga Pikiran Rakyat; Jejak Sejarah Pers Indonesia

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bandung dalam blog ini Klik Disini


Tentang keberadaan Preanger dan Bandoeng sudah sejak lama ada dalam pemberitaan. Nama ‘Preanger’ kali pertama disebut di surat kabar pada tahun 1810 terkait dengan pembagian wilayah dimana tiga provinsi: Prefecten (provinsi) Iacatrasch en Preangerbovenlanden, province Bantam dan Provinsi Chirebon (lihat Bataviasche koloniale courant, 02-02-1810, edisi kelima). Sementara nama ‘Bandoeng’ kali pertama diberitakan di surat kabar pada tahun 1829 terkait dengan penempatan controleur di Tjiandjoer, Bandoeng, Sumedang dan Limbangan (Javasche courant, 06-08-1829).

De Preanger Bode, 27-07-1896 (edisi kelima)
Untuk sekadar pemandu: surat kabar Pemerintah Hindia Belanda mucnul kali pertama tahun 1810 (Bataviasche koloniale courant edisi pertama 05-01-1810). Lalu kemudian surat kabar ini digantikan oleh surat kabar berbahasa Inggris, Java government gazette di era pendudukan Inggris (pada bulan Februari 1912). Setelah Belanda berkuasa kembali, surat kabar tersebut digantikan oleh Bataviasche courant dan baru kemudian muncul nama surat kabar Javasche courant. Catatan: di era VOC (sebelum era Pemerintah Hindia Belanda) sudah ada surat kabar bernama Bataviaasche Nouvelles (terbit sejak 1744 di Batavia),

Itulah kisah awal Preanger dan Bandoeng dalam dunia media yang mendahului sebelum adanya media surat kabar di Bandoeng. Surat kabar yang terbit di Bandoeng ini akan banyak memberitakan tentang Preanger dan Bandoeng baru muncul pada tahun 1896 (yang akan coba dilacak). Sejak tahun 1896 surat kabar di Bandoeng terus eksis hingga ini hari. Lantas surat kabar apa yang pertama kali terbit di Bandoeng? Dan apa pula hubungannya surat kabar tersebut dengan surat kabar Pikiran Rakyat.

Pada masa ini, Bandung dan Priangan (Jawa Barat) tetap memiliki surat kabar legendaris: Pikiran Rakyat. Surat kabar yang tidak tergantikan di Bandung dan Priangan. Rakyat Bandung adalah Pikiran Rakyat, dan Pikiran Rakyat adalah Rakyat Bandung, seperti mottonya: ‘Dari Rakyat, Oleh Rakyat dan Untuk Rakyat’. Pikiran Rakyat selalu menghiasi sejarah pers nasional dan selalu mendapat tempat pada Hari Pers Nasional yang jatuh pada tanggal 9 Februari.

Preanger Bode

Media surat kabar sudah sejak lama ada di berbagai tempat utama di Hindia Belanda: Batavia, Semarang, Surabaya, Padang dan Medan. Di Bandoeng media surat kabar baru terberitakan pada tahun 1896 yakni surat kabar berbahasa Belanda yang disebut Preanger Bode.